Cak Imin dan Revolusinya

Sabtu, 22 Februari 2025 - 16:31 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Cak Imin dan Revolusinya (Ilustrasi: Arif)

Cak Imin dan Revolusinya (Ilustrasi: Arif)

Revolusi selalu saja menghadirkan sebuah kisah yang dibalut oleh getar dan getir dimanapun ia berada. Selalu ada darah berceceran dan derai air mata yang tidak berkesudahan dari para anak-cucu para heronya yang dikalahkan oleh sejarah.

Haji Oemar Said Cokroaminoto pernah memberi penjelasan mengenai kata ini, menurutnya sebuah perubahan (evolusi) yang didahului dengan huruf R, maka R itu sendiri berarti Rakyat.

Jadi jika rakyat sudah ikut campur maka persoalan sudah runyam petinggi kekuasaan harus lebih berhati-hati. Rakyat yang banyak sangat berbehaya apabila mereka mulai teriak. Rakyat yang sedikit sama berbahayanya, jika sudah mengambil inisiatif sendiri. Umpama fungsi mereka mirip rayap, yang mampu menggerogoti kaki-kaki kursi kekuasaan. Setelah itu jangan berharap sedikitpun untuk tegak.

Sebenarnya revolusi disamping kata yang berbahaya, kramat tetapi juga ruwet (R nya adalah ruwet). Bagaimana mengkonsolidasikan orang banyak adalah ruwet sekali, lebih-lebih ketika masih banyak persepsi. oleh karena itu revolusi berwarna kelabu dan murung dari segi alasan dan hasil. 

Itu dulu, yang sekarang bisa dibaca dibuku sejarah-sejarah para pahlawan yang hari ini diakui ketenarannya adalah para pemenang revolusi sehingga para sejarawan berhasil menulis dan mengabadikannya.

Hari ini beda lagi, kata tersebut dengan pengalaman yang telah menyejarah panjang ternyata telah kehilangan sedikit demi sedikit nuansanya. Lebih-lebih apabila dipakai oleh seorang cak Imin, politisi yang penuh gelak tawa dan selalu sumringah.

Kemarin (19/02/25) di Jakarta Cak Imin meluncurkan buku yang berjudul ada kata revolusinya, yakni “Blue Print Transformasi dan Revolusi Manajemen Haji”. Sudah bisa ditebak apa yang dikehendaki oleh penulis yang penuh sumringah ini dengan kata revolusi, lebih-lebih disandingkan dengan kata yang juga mempunyai kemiripan makna, yaitu transformasi. Tidak lain adalah perubahan, Cak Imin menginginkan agar ada perubahan Badan Pengelola Haji menjadi Kementerian Haji dan Umroh melalui revisi undang-undang.

Baca Juga :  Wajah Baru LPG 3 Kg, Rakyat Kecil Makin Tercekik

Ini baru benar-benar ada revolusi, R nya adalah radikal, yang secara etimologis berarti akar. Ketika bangunan gedung badan pengelola haji diubah menjadi kementerian haji dan umroh, berarti sedang ada upaya perubahan manejemen dengan mencabut dari akar-akarnya. Setelah itu akarnya akan ketahuan serabut atau tunggang.   

Saru hari sebelumnya (18/02/25), terbit di Kompas.id, opini cak Imin dengan judul Revolusi Data Sosial Ekonomi Nasional. Panjang tulisan merepresentasikan dirinya sebagai seorang Menko Pemberdayaan Masyarakat, termasuk isi tulisannya. Tetapi isi tulisan yang merepresentasikan bahwa kebijakan yang akan dibangun benar-benar tidak salah persepsi, entahlah sulit untuk dijawab. Biar waktu yang menjawab.

