Frensia.id – Komik bukan sekadar hiburan semata, tetapi juga bisa menjadi media kritik sosial yang tajam. Salah satu komik yang menarik perhatian akademisi adalah Bad Times Stories, sebuah karya yang secara simbolis mengungkap keburukan militerisme di Indonesia, khususnya di era Orde Baru.
Dakila A. Fernando, seorang peneliti dari University of the Philippines, meneliti komik ini yang diterbitkan pada tahun 2012.
Melalui ilustrasi yang jenaka tetapi penuh makna, Bad Times Stories menyampaikan kritik terhadap relasi antara militer dan pemerintah pada masa pemerintahan Soeharto. Komik ini mengangkat isu-isu seperti represi politik, korupsi, dan ketidakadilan sosial dengan pendekatan satir yang menggelitik.
Seni visual memang dikenal sebagai sarana komunikasi yang efektif, terutama dalam lingkungan dengan kontrol ketat terhadap kebebasan berpendapat.
Benedict Anderson, seorang akademisi ternama, pernah mengungkapkan bahwa kartun dan komik adalah cerminan tatanan sosial suatu masyarakat. Dalam konteks ini, komik tidak hanya berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat penyadaran bagi publik.
Anderson menyebutkan bahwa kartun merupakan cara bagi masyarakat yang tidak memiliki akses ke kekuatan politik untuk mengekspresikan suara mereka secara kolektif.
Menariknya, studi ini juga membandingkan Bad Times Stories dengan komik Ikabod Bubwit karya Nonoy Marcelo dari Filipina. Keduanya memiliki pola yang mirip dalam menggambarkan kehidupan di bawah rezim otoriter.
Ikabod Bubwit, yang muncul pada masa pemerintahan Ferdinand Marcos, menggunakan pendekatan simbolis yang sama untuk mengkritik kebijakan represif pemerintah Filipina.
Baik Bad Times Stories maupun Ikabod Bubwit menunjukkan bagaimana seni bisa menjadi alat perlawanan tanpa harus berhadapan langsung dengan kekuatan negara. Athonk, kreator Bad Times Stories, memilih jalur komikus bawah tanah untuk menghindari sensor ketat, sementara Marcelo lebih beruntung karena karyanya bisa diterbitkan di media massa Filipina. Meski demikian, keduanya berbicara tentang satu hal yang sama: bagaimana rakyat berjuang melawan penindasan.
Dalam dunia komik, Athonk dan Marcelo menciptakan semesta imajinatif mereka sendiri. Athonk menghadirkan dunia Dagalandia, sedangkan Marcelo memperkenalkan Dalilandia. Keduanya menjadi simbol dari masyarakat yang terus berjuang melawan tirani. Melalui karakter-karakter dalam komik, mereka menyampaikan kisah bagaimana rakyat bertahan dan mencari jalan keluar dari situasi sulit di bawah pemerintahan otoriter.
Sejarah kemudian membuktikan bahwa perjuangan rakyat di dunia nyata juga membuahkan hasil. Baik di Indonesia maupun Filipina, rezim otoriter akhirnya tumbang. Komik-komik seperti Bad Times Stories dan Ikabod Bubwit bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga bagian dari perjuangan panjang melawan ketidakadilan.