Frensia.id – KH Abdullah Syamsul Arifin, atau yang akrab disapa Gus Aab, salah satu Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) asal Jember, mengungkapkan tiga tipologi pengurus NU yang harus tetap diopeni atau diperhatikan.
Meskipun memiliki kekurangan masing-masing, mereka tetap menjadi bagian dari kekuatan NU.
Dalam sebuah video yang diunggah di akun TikTok resminya, 14/02/2035,Gus Aab menyampaikan bahwa pengurus NU memiliki latar belakang dan karakter yang beragam.
Oleh karena itu, tidak perlu berkecil hati jika menemui berbagai macam tipe pengurus dalam organisasi.
“Makanya para pengurus NU jangan berkecil hati, kalau yang jadi pengurus itu latar belakangnya beda-beda, bahan dasarnya macam-macam. Ya karena begitu, termasuk polanya dan tingkahnya,” ujar Gus Aab dalam video tersebut.
Menurutnya, ada tiga tipologi pengurus NU yang perlu diperhatikan:
Pemikir Brilian, Tapi Kurang Eksekusi
Tipologi pertama adalah mereka yang dalam rapat penuh dengan ide-ide brilian dan gagasan cemerlang. Namun, ketika diberi tugas untuk mengeksekusi ide tersebut, mereka justru tidak bisa diandalkan.
“Ada sebagian pengurus itu kalau sedang rapat, ide-idenya brilian, gagasannya luar biasa, pemikirannya cemerlang. Tapi giliran dikasih pekerjaan gak nunggul sama sekali,” kata Gus Aab.
Meskipun begitu, mereka tetap harus diopeni. Caranya? Libatkan mereka dalam rapat dan diskusi, biarkan mereka berkontribusi lewat pemikiran, tanpa harus membebani mereka dengan pekerjaan teknis.
Pendiam di Rapat, Tapi Rajin Bekerja
Tipologi kedua adalah mereka yang pasif saat rapat, tidak banyak berbicara, bahkan hanya menjadi pendengar setia. Namun, saat diberi pekerjaan, mereka akan bekerja tanpa kenal lelah hingga tugasnya tuntas.
“Ada pengurus NU itu kalau diajak rapat gak pernah bicara, diem saja, dengarin saja. Tapi giliran dikasih pekerjaan, kalau belum tuntas, dia gak geser,” jelasnya.
Tipe pengurus seperti ini juga sangat dibutuhkan, terutama dalam eksekusi program dan kegiatan organisasi.
Tidak Hadir, Tapi Transferan Lancar
Tipologi terakhir adalah mereka yang jarang hadir dalam rapat dan acara. Bahkan, ketika diberikan tugas, mereka sulit diandalkan. Namun, mereka selalu siap membantu secara finansial.
“Ada yang waktu rapat tidak pernah berpendapat dan bahkan tidak hadir, dikasih pekerjaan untuk nyiapkan acara juga sulit datangnya, bahkan pada saat acara puncak, pamit,” ujar Gus Aab.
Namun uniknya, mereka tetap ingin berkontribusi dengan cara yang berbeda.
“Tapi mohon maaf Pak Ketua PW, tolong sampaikan ke panitia, apanya yang belum selesai? Oh ini belum, ini belum, sudah lah gak usah repot-repot, semuanya tanggungan saya,” kata Gus Aab menirukan tipe pengurus ini.
Meskipun tidak aktif secara fisik, kontribusi finansial mereka tetap membantu kelangsungan organisasi.
Gus Aab menegaskan bahwa semua tipologi pengurus tersebut, meskipun memiliki kekurangan, tetap memiliki peran masing-masing dalam NU.
“Itulah pernak-perniknya, itulah kekuatan Nahdlatul Ulama dari yang seperti itu,” pungkasnya.