Filsafat Ternyata Mengajarkan Argumentasi Agar Tidak Bayar Hutang

Jumat, 7 Februari 2025 - 23:09 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

kewajiban membayar hutang (Ilustrasi: Arif)

kewajiban membayar hutang (Ilustrasi: Arif)

Frensia.id- Pada dasarnya yang namanya hutang wajib untuk dilunasi. Ditinjau dari segi moral dan agama manapun, semuanya menganjurkan untuk membayarkannya sebagaimana yang dulu pernah dipinjam, tidak lebih dan tidak kurang.

Beberapa orang yang berkelit dari hutangnya akan menerima resiko bahwa ia tidak akan lagi mendapatkan kepercayaan dari orang lain.

Jika berhutangnya pada Bank dan saat jatuh tempo belum bisa bayar, instansi keuangan tersebut akan memberi catatan merah kepada pelakunya, konsekuensinya lebih lanjut orang yang berhutang akan sulit untuk memperoleh pinjaman kembali dari Bank manapun.

Dalam agama Islam pun, terdapat anjuran untuk segera melunasinya apabila sudah ada. Jika dengan sengaja tidak mempunyai inisiatif baik, maka orang tersebut merupakan golongan orang-orang munafik.

Intinya persoalan hutang bukan sesuatu yang rumit, yang penting apabila hendak berhutang berarti juga mempunyai i’tikad baik untuk membayarnya.

Lepas dari itu semua, ternyata dalam suatu konteks kehidupan terdapat sebuah situasi yang memungkinkan bagi seseorang yang telah berhutang justru tidak wajib untuk membayarnya. Tetapi hal ini bukan sesuatu perakara yang lumrah, sangat sukar sekali dicari.

Dalil rasional untuk tidak membayar hutang, diutarakan oleh salah seorang filsuf paling populer di Yunani, yakni Plato dalam bukunya yang paling monumental dan bisa dibaca hingga hari ini, yang berjudul Republik.

Baca Juga :  Garis Laras Pancasila dan Hudaibiyah: Jalan Damai Berbangsa

Sebelumnya perlu diketahui, Plato adalah seorang pemikir paling berpengaruh yang lahir pada tahun 427 SM. Ia juga disebut sebagai catatan kaki peradaban Barat dan pendiri dari Akedmi Platonik di Athena, Yunani. Sebuah universitas pertama di negara Barat.

Buku Republik berisi dialog-dialog panjang dengan beberapa pemerannya, konten utama dalam percakapan didalamnya berisi tentang keadilan, yang mana diulang dan dikupas dari berbagai sudut pandang.

Terdapat banyak ilustrasi-ilustrasi yang dibuat untuk menggambarkan suatu kondisi mengenai perkara bisa disebut adil atau tidak adil.

Salah satunya, yang berkaitan dengan persolana hutang adalah percakapan di rumah Chepalus. Hal ini dipicu oleh sebuah pertanyaan apakah yang dimaksud dengan keadilan? Pertanyaan tersebut bersambung cukup panjang dan mengarah kepada jawabannya sendiri.

“apakah sebatas mengatakan kebenaran dan mengembalikan apa yang kita pinjam dari orang lain? Tidak adakah pengecualian yang bisa diberlakukan? Sebagai contoh misalnya ketika dalam kondisi normal, seorang teman telah meminjamkan senjatanya kepadaku, namun ketika kondisi pikirannya sedang terganggu, ia meminta agar senjata itu dikembalikan. Pada kondisi seperti ini, haruskah aku mengembalikan senjata itu kepadanya? Tentu tidak seorangpun akan mengatakan bahwa aku harus mengembalikan senjata itu kepadanya atau akan membenarkan tindakan seperti itu, juga tidak akan ada orang yang mengatakan bahwa aku harus selalu mengatakan kebenaran kepada orang yang berada dalam kondisi seperti itu”, jelasnya, seraya mendapatkan tanggapan dari kawannya, “benar sekali”.

Perumpamaan senjata yang dipinjam menjadi tidak wajib dikembalikan apabila pemiliknya sedang dalam kondisi tidak normal. Hal yang sama juga terjadi bagi uang yang dipinjam, tidak sepantasnya dikembalikan kepada pemiliknya apabila orang tersebut benar-benar tidak layak menerimanya, dikarenakan akan memungkinkan terjadinya bahaya yang lebih besar.

Baca Juga :  Wadul Guse dan Paradoksnya

Tetapi perlu diperhatikan, bahwasannya peristiwa sejenis ini sangat jarang sekali ditemukan, sekalipun tetap saja menemukan pengecualian. Lebih daripada itu apabila memang hendak bayar hutang dan yang memberinya dulu sekarang tidak normal, maka ada baiknya untuk diserahkan kepada keluarganya.

Buku Republik karya Plato yang usianya lebih dari dua milenium ini, pada intinya mengajarkan bahwa keadilan selalu berasal dari diri sendiri bukan dari sistem politik, hal mendasar pula yang menjadi alasan mengapa ia lebih memilih sistem aristokrasi daripada demokrasi, kala itu.

Sampai disini bisa disimpulkan bahwasannya filsafat mengajarkan supaya seseorang bisa berlaku adil dari diri sendiri, meminjam istilah pak Pramodya, adil sejak dalam kandungan, tetapi filsafat ternyata juga mengajarkan cara membuat dalil agar tidak bayar hutang.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Denting Nurani di Tengah Dentuman Horeg
Perempuan Polos dan Politik
Wadul Guse dan Paradoksnya
79 Tahun Bhayangkara: Kita Butuh Polisi Pembela Kaum Lemah
Perguruan Tinggi dan Bahasanya
Garis Laras Pancasila dan Hudaibiyah: Jalan Damai Berbangsa
Ekoteologi Dan Iman Yang membumi
Ramalan Il Principe

Baca Lainnya

Rabu, 16 Juli 2025 - 18:01 WIB

Denting Nurani di Tengah Dentuman Horeg

Senin, 14 Juli 2025 - 14:07 WIB

Perempuan Polos dan Politik

Jumat, 4 Juli 2025 - 08:05 WIB

Wadul Guse dan Paradoksnya

Selasa, 1 Juli 2025 - 14:01 WIB

79 Tahun Bhayangkara: Kita Butuh Polisi Pembela Kaum Lemah

Kamis, 26 Juni 2025 - 20:06 WIB

Perguruan Tinggi dan Bahasanya

TERBARU

Owner Balad Grup, HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy bersama para mitranya (Sumber foto: istimewa)

Opinia

Melestarikan Jaringan

Jumat, 25 Jul 2025 - 13:57 WIB