Frensia.id-Berani memang! Seorang nenek berusia 71 tahun mengguncang publik Prancis. Ia bangkit melawan suaminya sendiri yang telah mengizinkan puluhan pria datang memperkosanya.
Namanya, Gisele Pélicot. Ia adalah seorang wanita menjadi korban femisida yang sangat parah, di mana pasangan hidupnya, yang seharusnya menjadi pelindung, justru mengambil keuntungan dari situasi tersebut. Selama bertahun-tahun, korban diduga diperlakukan tidak pantas tanpa menyadarinya, akibat tindakan yang direncanakan oleh suaminya.
Kasus ini menunjukkan betapa rentannya seseorang dalam situasi di mana kejahatan tersembunyi dan terus berlangsung tanpa diketahui oleh korban. Pelaku yang terlibat berjumlah besar, menambahkan dimensi kengerian pada tindakan tersebut.
Kondisi ini menggarisbawahi pentingnya kesadaran masyarakat tentang tanda-tanda kekerasan dalam rumah tangga dan betapa perlunya lingkungan yang aman bagi korban untuk mendapatkan dukungan.
Setelah kebenaran terungkap, korban menjadi simbol perjuangan melawan tidakan femisida, terutama dalam konteks hubungan pribadi. Kasus ini memicu seruan untuk hukum yang lebih tegas, perlindungan yang lebih baik bagi korban, dan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga keadilan dan keamanan dalam hubungan.
Perjuangan korban untuk pulih dan mencari keadilan memberikan inspirasi bagi banyak orang yang mengalami situasi serupa. Kasus ini menyoroti perlunya perbaikan dalam penegakan hukum, serta pentingnya mendidik masyarakat untuk lebih peka terhadap kekerasan dalam hubungan dan mendukung para korban dalam proses pemulihan mereka.
Seorang pria asal Prancis, Dominique Pelicot, terungkap telah melakukan tindakan keji terhadap istrinya selama hampir sepuluh tahun. Ia secara teratur membius istrinya, membuatnya tidak sadarkan diri, dan kemudian membiarkan puluhan pria melakukan pelecehan terhadapnya.
Menurut laporan, sebanyak 72 pria terlibat dalam tindakan tersebut ketika korban dalam kondisi tidak sadar. Kasus ini mengungkap tingkat manipulasi dan eksploitasi yang sangat mengerikan, di mana korban tidak menyadari apa yang terjadi padanya selama bertahun-tahun.
Dalam perkembangan kasus ini, sang suami, Dominique Pelicot, justru berupaya membela tindakannya dengan menyalahkan istrinya, Gisele. Pelicot mengklaim bahwa kejadian tersebut bermula dari perselisihan dalam hubungan rumah tangga mereka, terutama terkait masalah intim. Menurutnya, Gisele menolak berhubungan intim, yang kemudian memicu tindakannya yang melampaui batas nalar, yaitu membius istrinya dan membiarkan orang lain melecehkannya.
Psikolog Anabelle Montagne, yang sempat berbicara dengan Pelicot saat kunjungannya ke penjara pada Desember 2020 — sekitar satu setengah bulan setelah Pelicot ditangkap — menyampaikan bahwa Pelicot mengakui perbuatannya. Ia mengatakan,
“Dia dan istrinya bertengkar mengenai masalah hubungan intim, dan karena Gisele tidak setuju, saya akhirnya membiusnya.”, ujarnya sebagaimana dilansir dalam vanguardia.com, 11/09/2024.
Bukan hanya pembelaan tersebut, diprediksi tidak akan mendapatkan keadilan sebab sang suami yang terduga pelaku Femisida hingga saat tidak hadir sidang karena beralasan sakit. Ia dikabulkan menghindari persidangan.
Akibatnya, persidangan bertele-tele. Sedangkan Gisele terus berteriak meminta keadilan dan bahkan ia tidak malu berharap sidang dilaksanakan secara terbuka. Agar semua rakyat Prancis, khususnya perempuan dapat juga seberani dia dan tak malu menuntut keadilan.
Baginya yang harus malu bukan pelaku femisida, bukan korban seperti dirinya. Kata-kata yang terkenal dan saat ini menggelora di publik Prancis adalah “On est toutes Gisèle” (Kita Semua adalah Gisèle).