Frensia.id – Harga cabai di Jawa Timur menjadi sorotan dalam beberapa pekan terakhir. Fluktuasi tajam di tingkat konsumen dan produsen telah menimbulkan keresahan, terutama pada cabai rawit yang menunjukkan kenaikan signifikan.
Frensia Institute, lembaga analisis ekonomi, mengungkapkan bahwa grafik harga pangan di Jawa Timur menunjukkan pola yang tak menentu, terutama sejak awal tahun.
Arif Prasetyo, pakar sosiologi dari Frensia Institute, mengungkapkan bahwa harga cabai rawit menjadi perhatian utama karena terus melonjak tanpa tanda-tanda stabilisasi. Berdasarkan data yang dikumpulkan hingga 19 Januari 2025, semua jenis cabai mengalami kenaikan signifikan pada awal tahun, dengan cabai rawit mencatat lonjakan tertinggi.
“Sejak 2 Januari, harga cabai mulai merangkak naik. Cabai keriting naik dari Rp21.667 menjadi Rp24.286, cabai merah besar dari Rp31.667 menjadi Rp40.625, dan cabai rawit dari Rp25.000 melonjak menjadi Rp27.125. Setelah itu, grafik terus menunjukkan tren kenaikan, terutama pada cabai rawit,” jelas Arif, 19/01/2024.
Menurut analisis, harga cabai rawit kini mencapai Rp42.333, meningkat 59,1 persen dibandingkan akhir tahun lalu. Lonjakan ini bahkan lebih mencolok dibandingkan dua jenis cabai lainnya, yang justru mulai menunjukkan tren penurunan harga.
Cabai keriting, misalnya, turun dari Rp23.619 menjadi Rp23.500, sementara cabai merah besar juga mengalami penurunan dari Rp38.909 menjadi Rp37.923.
Namun, cabai rawit terus melawan arus dengan kenaikan yang curam dan fluktuasi yang tidak stabil.
“Pada 7 Januari, harga cabai rawit sempat menyentuh Rp43.542, melonjak drastis dari Rp34.000 sehari sebelumnya. Meski sempat turun pada 9 Januari, harga kembali naik menjadi Rp44.111 pada 12 Januari,” tambah Arif.
Fluktuasi ini tidak hanya mengganggu stabilitas pasar tetapi juga memberatkan konsumen. Para petani di Jawa Timur juga menghadapi tantangan karena perubahan harga yang tidak terduga, sehingga menyulitkan perencanaan produksi.
“Cabai rawit terus naik hingga sekarang, meskipun dua jenis cabai lainnya menunjukkan penurunan harga. Ini menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, terutama mereka yang bergantung pada cabai sebagai kebutuhan sehari-hari,” kata Arif.
Dengan tren kenaikan harga cabai rawit yang belum menunjukkan tanda-tanda berhenti, masyarakat Jawa Timur diimbau untuk lebih bijak dalam mengelola konsumsi cabai.
Di sisi lain, pemerintah daerah diharapkan segera mengambil langkah konkret untuk menstabilkan harga dan meringankan beban masyarakat.
Kondisi ini menjadi pengingat bahwa kestabilan harga komoditas pangan adalah kunci untuk menjaga kesejahteraan masyarakat. Menurut Prass, jika tidak segera diatasi, lonjakan harga cabai rawit berpotensi memperburuk inflasi pangan di Jawa Timur.