Frensia.id- Miris! 4 hari terakhir, dunia pendidikan tinggi di Indonesia terusik oleh rentetan tragedi bunuh diri yang melibatkan tiga mahasiswa dari universitas-universitas ternama. Kejadian ini memicu keresahan mendalam karena menunjukkan masalah kesehatan mental yang semakin mengkhawatirkan di kalangan mahasiswa.
Tujuan penyebaran informasi ini bukan untuk memotivasi tindakan serupa, melainkan untuk menyoroti kondisi yang mendesak diatasi.
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Di Rumahnya
Pada 11 Agustus 2024, seorang mahasiswa magister Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (UIN Suka) Yogyakarta ditemukan tewas gantung diri di Jember. Pemuda tersebut sebelumnya merupakan lulusan Universitas Islam Negeri Kiai Haji Ahmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember.
Menurut laporan, ia diduga mengalami depresi sebelum akhirnya mengakhiri hidupnya dengan tali plastik di rumah yang baru saja direnovasi. Korban pertama kali ditemukan oleh ibunya setelah ia tak kunjung kembali sejak izin keluar rumah.
Kejadian ini mengguncang keluarga dan lingkungan sekitarnya, menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental dapat berdampak fatal jika tidak ditangani dengan baik.
Mahasiswa UGM Di Kostnya
Hanya berselang sehari setelah kejadian tersebut, seorang mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) ditemukan tewas gantung diri di kamar indekosnya di Kapanewon Mlati, Sleman, pada 12 Agustus 2024.
Pemilik kost yang pertama kali menemukan korban, membuka pintu setelah tidak ada kabar dari penghuni. Pemuda tersebut merupakan mahasiswa aktif UGM angkatan 2021, dan hingga saat ini, penyebab pasti tindakannya masih dalam penyelidikan.
Kasus ini semakin menambah panjang daftar tragedi serupa yang menyelimuti dunia pendidikan, memicu diskusi mengenai tekanan yang dihadapi oleh mahasiswa di kampus.
Mahasiswa UNDIP Di Kostnya
Pada 14 Agustus 2024, dunia akademik kembali dihebohkan dengan kasus bunuh diri seorang mahasiswi Universitas Diponegoro (UNDIP). Ia ditemukan tak bernyawa di kostnya di kawasan Lempongsari, Semarang. Diduga, mahasiswi ini mengakhiri hidupnya dengan menyuntikkan obat penenang ke dalam tubuhnya.
Beberapa kabar menyebutkan adanya indikasi perundungan (bullying) sebagai salah satu faktor yang memicu tindakannya, meskipun penyelidikan lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan hal tersebut.
Kasus-kasus ini menunjukkan betapa gentingnya masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa. Stres akademik, tekanan sosial, hingga perundungan dapat menjadi faktor yang berkontribusi terhadap keputusan tragis tersebut.
Hal ini mempertegas pentingnya perhatian lebih besar terhadap kesejahteraan mental mahasiswa, termasuk penyediaan layanan konseling dan dukungan psikologis yang lebih memadai di kampus.
Lingkungan kampus perlu menciptakan suasana yang aman dan mendukung, serta meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan mental di kalangan mahasiswa dan staf pengajar.