Kia Marzuki Mustamar : Saat Kiai Kharismatik Lebih Memilih Mimbar Daripada Kursi Gubernur

Senin, 2 September 2024 - 11:49 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensida.id – Perhelatan pilkada Gubernur sudah dimulai, suara-suara kampanye Pilgub kian mulai tersebar dari segala penjuru, mulai panggung-panggung megah di hotel berbintang hingga obrolan warung kopi. Ada kabar menarik ditengah hiruk-pikuk pilkada Jawa Timur, nama kiai Marzuki Mustamar yang digadang-dagang ikut bertarung, bahkan Partai besar seperti PKB berharap besar kiai jalan terus menuju pilgub Jatim.

Tiba-tiba muncul kabar yang yang bikin heboh, PKB batal usung Kiai Marzuki di pilgub Jatim. Alih-alih mengumpulkan berkas pencalonan, tahu-tahu kiai Marzuki memilih jalan yang berbeda. Di tengah riuh bursa calon gubernur, ia tetap absen dan tidak berkenan. Ia justru lebih memilih mimbar daripada kolom pendaftaran.

“Ah, sayang sekali” mungkin begitu kelakar banyak orang, khususnya mereka yang sejak awal menaruh harapan besar kiai maju di pilkada jatim. Tapi tidak demikian bagi kiai Marzuki, bagi beliau mungkin politik bukanlah satu-satunya jalan mengopeni negeri. Jalan dakwah, mengayomi umat melalui mimbar yang ia tempuh dianggap jauh lebih hakiki.

Pertanyaan yang muncul dikalangan pengikutnya, mengapa kiai Marzuki memilik tidak ikut dalam kontestasi kursi gubernur Jatim, padahal peluangnya jelas terbuka lebar? Kharisma dan ketokohannya tidak kalah tenar dengan petahana, Khofifah Indar Parawansa, pengabdian pada uat saat menjabat Ketua PWNU jatim jelas terlihat, kecerdasannya pun tidak ada yang meragukan, lalu kenapa?

Jawabannya mungkin tak mudah dicerna dalam kalkulasi politik biasa. Tak semudah melalap habis nasi padang yang masih anget-angetnya. Itu Karena Kian Marzuki adalah sosok kiai yang berpikir jauh, melampaui ambisi kekuasaan. Baginya, mimbar adalah ruang pengabdian yang lebih mulia, daripada kursi gubernur uang penuh godaan kekuasaan seorang.

Baca Juga :  Sambutan Menteri Agama Di Pelantikan PPPK, Berharap Ada Kesadaran Eko-Teologi Bersama

Di saat tokoh-tokoh lain bersaing untuk kekuasaan, kiai Marzuki tetap setia pada mimbar, tempat yang bisa memberikan dampak lebih mendalam dan abadi. Bagi Kaia Marzuki, mimbar adalah wadah untuk berbicara dari hati ke hati, menyentuh jiwa ummat dengan nasihat dan petuah makna.

Sebuah pilihan yang menggugah banyak hati untuk lebih merenung tentang arti dari kepemimpinan dan kekuasaan yang sebenarnya. Ini bukan sekedar cerita seorang kiai kharismatik, melainkan kisah tentang integritas, pengabdian dan keteguhan hati di tengah ‘godaan’ kekuasaan yang tak pernah berhenti berdatangan menyuguhkan jalan menuju diraihnya.

Tak dapat disangkal, keputusannya ini membuat decak kagum, dilakangan masyarakat. Hal itu bukan tanpa alasan? bukankah lebih muda untuk menyelam ke dunia politik ketika popularitas sudah berada di puncak? disaat orang sedang membangun elektoral dan mencari ketenaran dengan berbagai cara. Malah sebaliknya, sosok ketua PWNU jatim 2018-2023 ini menghindarinya.

