Buku Conrad Russell, Academic Freedom, Dianggap Ide Tradisional

Kamis, 31 Oktober 2024 - 20:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Buku Buku Conrad Russell, Academic Freedom, Dianggap Ide Tradisional (Sumber: Grafis/Frensia)

Buku Buku Conrad Russell, Academic Freedom, Dianggap Ide Tradisional (Sumber: Grafis/Frensia)

Frensia.id- Buku Academic Freedom karya Conrad Russell, seorang profesor sejarah Inggris di King’s College, Universitas London, dan anggota House of Lords, mengundang respons beragam di kalangan akademisi. Meski tampak mendalam, pendekatan Russell terhadap kebebasan akademis dinilai tradisional dan terbatas pada konteks universitas sebagai “menara gading.”

Buku ini membahas kebebasan akademis terutama dari sudut pandang hubungan negara dengan universitas Inggris, dengan perhatian utama pada kendali pemerintah atas pendidikan tinggi di Inggris yang ingin memangkas biaya dan memperluas akses.

Russell membela gagasan bahwa universitas harus memiliki kebebasan penuh dalam pengelolaan, terutama dalam menentukan kurikulum, durasi studi, dan kebijakan penunjukan.

Pandangannya bahwa pemerintah seharusnya hanya memiliki peran terbatas—seperti menetapkan jumlah dana dan institusi—mengindikasikan keyakinannya bahwa akademisi lebih memahami kebutuhan universitas dibandingkan pihak eksternal.

Namun, Brian Martin, seorang akademisi yang banyak menulis tentang kebebasan akademis, menilai bahwa pandangan Russell ini kurang relevan dalam menghadapi kompleksitas permasalahan di universitas modern.

Martin menunjukkan bahwa saat ini sudah banyak artikel dan buku tentang kebebasan akademis yang menawarkan pendekatan berbeda, mulai dari studi historis, analisis sosiologis, hingga perspektif ekonomi dan kapitalisme. Beberapa studi bahkan menyarankan bahwa kebebasan akademis saat ini menghadapi tantangan besar, seperti campur tangan politik, manajerialisme, dan tekanan industri yang memengaruhi independensi akademis.

Baca Juga :  Tingkatkan Kompetensi Dosen Muda, UIN KHAS Jember Gelar PKDP 2025

Russell tampaknya mengabaikan pandangan-pandangan ini. Sebagai akademisi dengan orientasi tradisional, ia tidak menyertakan referensi terhadap penelitian atau analisis kebebasan akademis lainnya. Bukunya mencakup sekitar 60 kutipan, kebanyakan dari House of Lords Official Report dan karya ayahnya, Bertrand Russell.

Minimnya rujukan terhadap literatur ilmiah modern menandakan bahwa buku ini memang ditulis untuk khalayak umum, namun dengan pendekatan yang mengesampingkan beragam teori atau pandangan dari peneliti lain. Martin juga mencatat bahwa Russell tidak membahas topik-topik seperti pengaruh pembiayaan industri dan militer, serta dampak dari gerakan sosial yang telah lama mewarnai universitas sejak tahun 1960-an.

Buku ini, walaupun ditulis dengan gaya yang mudah dipahami, tampaknya hanya cocok bagi kaum tradisionalis yang mencari argumen klasik tentang otonomi akademik. Misalnya, Russell menyarankan agar universitas mengupayakan independensi dari pemerintah dengan menjadi lembaga swasta, meski ia skeptis akan keberhasilan usulan ini di Inggris.

Baca Juga :  WASPADA! Peneliti Ungkap "Satu Benda" Paling Berbahaya Pemicu Kecelakaan Ojek Online di Jember

Ia berpandangan bahwa universitas swasta mungkin hanya sedikit yang dapat bertahan dengan kualitas tinggi, namun tetap menganggap hal ini sebagai salah satu solusi untuk mempertahankan independensi.

Tanpa mempertimbangkan pandangan akademisi yang melihat kebebasan akademis sebagai bagian dari isu yang lebih luas terkait otonomi lembaga dan hak berbicara bebas, Russell tampak terjebak dalam visi bahwa universitas seharusnya berfungsi terpisah dari pengaruh masyarakat luas. Kesimpulan ini membatasi cakrawala buku Academic Freedom, yang seolah menganggap universitas adalah menara gading dengan fungsi yang kaku dan tradisional.

Meskipun tidak menjawab tantangan-tantangan modern, buku ini memiliki nilai tersendiri bagi pembaca yang mendukung ide kebebasan akademik tradisional, dan Russell berhasil menyampaikan argumen ini secara efektif bagi publik luas.

Pertanyaannya, berapa banyak akademisi saat ini yang bisa berbicara secara lugas kepada publik tanpa membebani mereka dengan teori akademis yang rumit? Mungkin, dalam batasan tertentu, buku ini tetap akan bermanfaat.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah
Tanpa Bambu, Bumi Akan Mati! Kata Peneliti Universitas Kolombia
Ribuan Maba UIN KHAS Jember Ikuti PBAK 2025, Usung Tema Ekoteologi
WASPADA! Peneliti Ungkap “Satu Benda” Paling Berbahaya Pemicu Kecelakaan Ojek Online di Jember
Raih Penghargaan! KUA Kaliwates Terbaik Soal Engagement Media
Direktur Politeknik Negeri Jember Dukung Penuh Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
Kepala Dinsos P3AKB Bondowoso Tegaskan Perkawinan Anak Akar Kemiskinan Struktural
Rektor UIN KHAS Baca Trilogi Ikrar Moderasi Beragama, Begini Isinya!

Baca Lainnya

Rabu, 20 Agustus 2025 - 06:14 WIB

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Selasa, 19 Agustus 2025 - 15:16 WIB

Tanpa Bambu, Bumi Akan Mati! Kata Peneliti Universitas Kolombia

Selasa, 19 Agustus 2025 - 10:24 WIB

Ribuan Maba UIN KHAS Jember Ikuti PBAK 2025, Usung Tema Ekoteologi

Senin, 18 Agustus 2025 - 16:49 WIB

WASPADA! Peneliti Ungkap “Satu Benda” Paling Berbahaya Pemicu Kecelakaan Ojek Online di Jember

Minggu, 17 Agustus 2025 - 12:18 WIB

Raih Penghargaan! KUA Kaliwates Terbaik Soal Engagement Media

TERBARU

Ilustrasi Bulan Safar

Educatia

Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah

Rabu, 20 Agu 2025 - 06:14 WIB