Jatuhnya Nicolae Ceausescu, Pelajaran bagi Pemimpin Masa Kini

Kamis, 20 Februari 2025 - 11:46 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi gambar

Ilustrasi gambar "Jatuhnya Nicolae Ceausescu, Pelajaran bagi Pemimpin Masa Kini" sumber media X

Frensia.id – Nicolae Ceausescu, Presiden Rumania yang berkuasa selama 25 tahun—ditemukan tewas bersama istrinya, Elena, di tengah lapangan kosong yang dikelilingi tentara pada pagi Natal 25 Desember 1989.

Mayatnya bersimbah darah, mengenakan jas hitam yang selama ini menjadi simbol kekuasaannya.

Kematian tragis itu menjadi akhir dari rezim diktator yang semula diyakini tak tergoyahkan.

Kisahnya menjadi pengingat abadi bahwa kekuasaan yang lalim akan tumbang oleh amarah rakyat yang tertindas.

Dari Puncak Kekuasaan ke Jurang Kehancuran

Ceausescu memerintah Rumania sejak 1974 dengan tangan besi. Didukung penuh oleh militer, Partai Komunis Rumania (PCR), dan media yang dikendalikan.

Untuk mendukung kediktatorannya, ia membangun citra sebagai pemimpin yang tak terbantahkan.

Marin Sorescu, seorang penyair Rumania menggambarkannya dengan satire pedasnya.

“Batuknya adalah perintah membungkam, teriakannya adalah perintah melenyapkan, dan humornya adalah pembantaian!”

Ungkapan ini mencerminkan betapa menakutkannya kekuasaan Ceausescu, yang tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mempertahankan posisinya.

Baca Juga :  79 Tahun Bhayangkara: Kita Butuh Polisi Pembela Kaum Lemah

Selama puluhan tahun, rakyat dipaksa tunduk di bawah teror, sementara Ceausescu dan lingkaran dalamnya hidup dalam kemewahan.

Namun, pada 21 Desember 1989, gejolak yang lama terpendam meledak. Rakyat sipil turun ke jalan di Bukarest, menolak pidato Ceausescu yang penuh kebohongan.

Awalnya, tentara dikerahkan untuk menembaki demonstran. Tapi dalam hitungan jam, situasi berbalik, sebagian besar tentara dan anggota partai memilih berpihak pada rakyat.

Sejarawan Mircea Munteanu dalam catatan revolusinya menjelaskan bahwa mereka lelah menjadi alat represi, sementara rakyat kelaparan dan dipermalukan.

Ceausescu percaya bahwa selama elit politik dan militer loyal, tahtanya aman. Ia mengabaikan kenyataan bahwa rakyat-yang dianggapnya buta politik, telah mencapai titik jenuh.

Ketidakadilan ekonomi, represi, dan kesombongannya menjadi bensin bagi revolusi. Dalam empat hari, rezimnya yang kokoh runtuh seperti rumah kartu.

Pelajarannya jelas, kekuasaan sejati bukanlah jumlah senjata atau dukungan segelintir elit, melainkan legitimasi dari rakyat.

Baca Juga :  Perempuan Polos dan Politik

Ceausescu lupa bahwa sejarah akan selalu berulang, dari Revolusi Prancis hingga Arab Spring, rakyat selalu punya cara untuk menggulingkan tirani.

Bahkan di era modern, di mana informasi sulit dibungkam, kekuatan massa semakin tak terbendung.

Refleksi untuk Pemimpin Masa Kini

Kisah Ceausescu ini merupakan cermin bagi para penguasa hari ini, agar mengambil pelajaran berharga.

Ketika kebijakan hanya menguntungkan kroni, ketika suara rakyat dianggap angin lalu, dan ketika kekerasan dijadikan solusi—itu adalah awal dari kehancuran.

Sebagaimana kata pepatah Rumania pasca revolusi. Angin perubahan bisa datang kapan saja, dan tak ada tembok yang cukup tinggi untuk menahannya.

Akhirnya, kematian Ceaușescu bukan sekadar akhir seorang diktator. Tragedi tersebut menjadi bukti bahwa dalam demokrasi sejati, rakyat—bukan elit—adalah pemegang kedaulatan tertinggi.

Dan sejarah akan selalu berpihak pada mereka yang berani memperjuangkan keadilan.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Denting Nurani di Tengah Dentuman Horeg
Perempuan Polos dan Politik
Wadul Guse dan Paradoksnya
79 Tahun Bhayangkara: Kita Butuh Polisi Pembela Kaum Lemah
Perguruan Tinggi dan Bahasanya
Garis Laras Pancasila dan Hudaibiyah: Jalan Damai Berbangsa
Ekoteologi Dan Iman Yang membumi
Ramalan Il Principe

Baca Lainnya

Rabu, 16 Juli 2025 - 18:01 WIB

Denting Nurani di Tengah Dentuman Horeg

Senin, 14 Juli 2025 - 14:07 WIB

Perempuan Polos dan Politik

Jumat, 4 Juli 2025 - 08:05 WIB

Wadul Guse dan Paradoksnya

Selasa, 1 Juli 2025 - 14:01 WIB

79 Tahun Bhayangkara: Kita Butuh Polisi Pembela Kaum Lemah

Kamis, 26 Juni 2025 - 20:06 WIB

Perguruan Tinggi dan Bahasanya

TERBARU

Pengusaha asal Situbondo HRM. Khalilur R Abdullah Sahlawiy (pakai topi koboi) saat mengunjungi pabrik beras di Vietnam (Sumber foto: Istimewa)

Regionalia

Pengusaha Situbondo Jajaki Penjualan Beras Premium Asal Vietnam

Jumat, 1 Agu 2025 - 13:08 WIB