Frensia.id- Le Mythe de Sysiphe adalah kumpulan esai filsafat yang ditulis oleh sastrawan berpengaruh Prancis abad 20, Albert Camus. Pertama kali terbit pada tahun 1942 yang memuat mengenai pemikiran penting eksistensialisme.
Selanjutnya buku ini diterjemahkan ke berbagai bahasa dunia. Dalam versi Inggris mendapatkan perhatian dari Justin O’brien, terbit pada tahun 1955. Dalam versi bahasa Indonesia, salah satunya oleh Leonart Maruli.
Dalam esai-esainya ini, Camus semakin menguatkan gagasannya mengenai absurditas. Beberapa tema yang ia kupas dan berkenaan dengan tema yang digelutinya ini adalah mengenai persoalan bunuh diri.
Menurutnya, sekalipun hidup ini absurd, bunuh diri bukanlah sebuah jawaban yang mampu menyelesaikan persoalan manusia, satu-satunya jalan adalah dengan melakukan pemberontakan.
Lewat kemahirannya dalam menenun kata demi kata, Camus mampu menyajikan sebuah pemikiran yang rumit dengan menggunakan bahasa yang puitis. Hal ini merupakan sebuah kelebihan yang dimiliki oleh peraih Nobel Sastra pada tahun 1957, sehingga membuat pembaca betah untuk mengulik pembahasan yang ia paparkan, sekalipun cukup berat.
Mitos Sysipus, bagi Camus adalah sebuah asumsi yang akan mendasari ide selanjutnya dalam buku The Rebel. Subjek dari buku ini adalah sebagaimana yang ia paparkan sebagai pengantar dan ditulisnya pada tahun 1955, sekitar 13 tahun setelah bukunya terbit.
“adalah sah dan perlu untuk bertanya-tanya apakah hidup memiliki makna, oleh karena itu adalah sah untuk menghadapi masalah bunuh diri secara langsung”.
Sebagaimana menurut ulasan Camus tentang bukunya ini, penulis mempunyai optimisme yang tinggi untuk memberikan solusi terhadap suasana nihilisme, dan itu dilakukan tidak dengan bunuh diri.
Dalam sebuah bahasa alegoris, Camus menyatakan bahwa bukunya ini merangkum undangan yang jelas untuk hidup dan berkarya di tengah keringnya gurun.
Khazanah pemikiran yang digarap oleh Albert Camus dan merupakan proyek terbesarnya dalam hidup adalah upayanya untuk menggali jalan keluar dari rongga keputusasaan. Medan yang ia tempuh merupakan suatu sudut pandang yang sama sekali berbeda dilakukan oleh Stoikisme.
Nama Albert Camus dan gagasannya kurang populer bagi masyarakat modern sebagai sebuah solusi dan obat penawar dari keputusasaan dalam hidup. Oleh karena itu, menjadi menarik untuk menerapkannya sekalipun tidak dalam dosis yang cukup ekstrem.