Frensia.id – Dalam sebuah kesempatan, ada seorang anak bertanya kepada Syekh Ali Jum’ah tentang alasan kenapa Allah membiarkan setan menggoda manusia? Bagi sebagian orang khususnya orang dewasa, pertanyaan semacam ini bisa saja tidak perlu ditanyakan, selain sudah tahu jawabannya, ada anggapan tidak pantas menanyakan hal itu.
Namun tidak bagi anak kecil, anak kerap kali bertanya tentang Tuhan atau seputar kegamaan. Ini merupakan bagian dari perkembangan mereka, terutama jika sudah didorong rasa ingin tahu dan penasaran.
Termasuk pertanyaan kenapa Allah masih memberikan lampu hijau bagi setan untuk menggoda manusia, sedangkan Allah sendiri ingin manusia bertaqwa kepada-Nya.
Tidak tertutup kemungkinan pertanyaan itu juga pernah kita alami sewaktu masih kecil. Syekh Ali Jum’ah, ulam terkemuka dan mantan mufti agung di Mesir menjawab pertanyaan tersebut.
Menurut guru besar Ushul Fikih ini, setan hanya diberikan kesempatan menggoda manusia, namun tidak bisa mengendalikannya. Semua keputusan ada pada manusia, apakah ia ingin menaati atau tidak.
Allah tidak memberikan kekuasan bagi setan untuk mengendalikan manusia. Jika manusia tergoda dengan ajakan setan, itu menunjukkan jiwa atau nafsu amarah didalam manusia memilih menaati rayuan setan.
Menurut Syekh Ali Jum’ah, Setan hanya mendatangi lalu menggoda manusia, peran dan sisanya ada pada manusia. Disinilah Allah memberikan kesempatan bagi manusia untuk meminta perlindungan kepada-Nya dengan mengucapkan ‘a’uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim (aku berlindung kepada Allah dari godaan seta yang terkutuk).
Menurut pengarang kitab al-imam al-syafi’i wa Madrasatuhu al-Fiqhiyah ini, kehadiran setan menggoda manusia merupakan bagian dari mekanisme ujian bagi manusia. Dengan godaan setan tersebut, manusia ada kesempatan untuk memilih mengikuti jalan kebenaran sebagaimana digariskan Allah atau sebaliknya, mengikuti godaan setan yang menjauhkan dari jalan lurus.
Dalam perspektif ini, keberadaan setan dan godaannya adalah cara Allah memberikan kebebasan memilih kepada manusia, yang pada gilirannya menentukan pahala atau hukuman mereka di akhirat.
Allah tidak membiarkan manusia tanpa panduan. Allah menurunkan wahyu, mengutus para nabi, dan memberikan akal serta hati nurani kepada manusia untuk membedakan yang benar dan yang salah.
Selama manusia berpegang teguh pada kitab suci sebagai panduan, mengikuti ajaran Nabi selaku utusan-Nya dan menggunakan akal budi untuk membedakan yang benar dan salah. Maka, tak perlu khawatir dengan godaan setan, godaannya tak mampu menyesatkan manusia.