Dua Akademisi Hubungan Internasional Kemukakan Faktor Penghambat Perdamaian Palestina-Israel

Kamis, 27 Juni 2024 - 16:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Dua Akademisi Hubungan Internasional Kemukakan Faktor Penghambat Perdamaian Palestina-Israel (Sumber: Canva)

Gambar Dua Akademisi Hubungan Internasional Kemukakan Faktor Penghambat Perdamaian Palestina-Israel (Sumber: Canva)

Frensia.id- Dua akademisi program Studi hubungan internasional mengemukakan faktor yang menjadi hambatan terciptanya perdamaian Palestina Israel. Salah satu penyebabnya ternyata adalah konflik internal Palestina sendiri.

Kedua akademisi yang dimaksud bernama Aos Yuli Firdaus yang berasal dari Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Nasional dan Yanyan Mochamad Yani dari Universitas Padjadjaran, Bandung.

Temuan keduanya disusun dalam bentuk jurnal. Bahkan telah diterbitkan pada tahun 2020 lalu di Populis :Jurnal Sosial dan Humaniora.

Berdasar penelusuran Frensia.id pada temuan yang disusunnya, tampaknya ia mengurai tiga faktor penghambat utama yang mencegah terjadinya perdamaian Israel-Palestina.

Hubungan Israel-Arab

Menurut dua peneliti ini, hubungan Israel-Arab menjadi sumber dan awal dan susah untuk diselesaikan. Konflik ini bermula dari proklamasi berdirinya negara Israel pada 14 Mei 1948, yang segera disusul oleh serangan dari koalisi negara-negara Arab di sekitarnya.

Perang ini sering disebut sebagai Perang Arab-Israel 1948 atau Perang Kemerdekaan Israel. Konflik ini tidak hanya menjadi pertarungan militer antara negara-negara Arab dan Israel. Akan tetapi, juga membawa dampak luas pada populasi sipil, menyebabkan pengungsian besar-besaran orang Palestina dan menciptakan isu pengungsi yang masih berlangsung hingga kini.

Baca Juga :  Banyak Jukir yang Tidak Patuh, DPRD Minta Dishub Awasi Jalannya Parkir Gratis di Jember

Dalam perkembangan selanjutnya, konflik ini terus menjadi-jadi bahkan hingga saat ini. Tentu, setiap fase konflik selalu disertai dengan upaya-upaya diplomatik untuk mencari resolusi, hanya saja seringkali berakhir dengan kegagalan atau hanya memberikan solusi sementara.

Hubungan Amerika-Israel

Amerika Serikat memiliki pengaruh besar dalam politik internasional dan sering kali memberikan dukungan politik, ekonomi, dan militer kepada Israel. Dukungan ini mempengaruhi dinamika negosiasi dan upaya damai, membuat solusi yang adil dan berkelanjutan menjadi sulit dicapai.

Sedangkan Israel, juga memiliki kepentingan strategis dan keamanan yang kuat di wilayah tersebut. Kebijakan dan tindakan Israel dalam mempertahankan dan memperluas pemukiman, serta respon terhadap tindakan Palestina. Hal demikian sering kali memicu ketegangan dan konflik yang berkepanjangan.

Bahkan pengamat timur tengah menganggap Amerika Serikat sebagai penghambat utama dalam penyelesaian konflik Palestina-Israel. Beberapa indikator konkretnya, misalnya sebagaimana yag terjadi pada 26 Juli 2002, ada doktrin yang secara terbuka diperkenalkan.

Baca Juga :  Pemisahan Pemilu 2029: Jalan Tengah Demokrasi atau Tantangan Baru?

Amerika memperkenalkan Doktrin Negroponte sebagai hal senada dengan kelanjutan dari Doktrin Israel First. Doktrin tersebut berisi pernyataan bahwa Amerika akan selalu menentang setiap resolusi Dewan Keamanan PBB yang berusaha menghukum Israel.

Konflik Internal Palestina

Konflik internal Palestina juga yang paling menghambat proses perdamaian. Aos Yuli dan Yanyan menegaskan bahwa Palestina juga menghadapi kompleksitas dalam mengelola konflik internal antara Fatah dan Hamas.

Keduanya memiliki pandangan dan strategi yang berbeda terkait perjuangan kemerdekaan mereka. Perselisihan ini tidak hanya menghalangi upaya bersatu untuk mencapai tujuan nasional mereka, tetapi juga memperburuk prospek perdamaian dengan Israel.

Akibatnya, fokus upaya kemerdekaan terbagi pada masalah internal mereka sendiri. Palestina berisiko kehilangan momentum dalam mencapai solusi damai yang dapat diterima oleh semua pihak.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Beda Pilihan Politik Disebut Khawarij? Begini Jawaban Gus Aab di Harlah Rijalul Ansor Jember
Fraksi PPP DPRD Jember Sebut Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Sektor Wisata-Ekonomi Lokal
Tanggapan Fraksi PKB DPRD Jember tentang Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
PKB Jember Optimis Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Ekonomi Daerah
Komisi C DPRD Jember Genjot Penyelesaian Jalur Gumitir Dipercepat
Komisi C DPRD Jember Pastikan Kesiapan Reaktivasi Bandara Notohadinegoro
Jalur Gumitir Ditutup, Anggota DPRD Jatim: Dampaknya Tidak Seperti Sekarang Jika Pembangunan JLS Selesai
Wabup Mangkir Paripurna, Fraksi Nasdem: Harusnya Hadir Meski Tak Diundang

Baca Lainnya

Selasa, 19 Agustus 2025 - 22:26 WIB

Beda Pilihan Politik Disebut Khawarij? Begini Jawaban Gus Aab di Harlah Rijalul Ansor Jember

Selasa, 19 Agustus 2025 - 15:20 WIB

Fraksi PPP DPRD Jember Sebut Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Sektor Wisata-Ekonomi Lokal

Selasa, 19 Agustus 2025 - 13:52 WIB

Tanggapan Fraksi PKB DPRD Jember tentang Reaktivasi Bandara Notohadinegoro

Sabtu, 16 Agustus 2025 - 10:53 WIB

PKB Jember Optimis Reaktivasi Bandara Notohadinegoro Bisa Dongkrak Ekonomi Daerah

Jumat, 15 Agustus 2025 - 21:11 WIB

Komisi C DPRD Jember Genjot Penyelesaian Jalur Gumitir Dipercepat

TERBARU

ilustrasi Gedung MK yang tampak retak, menggambarkan rapuhnya independensi lembaga penjaga konstitusi di tengah tekanan politik.

Opinia

“Jangan Menghantam DPR”: Retaknya Independensi MK

Jumat, 22 Agu 2025 - 10:40 WIB