FRENSIA.ID – Sebuah usulan konkret untuk mengatasi masalah limbah urban di Jember muncul dari forum lintas iman. Dialog Antar Agama yang digelar Universitas Islam Negeri Kiai Ahmad Siddiq (UIN KHAS) Jember merekomendasikan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) sebagai solusi ekologis yang mendesak.
Usulan tersebut disampaikan langsung oleh Ignatius Sumarwiyadi, seorang tokoh dari Gereja Katolik Santo Yusuf Jember, dalam acara yang berlangsung di Hotel Fortune Grande, Rabu (29/10/2025).Ignatius menyoroti bahwa sampah masih menjadi masalah pelik di Jember dengan kuantitas yang terus meningkat.
Ia mendorong pemerintah daerah untuk berani mengambil langkah strategis dalam teknologi pengolahan sampah, meski membutuhkan investasi awal yang besar.
“Walaupun biaya mahal, pemerintah daerah tidak rugi melakukannya. Karena dampaknya baik untuk seterusnya,” ucapnya dalam forum tersebut.
Rekomendasi ini muncul dalam kegiatan Bedah Buku “Tuhan Kita Esa”, Pencipta Alam Semesta dan dialog bertema “Bumi Rumah Kita: Moderasi Beragama dan Tanggung Jawab Ekologi”, yang diinisiasi oleh Pusat Moderasi Beragama LP2M UIN KHAS Jember.
Menanggapi usulan tersebut, Kepala Pusat Moderasi Beragama UIN KHAS Jember, Soni Rahmatullah Amrozi, menyambut baik gagasan tersebut. Ia berjanji pihak universitas akan menindaklanjuti rekomendasi itu dari sisi akademis.
“Kami akan kaji secara akademik, agar dapat dikembangkan bersama untuk ke depannya,” tandas Soni.
Ketua LP2M UIN KHAS Jember, Zainal Abidin, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan mendorong kesadaran ekologis sebagai bagian dari praktik moderasi beragama.
Menurutnya, moderasi tidak hanya menyangkut hubungan sosial antarmanusia, tetapi juga hubungan manusia dengan alam.
“Moderasi beragama ini bukan hanya dalam konteks sosial. Tapi juga kesadaran ekologis yang berakar pada ajaran agama,” ujarnya.
Zainal menambahkan, kerusakan alam saat ini mayoritas disebabkan oleh ulah manusia. Oleh karena itu, ia menekankan bahwa tanggung jawab merawat alam semesta adalah bagian dari keimanan.
“Kerusakan di alam semesta bukan karena faktor alam saja, tetapi kebanyakan faktor manusia. Oleh sebab itu, manusia bertanggung jawab karena kita merupakan hamba Tuhan yang memiliki kewajiban menjaga dan merawat alam semesta,” paparnya.
Soni Rahmatullah Amrozi menambahkan, acara ini sengaja dirancang untuk mempertemukan tokoh lintas agama dalam satu bingkai kepedulian terhadap alam, yang ia sebut sebagai konsep “ekoteologi” dari Kementerian Agama.
“Gagasan besarnya islah ekologi (perbaikan ekologi),” tandasnya.
Sebagai tambahan informasi, buku yang dibeda dalam acara tersebut adalah hasil dari kajian yang dilaksanakan oleh Griya Moderasi Beragama. Komunitas merupakan kelompok yang dibentuk oleh UIN KHAS Jember dan KUA Kaliwates.