Langkah ini tak hanya menegaskan konsistensi dirinya dalam menjalani politik kebangsaan dan keumatan, tetapi juga memperlihatkan keteguhan hatinya sebagai ulama yang lebih memilih ‘mengopeni ummat’ daripada mengejar jabatan gubernur. Sebuah sikap yang langka ditemukan di zaman sekarang, dimana godaan politik begitu besar dan menggiurkan. Bahkan sebagian orang justru sibuk membangun dinasti politiknya dengan ambisi yang seringkali mengalahkan idealisme. Miris!

Baca Juga :  Gaya Komunikasi Gibran, Dikaji Sejumlah Peneliti

Lebih jauh, sikap kiai Marzuki menjadi alarm moral bahwa tidak semua yang punya nama besar harus maju ke gelanggang politik. Ada yang lebih memilih untuk tetap menjadi pelita, meski mungkin sinarnya tak sebesar sorotan lampu panggung politik.

Namun justru disitu kelak kekuatan kiai Marzuki. Di dalam sunyi, di luar hingar bingar, beliau tetap berdiri teguh, mengingatkan bahwa kepemimpinan bukan selalu tentang jabatan, melainkan pengabdian dan integritas.

Mungkin bagi sebagian orang, keputusan kiai Marzuki adalah sebuah antiklimaks. Bagi mereka yang paham tentu tidak, malah kebalikannya ini adalah klimaks sejati seorang pemimpin yang tahu di aman ia harus berada. Dalan parebasan pitutur sesepuh orang madura Lakonah Lakonih, Jhalennah Jhelenih, Kennengannah Kennenggih . Di mimbar bukan kursi gubernur, disitulah jalan dan tempatnya.

Melalui mimbar, Kiai Marzuki memenangkan hati umat tanpa harus berkompetisi.Ia menunjukkan bahwa menjadi kiai dengan visi kebangsaan tidak kalah berharga daripada hanya kalkulasi elektoral atau taktik politik praktis. Inilah esensi yang dipegang teguh kiai alumni Doktor Universita Islam Malang ini, mengutamakan prinsip di atas ambisi.*

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Pemkab Jember akan Lakukan Pergeseran Pejabat Eselon II, Ketua Fraksi Nasdem: Birokrat Mudah Harus diberi Kesempatan
Pemkab Jember akan Lakukan Pergeseran Pejabat Eselon II, Begini Tanggapan Ketua DPC PKB Jember
Ketua DPRD Jember Sebut Pembahasan P-APBD 2025 Selesai Bulan Juli
Peringati Hari Pancasila, DPC PDIP Jember Gelar Upacara
Sambutan Menteri Agama Di Pelantikan PPPK, Berharap Ada Kesadaran Eko-Teologi Bersama
Dalam Pelantikan PPPK Kemenag, Ketua Umum Korpri Ingatkan Konflik India-Pakistan
Konkoorcab PMII Jatim, Sahabat Lisa jadi Calon Pertama yang Mendaftar Ketua KOPRI
Tanggapan Pengamat Bisnis dan UMKM Soal Rencana Street Food Pemkab Jember

Baca Lainnya

Kamis, 12 Juni 2025 - 21:00 WIB

Pemkab Jember akan Lakukan Pergeseran Pejabat Eselon II, Ketua Fraksi Nasdem: Birokrat Mudah Harus diberi Kesempatan

Kamis, 12 Juni 2025 - 16:30 WIB

Pemkab Jember akan Lakukan Pergeseran Pejabat Eselon II, Begini Tanggapan Ketua DPC PKB Jember

Selasa, 10 Juni 2025 - 17:00 WIB

Ketua DPRD Jember Sebut Pembahasan P-APBD 2025 Selesai Bulan Juli

Senin, 2 Juni 2025 - 07:00 WIB

Peringati Hari Pancasila, DPC PDIP Jember Gelar Upacara

Senin, 26 Mei 2025 - 21:30 WIB

Sambutan Menteri Agama Di Pelantikan PPPK, Berharap Ada Kesadaran Eko-Teologi Bersama

TERBARU

panduan membaca albert camus (Ilustrasi Arif)

Destinia

Panduan Membaca Karya Albert Camus

Jumat, 13 Jun 2025 - 12:29 WIB