Frensia.id – Bulan Rabiul Awal kembali hadir. Bagi umat Islam, bulan ini bukan sekadar penanda waktu hijriah yang bergulir, tetapi menjadi pengingat atas hadirnya sosok mulia, Nabi Muhammad ﷺ, yang lahir di tengah kegelapan zaman dan menghadirkan cahaya petunjuk bagi seluruh umat manusia.
Tidak mengherankan bila umat Islam di berbagai penjuru dunia selalu memiliki cara tersendiri untuk menyambutnya. Ada yang merayakannya dengan pengajian, ada yang mengekspresikannya lewat shalawat, ada pula yang memilih mengisinya dengan amal sosial. Semuanya bermuara pada satu hal: cinta kepada Rasulullah ﷺ.
Dilansir dari NU Online, ada beberapa amalan yang bisa kita lakukan untuk menyambut dan mengisi Rabiul Awal agar tidak berlalu begitu saja. Bukan hanya amalan seremonial, melainkan ikhtiar nyata untuk memperkuat iman, menebar kebaikan, dan memperkokoh cinta kepada Nabi.
Pertama, membaca doa menyambut Rabiul Awal. Doa adalah bahasa hati seorang hamba. Di dalam doa, ada kerendahan diri, ada pengakuan atas keterbatasan, sekaligus harapan agar Allah menurunkan keberkahan. Salah satu doa yang diajarkan ulama untuk menyambut bulan ini berbunyi:
اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي خَاتِمَةِ شَهْرِنَا هَذَا، وَأَدْخِلْ عَلَيْنَا رَبِيعَ الأَوَّلِ بِصَلاَحِ الْبِلادِ وَالْعِبَادِ وَدَفْعِ الْبَلاَءِ وَالْفَسَادِ وَتَفْرِيْجِ كُرُبِ أُمَّةِ حَبِيْبِكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْخَافِي وَالْبَادِ، يَا كَرِيْمُ يَا جَوَادُ
Ya Allah berkahilah kami di pengujung bulan (Safar) ini dan datangkanlah kepada kami bulan Rabiul Awal dengan diberi kebaikan kepada negara dan orang-orang di dalamnya. Diangkatkan bala dan kerusakan dan hilangkanlah kesedihan, kesusahan umat Nabi Muhammad SAW yang tersembunyi atau yang terlihat, wahai yang Maha Mulia dan Maha Dermawan
Kedua, melakukan ibadah puasa sunnah di bulan Maulid. Disebut sebagai “puasa Maulid”, sejatinya ini adalah puasa sunnah biasa yang dikerjakan pada bulan kelahiran Nabi. Fungsinya jelas, bukan sekadar simbol penghormatan, melainkan kontrol diri. Nabi ﷺ pernah bersabda, “Wahai generasi muda, barang siapa belum mampu menikah hendaklah ia berpuasa, sebab puasa bisa menjadi kendali baginya.” (Muttafaq ‘Alaih). Dalam konteks menyambut Maulid, puasa menjadi bentuk latihan spiritual untuk menahan nafsu dan membersihkan hati.
Ketiga, memperbanyak membaca shalawat. Orang Jawa punya pepatah, wong sing tresna bakal kerep nyebut jenenge. Siapa yang mencintai, akan sering menyebut. Demikian pula cinta kita kepada Nabi, wujud paling sederhana sekaligus paling utama adalah dengan memperbanyak shalawat. Allah sendiri memerintahkan: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang beriman, bershalawatlah kalian kepadanya dan ucapkanlah salam penuh penghormatan.” (QS. Al-Ahzab: 56). Membaca shalawat bukan sekadar lafaz, melainkan energi cinta yang menenangkan hati.
Keempat, menyantuni anak yatim. Nabi Muhammad ﷺ adalah seorang yatim sejak kecil. Beliau sangat paham getirnya hidup tanpa ayah. Karena itu, beliau begitu sayang pada anak yatim, hingga bersabda, “Allah tidak akan mengazab pada hari kiamat orang yang mengasihi anak yatim, lemah lembut dalam bicaranya, dan peduli terhadap penderitaannya.” (HR Thabrani). Rabiul Awal menjadi momentum bagi kita untuk menyalurkan kasih sayang yang seringkali terlupakan. Menyentuh kepala anak yatim, menyantuni mereka, atau sekadar menemani mereka dengan kasih sayang adalah cara kita meneladani akhlak Rasulullah.
Kelima, memperbanyak sedekah. Bersedekah bisa kapan saja. Tapi bila dilakukan di bulan mulia, tentu nilainya lebih istimewa. Al-Qur’an menggambarkan sedekah layaknya benih yang tumbuh menjadi tujuh bulir, dan setiap bulir menghasilkan seratus biji (QS. Al-Baqarah: 261). Satu kebaikan akan berlipat ganda. Maka, Rabiul Awal adalah waktu terbaik untuk melatih kepekaan sosial, memperhatikan tetangga yang kekurangan, atau sekadar berbagi senyum tulus yang bisa menenangkan hati orang lain.
Rabiul Awal bukan sekadar bulan sejarah. Ia adalah bulan cinta. Cinta kepada Allah yang diwujudkan dengan doa, cinta kepada diri sendiri yang diwujudkan dengan puasa, cinta kepada Nabi yang diwujudkan dengan shalawat, cinta kepada sesama yang diwujudkan dengan santunan dan sedekah. Bila seluruh amalan itu dijalankan, maka bulan ini bukan hanya perayaan, tetapi juga perjalanan spiritual yang membuat kita semakin dekat dengan Rasulullah ﷺ dan ajarannya.
Mari kita sambut Rabiul Awal dengan hati yang penuh cinta, dengan amal yang nyata, dan dengan harapan agar cahaya Nabi kembali menyinari langkah-langkah hidup kita. Karena sesungguhnya, menyambut bulan Maulid bukan sekadar seremoni tahunan, tetapi kesempatan memperbaharui komitmen kita untuk hidup dalam jalan kebaikan yang beliau wariskan.