Frensia.id- Jurnalisme profetik, cara unik Muhammadiya hadapi kekerasan seksual. Sebuah penelitian terbaru yang dipimpin oleh Andhika Pamungkas dan timnya pada tahun 2023, berhasil mengungkap peran penting nilai-nilai jurnalisme profetik dalam strategi komunikasi publik yang diusung Pimpinan Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah).
Studi ini menggali bagaimana PP Muhammadiyah memanfaatkan prinsip-prinsip jurnalisme profetik dalam pembuatan siaran pers sebagai tanggapan atas Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) No. 30/2021, yang bertujuan untuk mencegah kekerasan seksual di perguruan tinggi.
Peraturan ini awalnya diterbitkan untuk mengatasi persoalan kekerasan seksual yang meresahkan, namun belakangan menuai kontroversi dari berbagai kalangan. Sebagian masyarakat khawatir bahwa aturan ini justru membuka ruang bagi perilaku seksual bebas di lingkungan kampus.
Situasi ini mendorong PP Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan untuk mengambil sikap, yang kemudian diwujudkan melalui siaran pers resmi.
Namun, apa yang membuat siaran pers ini menarik adalah pendekatannya yang berlandaskan nilai-nilai jurnalisme profetik, yakni prinsip yang menggabungkan etika keagamaan dengan standar profesional jurnalisme.
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif ini fokus pada empat pilar utama jurnalisme profetik: siddiq (kebenaran), amanah (dapat dipercaya), tabligh (penyampaian), dan fathanah (kecerdasan).
Melalui wawancara mendalam dengan dua narasumber dari bidang jurnalisme dan hubungan masyarakat, tim peneliti mengkaji bagaimana keempat nilai ini diterapkan secara konkret dalam siaran pers PP Muhammadiyah.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa nilai siddiq atau kebenaran hadir dalam komitmen Muhammadiyah untuk menampilkan informasi yang akurat dan sesuai dengan fakta. Dalam pernyataan sikapnya, PP Muhammadiyah menekankan data serta argumen yang kokoh untuk menghindari kesalahpahaman yang bisa menciptakan opini keliru di masyarakat.
Lebih dari itu, amanah atau kredibilitas menjadi landasan siaran pers ini dalam membangun kepercayaan masyarakat. Dengan tetap berpegang pada nilai amanah, PP Muhammadiyah mengedepankan transparansi dan konsistensi dalam menyuarakan pandangannya, sehingga masyarakat merasakan adanya integritas dalam komunikasi yang disampaikan.
Selain itu, nilai tabligh atau penyampaian yang benar diwujudkan dalam gaya komunikasi yang terukur, jelas, dan mudah dipahami, sehingga publik bisa mengerti inti pesan dengan cepat tanpa kehilangan esensi penting dari isu yang dibahas.
Sementara itu, fathanah atau kecerdasan menjadi kunci bagi PP Muhammadiyah dalam menyikapi isu ini. Kecerdasan tersebut tercermin dalam cara mereka menangani masalah yang sensitif dengan bijak, tanpa memicu kontroversi yang lebih besar.
Penelitian ini memberikan perspektif segar tentang pentingnya menggabungkan prinsip etika dan keagamaan dalam komunikasi publik, khususnya ketika menyikapi kebijakan pemerintah yang berpotensi mempengaruhi nilai moral masyarakat.
Dengan mengedepankan nilai-nilai jurnalisme profetik, siaran pers PP Muhammadiyah bukan hanya menjadi sarana informasi, tetapi juga representasi tanggung jawab moral.
Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan berbasis etika profetik dapat menjadi model komunikasi yang relevan di tengah tantangan moral yang semakin kompleks.
Dengan landasan nilai keagamaan yang kuat, PP Muhammadiyah berhasil menunjukkan peran aktifnya dalam wacana publik, tidak sekadar memberikan pandangan, tetapi juga menyuarakan advokasi moral yang dibutuhkan masyarakat.
Temuan ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi organisasi keagamaan dan institusi lainnya dalam menyampaikan pandangan secara etis dan bertanggung jawab di era yang penuh tantangan ini.