Menyelami Makna Gelar Haji : Kegairahan Status Sosial Menuju Kesalehan Sosial

Selasa, 28 Mei 2024 - 19:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Secara umum ibadah haji dimaknai menyengaja (etimologi). Yakni menyengaja mengunjungi ka’bah dengan melakukan rukun dan syarat yang sudah ditentukan syara’. Sebuah ibadah yang bisa dilakukan bagi yang mampu – syariat menyebutnya—istitha’ah.

Namun bagi masyarakat, haji memiliki ragam pemaknaan. Melalui risetnya M. Sulthoni, Muhlisin, dan Mutho’in dalam Haji dan Kegairahan Ekonomi: Menguak Makna Ibadah Haji bagi Pedagang Muslim di Yogyakarta mengungkapkan terdapat pemaknaan gelar haji:

Pertama, mayoritas masyarakat memaknai gelar haji yang lebih mengarah pada literal normatif. Sebuah pemaknaan gelar yang hanya didapat bagi muslim yang telah melaksanakan ibadah haji. Ibadah yang wajib bagi muslim yang mampu untuk menyempurnakan rukun Islam yang kelima.

Kedua, gelar haji dimaknai pemilik doa yang terkabul karena ketaatannya dalam menyempurnakan rukun Islam. Orang yang sudah beraji biasanya sering kali dimintai doa, harapannya mendapatkan berkah dan terkabulnya segala keinginan.

Baca Juga :  Bersama KUA Kaliwates, UIN KHAS Jember Tegaskan Aksi Nyata Moderasi Lintas Agama

Sebab mereka dengan haji yang sudah dilakukan diyakini doanya mujarab. Pada aspek ini diartikan sebagai sebuah ketaatan.

Ketiga, gelar haji pada aspek sosialnya dimaknai sebagai sebuah proses metamorfosis atau peralihan supaya memperoleh status sosial dan kultural yang kedudukannya lebih tinggi, bahkan taki jarang sebagai legitimasi kekuasaan.

Keempat, gelar haji dimaknai orang yang sudah berhaji atau punya gelar haji (H) adalah orang yang bisa dipercaya. Artinya, mereka yang sudah berhaji dimata masyarakat secara otomatis gelar hajinya dianggab sebagai jaminan kepercayaan atas hujaj tersebut.

Kelima, gelar haji dimaknai orang yang memiliki kemampuan finansial. Sebab gelar haji hanya bisa dimiliki mereka yang sudah mapan finansial ekonominya. Sebagaimana mafhum dipahami biaya haji bukanlah ibadah yang kaleng-kaleng (murah), melainkan ibadah yang mahal.

Studi tersebut menunjukkan gelar haji yang dilakukan seseorang terkadang memberikan ‘kebanggaan sosial’, sebab tidak mudah menjadi orang bergelar haji. Tindakan tersebut tentu tidak salah senyampang tidak sampai pada kesombongan dan merendahkan orang lain.

Baca Juga :  Sinergi! Kemenag dan LD PBNU Kuatkan Kesadaran Ekoteologi Melalui Masjid

Namun, sebagai ibadah yang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, perjuangan penantian yang tidak sebentar, dan tenaga yang cukup, sangat disayangkan jika haji hanya dimaknai sebatas kegairahan status sosial.

Perlu ada upaya untuk mentransformasi mewujudkan pada pemaknaan yang bermanfaat bagi sosial (shaleh sosial)

Melalui penelitiannya Abdul Aziz dalam Kesalehan Sosial dalam Bermasyarakat Islam Modern meyebutkan, bentuk-bentuk kesalehan sosial meliputi saling menyayangi, membantu orang yang kurang mampu, saling menghormati, berlaku adil, menjaga persaudaraan, berani membela kebenaran, tolong-menolong dan musyawarah.

Orang yang sudah haji, mau tidak mau akan menjadi sorotan banyak orang, apakah perilakunya semakin baik atau tidak? Seyogianya orang yang bergelar haji lebih dermawan, senang menolong dan menyantuni dan menebarkan kesalehan sosial lainnya.(*)

*Moh. Wasik (Penggiat Filsafat Dar Al Falasifah)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Bersama KUA Kaliwates, UIN KHAS Jember Tegaskan Aksi Nyata Moderasi Lintas Agama
Ragam Tradisi Muharram di Berbagai Negara
Tahun Baru Hijriah dan Segelas Susu Putih: Warisan Spiritual Abuya Sayyid Muhammad
Antara Sanggan dan Doa: Wajah Sosial dari Tradisi Ziarah Haji
Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember
Sinergi! Kemenag dan LD PBNU Kuatkan Kesadaran Ekoteologi Melalui Masjid
Tawadhu’! Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Bicara Tentang Titel Pendidikannya
SMART, Tawaran Strategis Prof Hepni, Saat Hadiri Sosialisasi Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf

Baca Lainnya

Rabu, 6 Agustus 2025 - 15:54 WIB

Bersama KUA Kaliwates, UIN KHAS Jember Tegaskan Aksi Nyata Moderasi Lintas Agama

Kamis, 26 Juni 2025 - 19:47 WIB

Ragam Tradisi Muharram di Berbagai Negara

Kamis, 26 Juni 2025 - 14:44 WIB

Tahun Baru Hijriah dan Segelas Susu Putih: Warisan Spiritual Abuya Sayyid Muhammad

Rabu, 25 Juni 2025 - 14:12 WIB

Antara Sanggan dan Doa: Wajah Sosial dari Tradisi Ziarah Haji

Senin, 16 Juni 2025 - 19:16 WIB

Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember

TERBARU