Soalnya untuk mengambil sudut pandang, setidaknya berangkat dari sisi ‘pernah mengalami’. Jadi ketika kebijakan yang bertumpu pada data sosial ekonomi dan bagaimana penganggaran yang bisa tepat sasaran. Apa kemudian cak Imin pernah mengalami masa ekonomi paling berat dalam hidupnya. Semisal harus bertengkar dengan Ibu karena LPG di rumah mau dijual, sedangkan pada waktu itu sudah tidak punya uang dan tidak ada lagi yang bisa dijual secara mudah. Atau tiba-tiba lihat bapak sedang menyadari double starter sepedahnya sudah tidak bisa digunakan, celingukan tanpa tahu karena akinya sudah terjual oleh anaknya tanpa bilang-bilang. Dengan pertimbangan mau minta uang ke bapak sudah kalau sedang tidak baik-baik isi dompetnya.

Pengalaman seperti ini jelas dibutuhkan sekali dalam menyusun kebijakan tentang upaya-upaya untuk merehabilitasi nasib ekonomi masyarakat, masalahnya kalau pengalaman seperti ini harus menyertai, apakah cak Imin dan Gus Ipul bisa fit and proper? Tetapi cak Imin dengan tulisannya sudah keren.

Baca Juga :  Operasi Kekuasaan

Revolusi cak Imin berkutat pada upayanya dalam seratus hari presiden Prabowo dan kabinet merah putihnya untuk menjadikan adanya data tunggal nasional yang menjadi basis pengambilan keputusan siapa saja yang berhak mendapatkan bantuan pangan non tunai (BPNT), program keluarga harapan (PKH) dan bantuan sejenis lainnya. Sehingga lahir lah apa yang dulu disebut DTKS sekarang menjadi DTSEN.

Jelas ini perkara sulit, modal utama memang harus sumringah dan mempunyai bayang-bayang karakter riang gembira. Ketika Kementerian-Kementerian mempunyai data kemiskinannya masing-masing, maka dalam mengelola kebijakan pastinya bertumpu pada data yang dimiliki, tidak akan mau pake data lembaga sebelah. Faktor ego sektoral secara lumrah tarpasang kuat. Revolusi untuk menyatukan ternyata tidak dibawah model-model militer, sebagaimana cerita revolusioner yang sebenarnya, tetapi dengan penuh gelak tawa, dan itu semua ada pada cak Imin.

Cuma sepertinya tindakan menyatukan data dari berbagai kementerian menjadi satu, kemudian disebut revolusi sepertinya berlebihan. Soalnya itu kan cuma penyelarasan dan penyesuaian lintas sektor saja. Tetapi kalau cak Imin suka dan memang gemar menggunakan kata revolusi, sehingga media mesti secara beruntun selama dua hari 18-19 Februari menayangkan ada dua kali revolusi, maka kita sebut saja cak Imin adalah sosok revolusioner kita. Bagaimanapu juga ia dulu pernah berjuluk panglima santri dan sekarang sedang memimpin revolusi.        

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?
Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda
BBM Dikadali, Negara ke Mana?
Retret, Loyalitas, dan Ironi Omon-omon Efisiensi
Sebiji Beras, Sebait Shalawat
Ekoliterasi dan Tafsir Hijau Quraish Shihab
Jatuhnya Nicolae Ceausescu, Pelajaran bagi Pemimpin Masa Kini
Faizal Assegaf di X: Jokowi Bikin Hancur, Prabowo Melanjutkan

Baca Lainnya

Rabu, 12 Maret 2025 - 08:30 WIB

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Selasa, 11 Maret 2025 - 12:23 WIB

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Kamis, 27 Februari 2025 - 10:00 WIB

BBM Dikadali, Negara ke Mana?

Selasa, 25 Februari 2025 - 12:10 WIB

Retret, Loyalitas, dan Ironi Omon-omon Efisiensi

Selasa, 25 Februari 2025 - 06:01 WIB

Sebiji Beras, Sebait Shalawat

TERBARU

Kolomiah

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Rabu, 12 Mar 2025 - 08:30 WIB

Kolomiah

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Selasa, 11 Mar 2025 - 12:23 WIB

Religia

Tiga Tingkatan Puasa: Syariat, Thoriqoh, Hakikat

Selasa, 11 Mar 2025 - 10:05 WIB