Frensia.id- Karya seni, khususnyabmusik memiliki dampak kuat dalam mempengaruhi masyarakat. Diantaranya, Rolling Stones menciptakan lagu yang saling serang maka dengan lagu-lagu the Beatles.
Kedua band rock ini sebenarnya sama-sama populer di eranya. Sama berasal dari Inggris dan juga menjadi legenda dalam dunia musik, utamanya musik rock.
Rolling Stones merupakan legenda musik hard rock. Sedangkan The Beatles dapat dikatakan berada pada jalur pop rock.
Bukan hanya berbeda aliran, mereka juga ditengarai oleh beberapa peneliti sebagai group yang sering berbeda dalam menyuarakan keresahan dalam lagu-lagunya. Beberapa makna lagunya terdeteksi sering berlawanan dan menimbulkan pengaruh-pengaruh yang juga berbeda di masyarakat.
Salah satu pakar yang berupaya meneliti karya keduanya adalah John M. Hellmann, Jr. Ia membahas lagu-lagu kedua legenda ini dalam konteks budaya rasisme di Inggris. Karya ini telah diterbitkan dalam The Journal of American Folklore.
Menurutnya, The Beatles, bersama dengan Rolling Stones, sangat mempengaruhi sikap pemuda dan gerakan budaya tandingan pada tahun 1960-an dan 1970-an. Berasal dari latar belakang kelas menengah di kawasan London, Rolling Stones muncul pada awal tahun 60-an dengan mengadopsi musik Negro Amerika yang mentah dan tanpa kompromi, khususnya rhythm and blues.
Musik ini memainkan peran penting dalam membentuk identitas artistik mereka dan memicu perubahan budaya yang besar. Mengabaikan aspek-aspek membosankan dari budaya mereka sendiri.
Rolling Stones memilih untuk mengadopsi sikap yang lebih realistis, meskipun kurang “mulia” dan nyaman. Ia mengangkat komunitas kulit hitam di kawasan ghetto Amerika.
Hal demikian menciptakan dasar bagi gerakan budaya tandingan dengan menerjemahkan perspektif ini menjadi citra yang menarik bagi pemuda kulit putih yang merasa terasing. Pengaruh mendalam dari musik blues kulit hitam paling jelas terlihat dalam bahasa gaul.
Mendengar nuansa blues kulit hitam dalam lirik-lirik lagunya, menawarkan metode unik untuk mempelajari bagaimana band ini menginternalisasi dan memperluas sikap budaya urban kulit hitam. Hal demikian yang dianggap berbeda dengan The Beatles.
The Beatles lebih menampilkan pesan yang mendiskreditkan orang kulit hitam. Bahkan disebut oleh seorang pengamat musik pop, Jack Whatley, sebagai group band yang kotor.
“Bahkan, mereka mungkin sedikit lebih kotor daripada kebanyakan band lainnya”, tulisnya dilansir dalam faroutmagazine, 2020.