Hari Keluarga Nasional Diperingati setiap 29 Juni, Momen Berharga Warisan Presiden Soeharto

Jumat, 28 Juni 2024 - 20:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Presiden Soeharto saat Merayakan Hari Keluarga Nasional - Sam Ridwan (Frensia.id)

Ilustrasi Presiden Soeharto saat Merayakan Hari Keluarga Nasional - Sam Ridwan (Frensia.id)

Frensia.id – Hari Keluarga Nasional atau yang sering disingkat dengan Harganas, pertama kali dicanangkan pada tahun 1993 oleh Presiden Soeharto. 

Pencanangan ini bertujuan untuk mempromosikan pentingnya keluarga dalam mendukung pembangunan nasional, khususnya dalam konteks stabilisasi sosial dan ekonomi. 

Pada awalnya, konsep ini juga dikaitkan dengan program Keluarga Berencana (KB), sebagai salah satu upaya untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk Indonesia.

Dalam perjalanannya, peringatan Hari Keluarga Nasional berkembang lebih luas, tidak hanya terfokus pada program KB, tapi juga pada aspek-aspek pengembangan keluarga secara menyeluruh, termasuk kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan keluarga.

Presiden Soeharto, sebagai Presiden Republik Indonesia kedua, memiliki peranan penting dalam banyak aspek pembangunan nasional, termasuk dalam bidang keluarga. 

Salah satu inisiatif besar yang diambil oleh Presiden Soeharto adalah pencanangan Hari Keluarga Nasional (Harganas), yang pertama kali dicanangkan pada tahun 1993. 

Inisiatif ini menunjukkan kepedulian beliau terhadap pentingnya keluarga dalam struktur sosial dan pembangunan nasional Indonesia.

Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia menghadapi berbagai tantangan demografis, termasuk pertumbuhan penduduk yang sangat cepat. 

Baca Juga :  Menengok Ulang Wajah Reformasi 1998

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah saat itu menekankan pentingnya program Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu solusi untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. 

Namun, Presiden Soeharto menyadari bahwa pendekatan terhadap keluarga harus lebih inklusif dan menyeluruh, tidak hanya terfokus pada aspek kelahiran saja.

Presiden Soeharto mencanangkan Hari Keluarga Nasional pada 29 Juni 1993 sebagai bentuk pengakuan negara terhadap peran keluarga dalam pembangunan. 

Penetapan hari ini tidak hanya bertujuan untuk mendukung program KB, tetapi juga untuk memperkuat nilai-nilai keluarga, meningkatkan kualitas hidup keluarga, serta mempererat ikatan dan fungsi keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat.

Presiden Soeharto mengharapkan bahwa dengan adanya Hari Keluarga Nasional, dapat tercipta kesadaran baru dalam masyarakat tentang pentingnya keluarga sebagai pilar utama dalam pembentukan karakter bangsa dan penggerak utama dalam pembangunan nasional. 

Hal ini diharapkan dapat membawa dampak positif pada stabilisasi sosial, peningkatan kesejahteraan, dan penguatan nilai-nilai luhur budaya Indonesia.

Baca Juga :  Yayasan Sahabat Ulul Albab Gelar Halal Bihalal Harlah PMII ke-65, Prof. Hepni: UIN KHAS Jember Peletak Dasar NDP PMII

Di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan Harganas, mulai dari kampanye nasional, penyuluhan, hingga kegiatan-kegiatan yang melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat. 

Program-program ini dirancang untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesehatan reproduksi, perencanaan keluarga, dan kesehatan anak, serta mempromosikan aktivitas yang dapat meningkatkan kualitas interaksi antar anggota keluarga.

Meskipun telah berlalu beberapa dekade sejak pencanangan Hari Keluarga Nasional oleh Presiden Soeharto, peringatan ini tetap relevan dan terus diperingati setiap tahunnya di Indonesia. 

Inisiatif ini tidak hanya meninggalkan warisan berupa kesadaran akan pentingnya keluarga, tetapi juga menjadi momentum tahunan untuk mengevaluasi dan memperbaharui komitmen terhadap pembangunan keluarga di Indonesia.

Secara keseluruhan, pencanangan Hari Keluarga Nasional oleh Presiden Soeharto merupakan langkah strategis dalam membangun fondasi yang kuat untuk keluarga Indonesia. 

Ini adalah contoh bagaimana kepemimpinan visioner dapat membawa perubahan sosial yang berkelanjutan, yang terus dirasakan manfaatnya oleh generasi berikutnya. (*)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Menengok Ulang Wajah Reformasi 1998
Yayasan Sahabat Ulul Albab Gelar Halal Bihalal Harlah PMII ke-65, Prof. Hepni: UIN KHAS Jember Peletak Dasar NDP PMII
Program Makan Bergizi, Telah Lama Digagas di Jepang
Percaya? Wong Jowo Terlibat Sejak Era Kolonial Dalam Bisnis Narkoba
Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955
Dua Periset UNIB Teliti K.H.R. Ach. Fawaid As’ad Situbondo, Ulama’ Politik Yang Menata Bangsa Dari Kehidupan Nyata
Akademisi UNESA Teliti Kasus Nenek Asyani, Dorong Perbaikan Hukum di Indonesia
Diteliti, Waly Al-Khalidy Berperan Besar dalam Desain Otoritas Agama di Aceh

Baca Lainnya

Rabu, 21 Mei 2025 - 12:19 WIB

Menengok Ulang Wajah Reformasi 1998

Sabtu, 26 April 2025 - 00:52 WIB

Yayasan Sahabat Ulul Albab Gelar Halal Bihalal Harlah PMII ke-65, Prof. Hepni: UIN KHAS Jember Peletak Dasar NDP PMII

Senin, 7 April 2025 - 06:56 WIB

Program Makan Bergizi, Telah Lama Digagas di Jepang

Sabtu, 29 Maret 2025 - 04:57 WIB

Percaya? Wong Jowo Terlibat Sejak Era Kolonial Dalam Bisnis Narkoba

Jumat, 28 Februari 2025 - 17:02 WIB

Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955

TERBARU

Educatia

KH. M. Nazaruddin Umar Sebut PMII Berada di Persimpangan

Sabtu, 24 Mei 2025 - 19:47 WIB

Bupati Jember Gus Fawait saat diwawancarai (Sumber foto: Sigit)

Politia

Pemkab Jember Resmi Gratiskan Parkir Jalan Wewenang Dishub.

Kamis, 22 Mei 2025 - 09:45 WIB