Kontroversi Pantai Indah Kapuk Kembali Mencuat, Berikut Riset yang Kaji Dampak Buruk Reklamasi Teluk Jakarta

Senin, 27 Januari 2025 - 15:33 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumber: STATIS TIMES GRAPHICS DKI JAKARTA

Sumber: STATIS TIMES GRAPHICS DKI JAKARTA

Frensia.id – Reklamasi pantai di Teluk Jakarta, khususnya di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), telah menjadi sorotan utama dalam diskusi mengenai pembangunan infrastruktur dan dampak lingkungan di Indonesia. 

Penelitian yang dilakukan oleh Y. Adharani dan rekan-rekannya, yang dipublikasikan dalam IOP Conference Series: Earth and Environmental Science pada tahun 2019, memberikan wawasan mendalam tentang tantangan yang dihadapi dalam proyek reklamasi ini. 

Meskipun PIK sering dipromosikan sebagai kawasan elit yang menawarkan berbagai fasilitas modern dan akses ke pantai, dampak sosial dan lingkungan dari reklamasi yang mendasarinya tidak bisa diabaikan.

Dari perspektif sosial, reklamasi di PIK telah mengakibatkan perubahan signifikan dalam kehidupan masyarakat nelayan yang telah lama bergantung pada laut sebagai sumber mata pencaharian. 

Penelitian ini mencatat bahwa reklamasi telah mengakibatkan hilangnya area penangkapan ikan seluas 1.527,34 hektar, yang tidak hanya mengancam mata pencaharian nelayan, tetapi juga mengubah struktur sosial komunitas mereka. 

Baca Juga :  The Architecture of Love, Film Romance yang Menghadirkan Pertarungan Eksistensial Dalam Diri

Masyarakat lokal merasa terpinggirkan, karena proses pengambilan keputusan dalam proyek reklamasi ini tidak melibatkan mereka. Ketidakpuasan yang muncul menciptakan ketegangan antara pengembang dan masyarakat, menimbulkan pertanyaan mendasar tentang keadilan dan inklusivitas dalam pembangunan. 

Dari sudut pandang lingkungan, reklamasi di Teluk Jakarta, termasuk di kawasan PIK, juga menimbulkan dampak yang sangat serius. Kerusakan ekosistem laut, termasuk hilangnya terumbu karang dan habitat mangrove, menjadi ancaman nyata bagi keberlanjutan sumber daya ikan. 

Penelitian ini menunjukkan bahwa pencemaran yang dihasilkan dari proyek reklamasi semakin memperburuk kualitas lingkungan di Teluk Jakarta. 

Dalam konteks perubahan iklim dan penurunan keanekaragaman hayati yang menjadi isu global, keputusan untuk melanjutkan proyek reklamasi ini tampak semakin tidak bertanggung jawab. Kita harus mempertimbangkan apakah keuntungan ekonomi jangka pendek dari pengembangan PIK benar-benar sebanding dengan kerusakan lingkungan yang akan dirasakan oleh generasi mendatang.

Baca Juga :  Gaji ASN Pemkab Jember yang Hanya Dianggarkan Selama 8 Bulan, Begini Penjelasan Bupati Gus Fawait

Kelemahan dalam kebijakan dan regulasi yang mengatur reklamasi juga menjadi sorotan dalam penelitian ini. Meskipun ada upaya untuk mencabut izin reklamasi yang melanggar hukum, tindakan tersebut sering kali datang terlambat dan tidak cukup untuk mengatasi kerusakan yang telah terjadi. 

Kebijakan yang ada tidak mencerminkan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan yang baik, seperti partisipasi masyarakat dan keberlanjutan. Dalam konteks ini, kita perlu mempertanyakan komitmen pemerintah untuk melindungi lingkungan dan hak-hak masyarakat. 

Penelitian oleh Y. Adharani dan tim menunjukkan bahwa untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan pendekatan yang lebih inklusif dan partisipatif. 

Pengelolaan Terpadu Kawasan Pesisir (Integrated Coastal Management – ICM) dapat menjadi solusi untuk memastikan bahwa semua pemangku kepentingan, termasuk masyarakat lokal, terlibat dalam proses pengambilan keputusan. (*)

Penulis : Mochammad Samsi Ridwan

Editor : Sam R

Sumber Berita: Riset Jurnal

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Peringati Hari Bumi: KUA Kaliwates Tanam Pohon Matoa, Dukung Penguatan Ekoteologi Menteri Agama
Tepati Janji, Gus Fawait Mulai Kebut Perbaikan Jalan di Jember
Pemkab Jember Bakal Hidupkan Kembali Bandara Notohadinegoro yang Mati Suri
Gaya Debat Gibran, Dikaji Akademisi Dari Sudut Pandang Retorika Aristoteles
Gaya Komunikasi Gibran, Dikaji Sejumlah Peneliti
Banyak Jalan Rusak di Kabupaten Jember, Bupati Fawait akan Lakukan Perbaikan Jalan Mulai Minggu Ini
Mengesankan! Pemprov Jatim Jadi Pelopor Kuliah Gratis, Telah Diikuti Ribuan Mahasiswa
DPR RI Dengar Aspirasi Jurnalis, Gus Khozin Soroti Pemerintahan Daerah hingga Reforma Agraria

Baca Lainnya

Selasa, 22 April 2025 - 11:01 WIB

Peringati Hari Bumi: KUA Kaliwates Tanam Pohon Matoa, Dukung Penguatan Ekoteologi Menteri Agama

Senin, 21 April 2025 - 22:30 WIB

Tepati Janji, Gus Fawait Mulai Kebut Perbaikan Jalan di Jember

Senin, 21 April 2025 - 16:30 WIB

Pemkab Jember Bakal Hidupkan Kembali Bandara Notohadinegoro yang Mati Suri

Minggu, 20 April 2025 - 14:33 WIB

Gaya Debat Gibran, Dikaji Akademisi Dari Sudut Pandang Retorika Aristoteles

Minggu, 20 April 2025 - 13:58 WIB

Gaya Komunikasi Gibran, Dikaji Sejumlah Peneliti

TERBARU

Babi hutan liar saat sudah diburu warga (Sumber foto: istimewa)

Regionalia

Pasutri di Jember Diseruduk Babi Hutan Liar Saat Mandi

Jumat, 25 Apr 2025 - 17:19 WIB

Opinia

Fatayat NU, Geliat Perempuan dan Wajah Keadilan

Kamis, 24 Apr 2025 - 21:45 WIB