Eco-Pesantren, Dianggap Sebagai Cara Jitu Hadapi Krisis Ekologi

Jumat, 28 Juni 2024 - 15:42 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Eco-Pesantren, Dianggap Sebagai Cara Jitu Hadapi Krisisi Ekologi (Sumber: Canva)

Gambar Eco-Pesantren, Dianggap Sebagai Cara Jitu Hadapi Krisisi Ekologi (Sumber: Canva)

“Environmental theology brings Eco-Pesantren on the profound philosophy of eco-ethical perspectives”


_ Herdis Herdiansyah, Hadid Sukmana dan Ratih Lestarini

Frensia.id- Eco-Pesantren didengungkan oleh beberapa akademisi sebagai cara terbaik dalam menghadapi badai krisis ekologi. Gagasan tersebut muncul karena posisi pesantren di Indonesia yang memiliki kekuatan dalam membentuk budaya dan mengarahkan masyarakat.

Konsepsi ini banyak didengungkan sejak masalah iklim dan ekologi muncul sebagai krisis yang perlu segera ditanggulangi. Beberapa akademisi mulai banyak merespons dengan melakukan beberapa penelitian terkait isu tersebut.

Salah satunya yang mulai banyak dikaji adalah konsep eco-pesantren. Banyak yang menganggap ide tersebut dapat efektif mengembangkan masyarakat untuk bersama-sama atau bergotong royong melakukan penanggulangan krisis ekologi.

Diantara akademisi yang meneliti adalah Herdis Herdiansyah, Hadid Sukmana dan Ratih Lestarini. Ketiganya melihat eco-pesantren dapat dianggap sebagai strategi yang menyatukan moral dan teologi.

Jurnal yang telah diterbitkan dalam Kalam pada tahun 2012 silam, mengurai bahwa manfaat dan dampak sosial-ekonomi begitu signifikan bagi pesantren itu sendiri, bahkan juga bagi komunitas yang lebih luas.

Baca Juga :  WASPADA! Peneliti Ungkap "Satu Benda" Paling Berbahaya Pemicu Kecelakaan Ojek Online di Jember

Selain itu, konsep Eco-Pesantren ternyata dapat berfungsi besar sebagai dasar pembelajaran untuk membentuk karakter yang baik dengan penekanan pada kepedulian terhadap lingkungan. Melalui pendekatan ini, para santri tidak hanya dididik dalam aspek spiritual dan akademik, tetapi juga diajarkan untuk menghargai dan melestarikan alam sekitar.

Lebih jauh lagi, teologi lingkungan yang diintegrasikan dalam Eco-Pesantren membawa peserta didik pada pemahaman mendalam tentang filosofi dan etika ekologi. Hal demikian mencakup prinsip-prinsip keberlanjutan, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap masa depan bumi.

Dengan demikian, Eco-Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan. Akan tetapi, juga sebagai model komunitas yang harmonis dengan lingkungan, yang dapat diadopsi oleh komunitas lain untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Baca Juga :  Direktur Politeknik Negeri Jember Dukung Penuh Reaktivasi Bandara Notohadinegoro

Hal demikian ini juga diutarakan oleh Herdis Herdiansyah dari Universitas Gadjah Mada dan dau akademisi asal Universitas Indonesia, yakni Trisasono Jokopitoyo serta Ahmad Munir. Mereka juga menulis penelitian yang telah terbit IOP Conference Series: Earth and Environmental Science pada tahun 2017 sebelumnya.

Menurut mereka, Eco-pesantren memiliki memakai pendekatan motivasi pada masyarakat. Meskipun membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, namun sebenarnya terbukti dapat memberikan dampak yang lebih positif.

Pasalnya, dilakukan dengan bertahap dan mampu mengubah sikap dan perilakunya secara persuasif. Pendekatan yang berkesinambungan ini memungkinkan transformasi yang lebih mendalam dan berkelanjutan, karena perubahan terjadi dari dalam diri individu.

Lambat laun, individu akan menyadari pentingnya perilaku yang lebih bertanggung jawab dan proaktif terhadap lingkungan dan masyarakat, sehingga menghasilkan dampak yang lebih bermakna dan langgeng

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Gerakan PMII Cabang Jember Bukan Ruang Fomo
Membedah Fikih Lingkungan, UIN KHAS Jember Gelar Serial Kajian Ekoteologi
Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh: Pesan Rektor UIN KHAS Jember Pada Closing PBAK 2025
Galakkan Gerakan “Wakaf Oksigen” Saat PBAK, UIN KHAS Jember Lawan Krisis Iklim
Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan, Ribuan Mahasiswa Baru UIN KHAS Jember Bagikan Bibit Pohon Buah Kepada Pengguna Jalan
Rabo Wekasan: Antara Tradisi, Doa, dan Catatan Ilmiah
Tanpa Bambu, Bumi Akan Mati! Kata Peneliti Universitas Kolombia
Ribuan Maba UIN KHAS Jember Ikuti PBAK 2025, Usung Tema Ekoteologi

Baca Lainnya

Minggu, 31 Agustus 2025 - 16:41 WIB

Gerakan PMII Cabang Jember Bukan Ruang Fomo

Rabu, 27 Agustus 2025 - 19:40 WIB

Membedah Fikih Lingkungan, UIN KHAS Jember Gelar Serial Kajian Ekoteologi

Sabtu, 23 Agustus 2025 - 21:52 WIB

Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh: Pesan Rektor UIN KHAS Jember Pada Closing PBAK 2025

Jumat, 22 Agustus 2025 - 17:00 WIB

Galakkan Gerakan “Wakaf Oksigen” Saat PBAK, UIN KHAS Jember Lawan Krisis Iklim

Jumat, 22 Agustus 2025 - 16:29 WIB

Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan, Ribuan Mahasiswa Baru UIN KHAS Jember Bagikan Bibit Pohon Buah Kepada Pengguna Jalan

TERBARU

Gambar

Educatia

Gerakan PMII Cabang Jember Bukan Ruang Fomo

Minggu, 31 Agu 2025 - 16:41 WIB