Disparitas Gender Pilkada 2024: Sisi Perempuan Sebagai Objek Pemilih, Jember Lebih Buruk Dari Lumajang

Minggu, 29 Desember 2024 - 11:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Disparitas Gender Pilkada 2024: Sisi Perempuan Sebagai Objek Pemilih, Jember Lebih Buruk Dari Lumajang (Sumber: Frensia Institute)

Disparitas Gender Pilkada 2024: Sisi Perempuan Sebagai Objek Pemilih, Jember Lebih Buruk Dari Lumajang (Sumber: Frensia Institute)

Frensia.id – Disparitas gender menjadi indikator dalam melihat pemberdayaan perempuan dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024 kemarin. Jarak partisipasi laki-laki dan perempuan pada beberapa aspek penitng untuk dikaji.

Meski suara perempuan sering menjadi penentu kemenangan, peran mereka dalam politik masih terbatas pada level pemilih, bukan sebagai pengambil keputusan atau calon kepala daerah.

Hal ini menjadi perhatian Frensia Institute, yang mengkaji disparitas gender dalam Pilkada di Jember dan Lumajang.

Menurut Mashur Imam, analis dari Frensia Institute, partisipasi perempuan dapat dilihat dari dua sisi: sebagai calon politik atau sebagai pemilih.

“Jika partisipasi perempuan sebagai calon sama tingginya dengan laki-laki, itu menunjukkan kesetaraan peran. Namun, bila perempuan hanya dominan sebagai pemilih, ini menandakan minimnya keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan politik,” ujar Imam kepada Frensia.id, 29/12/2024.

Selama ini, partisipasi perempuan yang tinggi umumnya terbatas pada sektor pemberi suara, bukan pada pengambilan kebijakan. Imam menilai, kondisi ini justru memperburuk disparitas gender di daerah tersebut.

“Tingginya partisipasi perempuan sebagai pemilih bukanlah indikator melemahnya disparitas gender. Sebaliknya, ini menunjukkan bahwa perempuan hanya dianggap penting untuk suaranya, bukan perannya,” tegas Imam.

Baca Juga :  Truk Terseret Kereta Api Sejauh 50 Meter Di Jember, Satu Orang Meninggal Dunia

Kasus Jember dan Lumajang menjadi contoh nyata. Berdasarkan data Frensia Institute, disparitas partisipasi pemilih perempuan di Jember mencapai 12,6 persen lebih tinggi dibandingkan laki-laki, sementara Lumajang hanya 6,1 persen. Meski angka ini menunjukkan kesadaran perempuan Jember untuk menyalurkan hak suara lebih besar, Imam justru melihatnya sebagai indikator lemahnya peran perempuan dalam politik.

“Partisipasi perempuan yang tinggi di Jember tidak berarti kesetaraan politik lebih baik. Sebaliknya, ini mengindikasikan perempuan hanya dilibatkan dalam pemilu, tetapi tidak diberi ruang dalam struktur pengambilan keputusan,” ujar Imam.

Kondisi ini diperburuk oleh fakta bahwa Jember belum berhasil melahirkan kepala daerah perempuan, berbeda dengan Lumajang, yang justru memenangkan seorang perempuan sebagai Bupati.

“Lumajang menunjukkan progres yang lebih baik. Kemenangan kepala daerah perempuan di sana mencerminkan bahwa perempuan memiliki peran nyata dalam politik, bukan hanya sebagai objek pemilih,” tambahnya.

Imam juga menyoroti bahwa disparitas gender dalam politik tidak hanya soal angka, tetapi juga kualitas keterlibatan. Perempuan harus diberikan akses untuk berkompetisi sebagai calon pemimpin, bukan sekadar menjadi kelompok yang suaranya diperebutkan.

Baca Juga :  Sejumlah Tokoh Agama dan Politik Datangi Polres Jember, Minta Serius Berantas Narkoba dan Miras

“Jika kondisi ini tidak berubah, perempuan akan terus terjebak dalam peran pasif, hanya berfungsi sebagai pendukung kemenangan, tanpa kesempatan untuk menentukan arah kebijakan,” jelas Imam.

Ia mengingatkan bahwa keberhasilan politik suatu daerah tidak hanya diukur dari tingginya partisipasi pemilih, tetapi juga dari sejauh mana perempuan dilibatkan dalam struktur kekuasaan.

“Tingginya partisipasi pemilih perempuan di Jember hanya menggambarkan kesadaran memilih, bukan kesetaraan peran. Lumajang, dengan kepala daerah perempuannya, jelas lebih unggul,” pungkas Imam.

Kesimpulan dari kajian ini memperlihatkan bahwa disparitas gender di Pilkada Jember masih menjadi persoalan serius. Tingginya partisipasi pemilih perempuan di sana tidak sebanding dengan minimnya representasi perempuan dalam politik.

Sebaliknya, Lumajang memberikan harapan bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin yang dihormati. Pilkada 2024 seharusnya menjadi momentum untuk meningkatkan peran perempuan, tidak hanya sebagai pemilih, tetapi juga sebagai pengambil keputusan.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Polres Jember Amankan Pelaku Penyimpangan Pendistribusian Pupuk Bersubsidi, 1 Truk dan 3 Tin Pupuk Disita, Pelaku Ditangkap Tapi Tak Ditahan
Bupati dan Wakil Bupati Jember Diisukan Tidak Harmonis, Begini Kata Ketua DPC PKB Jember
Pengangkatan CASN dan PPPK Ditunda, Rieke Diah Pitaloka: Zalim Namanya!
Gus Fawait Bentuk Satgas untuk Percepatan Penanganan Tenaga Honorer dan PPPK
Nenek Tima yang Hanyut di Sungai Bedadung Ditemukan Dalam Keadaan Tak Bernyawa
Pria Asal Lumajang Dimassa Warga Usai Kepergok Nyolong Motor di Kencong Jember
Soal Pengangkatan CASN dan PPPK: Komisi II DPR RI Berencana Segera Panggil Kemenpan RB
Sambut Bulan Suci Ramadan, DPC PKB Jember Adakan Ngabuburit Festival Band

Baca Lainnya

Kamis, 13 Maret 2025 - 01:58 WIB

Polres Jember Amankan Pelaku Penyimpangan Pendistribusian Pupuk Bersubsidi, 1 Truk dan 3 Tin Pupuk Disita, Pelaku Ditangkap Tapi Tak Ditahan

Rabu, 12 Maret 2025 - 20:59 WIB

Bupati dan Wakil Bupati Jember Diisukan Tidak Harmonis, Begini Kata Ketua DPC PKB Jember

Selasa, 11 Maret 2025 - 00:45 WIB

Pengangkatan CASN dan PPPK Ditunda, Rieke Diah Pitaloka: Zalim Namanya!

Senin, 10 Maret 2025 - 23:53 WIB

Gus Fawait Bentuk Satgas untuk Percepatan Penanganan Tenaga Honorer dan PPPK

Senin, 10 Maret 2025 - 14:02 WIB

Nenek Tima yang Hanyut di Sungai Bedadung Ditemukan Dalam Keadaan Tak Bernyawa

TERBARU

Religia

Doa, Takdir, dan Candaan Tuhan

Kamis, 13 Mar 2025 - 08:37 WIB

Kolomiah

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Rabu, 12 Mar 2025 - 08:30 WIB