Frensia.id- Malam-Malam Putih merupakan sebuah novel yang ditulis oleh pengarang besar Rusia abad 19, Fyodor Dostoevsky, yang terbit pertama pada tahun 1848. Menjadi kisah klasik dan legendaris tentang tema eksistensialisme.
Sebelumnya perlu diketahui bahwa Fyodor Dostoevsky merupakan sastrawan ternama Rusia. Tema-tema yang ia gulirkan dalam alur ceritanya dianggap sebagai karya filsafat. Sehingga penulisnya sendiri disinyalir adalah seorang filsuf yang menggunakan novel sebagai wadah untuk menuangkan ide-ide filosofisnya.
Menanggapi hal tersebut Dostoevsky menolak pandangan yang mengidentifikasi dirinya tersebut. Ia menyebut bahwa dirinya cukup lemah di bidang filsafat. Meskipun demikian, pengaruh dan kontribusinya pada eksistensialisme dan psikoanalisis abada ke 20 sangat diperhitungkan.
Dalam novel pendek yang bisa dikatakan menjadi awal karir dari jenjang kepenulisannya ini, Dostoevsky membawa sebuah alur cerita yang cukup pilu. Dimana ia menempatkan seorang tak bernama sebagai narator yang mendeskripsikan situasi kesepian pada malam-malam di kota Saint Petersburg.
Si Aku ini melangkah menyusuri jalan-jalan kota Petersburg di musim panas yang panjang. Tanpa sengaja ia berjumpa dengan seorang perempuan yang bernama Nastenka.
Perkenalannya dengan si Gadis diawali lewat drama adegan ketika seorang pria mencoba untuk menganggunya, sehingga si Pria kesepian ini dengan rasa empatinya mencoba untuk menyelamatkannya.
Setelah itu, malam-malam selanjutnya menjadi peristiwa dimana keduanya saling bertukar cerita dan pengalaman diri. Mulai dari sisi pribadi, keluarga dan persoalan asmara.
Nastenka bercerita tentang kemalangan kisah romantiknya, saat ia jatuh hati kepada seorang laki-laki yang menyewa salah satu bilik kamar di rumahnya. Pada waktu ia benar-benar pasrah dengan seluruh perasaannya, si lelaki itu justru meninggalkannya tanpa ada kejelasan untuk kembali.
Mendengar kisah dramatik yang dialami Nastenka, Si Aku ini ikut terjerembab ke dalam rasa berduka, hingga pada akhirnya ia pun menyadari bahwa diri dan hatinya sudah tertambat pada gadis malam yang ia temuinya ini.
Menjelang keberaniannya tercurahkan untuk mengungkapkan perasaan yang ia miliki dan Nastenka sudah membaik sehingga menerima kehadiran sosok pengganti yang membuatnya cukup nelangsa, tiba-tiba laki-laki yang ia harapkan justru hadir di hadapan dua sejoli yang telah membuat komitmen.
Si Aku dan Nastenka sebenarnya sudah membuat komitmen untuk hidup bersama, beberapa mnit setelah janji itu terlaksana dan hendak menuju kediaman Nastenka, laki-laki yang diharapkan oleh si gadis malang tersebut hadir. Seketika itu Nastenka membalik komitmennya untuk meninggalkan si Aku.
Malam-malam penuh tangis milik Nastenka dan sempat diredupkan oleh Si Aku, menjadi kemalangan yang berkepanjangan untuk si Aku. Ia yang telah menyelamatkan sang gadis dari preman dan kesedihannya justru dihadiahi patah hati yang cukup dalam.
Pada akhir cerita Dostoevsky menggambarkan si Aku yang malang karena cintanya dengan suasana yang penuh penerimaan setelah ia membaca sepucuk surat dari Nastenka.
“Ya Tuhan! Sebuah momen yang penuh dengan kebahagiaan! Bukankah ini terlalu sedikit untuk hidup seorang anak manusia yang panjang?”, ujar Si Aku.