Frensia.id- Minum kopi di Starbucks, merupakan hal biasa di masyarakat perkotaan kelas menengah ke atas. Ternyata, oleh periset hal demikian disebut-sebut hanya sebagai sosialisasi dan gaya hidup.
Salah penelitian yang berupaya mengkaji fenomena minum kopi di cafe yang lagi tenar ini, adalah sejumlah akademisi dari Universitas Singaperbangsa Karawang. Mereka adalah Hagi Farizi, Mayasari Kurniawan dan Rastri Kusumaningrum.
Temuan mereka telah diterbitkan dalam bentuk jurnal pada tahun 2023 lalu. Penerbitnya adalah Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan.
Riset mereka berupaya mengurai konstruksi makna dan perilaku meminum kopi di Starbucks Coffee. Tepat lokasi yang dipilih sebagai situsnya adalah Starbucks DT Galuhmas Karawang.
Demi menghasilkan temuan yang sistematis, mereka memakai teori fenomenologi Alfred Schutz. Gagasan tokoh besar fenomenologi ini diupayakan untuk membaca subjektifitas pelanggan yang meminum kopi di Starbucks.
Setelah melakukan kajian yang mendalam, mereka menemukan fakta bahwa para pelanggan memberikan makna khusus pada aktivitas minum kopi di Starbucks. Jadi tidak memiliki makna yang sesungguhnya, atau lebih dari sekadar konsumsi minuman.
Mayoritas mereka berpendapat bahwa Starbucks adalah tempat penting untuk bersosialisasi dan merupakan bagian dari gaya hidup modern. Melakukannya bisa mendapatkan pengalaman sosial dan simbol status.
Simbol status tentu menjadi sangat lumrah pada dunia modern saat ini. Di tengah interaksi dengan teman, kolega, atau bahkan bekerja di lingkungan yang nyaman dan berkelas, adalah nilai tambah yang dirasa sangat membanggakan.
Di samping itu, suasana yang ditawarkan oleh Starbucks, termasuk desain interior, musik, dan pelayanan, dianggap oleh mereka sebagai tempat yang cocok untuk bersantai. Bahkan untuk menjalani gaya hidup sebagai kaum urban yang bahagia.
Temuan penelitian ini telah menunjukkan perilaku minum kopi di Starbucks tidak hanya soal rasa kopi. Tapi ada dimaknai berbeda oleh para pelanggannya.
Titik pemaknaannya adalah pada terbentuknya identitas sosial dan personal mereka. Bagi mereka ngopi di Starbucks bukan untuk mencari kopi yang enak di lidahnya.
Hal yang perlukan sebagai masyarakat urban adalah nilai tambah saat meminum kopi. Nilai tambah demikian yang berhubungan sosialisasi dan juga gaya hidup.