Frensia.id – Setiap kali Nabi Muhammad Saw disebutkan, yang sering muncul dalam pikiran adalah gambaran tentang sholat, masjid, ibadah, sholawat atua simpelnya seputar ibadah. Seolah-oleh, ajaran beliau hanya terbatas pada ranah spritual itu saja. Padahal, ada satu aspek penting ajaran Nabi yang sering terabaikan, perlindungan terhadap alam dan ekologi.
Di balik ajarannya tentang moralitas, keadilan dan kemanusiaan, ada pesan lain yang agaknya kerap terlupakan bahwa Nabi punya perhatian khusus soal alam dan ekologi. Hal yang sering dianggap remeh, dianggap tidak ada kaitannya dengan ajaran agama. Lebih tragis lagi, ada yang menggunakan dalil agama untuk melegitimasi tindakan yang merusak alam.
Namun kenyataannya, risalah Nabi juga mengandung kewajiban menjaga kelestarian alam, bahkan bentuk ibadah yang sama pentingnya dengan menjalankan praktik kegamaan lainnya. Melalui sabdanya Nabi sudah lebih dulu bersuara keras sola global warming dan deforestasi, sebelum para aktivis lingkungan lantang mengadvokasi isu tersebut.
Terdapat peristiwa yang membuat dunia hari ini terperangah dengan sikap Nabi menjaga alam dan ekologi. Dalam sebuah riwayat, Nabi pernah melarang penebangan pohon di saat kondisi perang. Larangan ini mencerminkan betapa pentingnya menjaga kelestarian alam, bahkan salam kondisi yang paling kritis.
Banyangkan, di tengah berkecamuknya peperangan, antara hidup dan mati di depan mata, Nabi tetap memikirkan kelestarian alam. Pohon tidak lagi dipandang sebagai kayu berdiri tegak yang kapan saja dipotong sesuka hati. Alam adalah bagian dari kehidupan, sama pentingnya dengan manusia yang menginjak tanah di sekitarnya.
Nabi memberikan teladan bahwa bumi dan isinya bukanlah benda mati yang bisa dieksploitasi. Melainkan, bagian dari ciptaan yang memliki hak untuk tetap hidup dan terus tumbuh. Sikap Nabi sebaiknya menjadi bahan renungan, jika di situasi perang Nabi masih memiliki kepedulian kepada alam, bagaimana hari ini ?
Pesan Nabi tentang perlindungan alam bukan hanya soal larangan merusak. Juah dari itu, beliau mengajarkan harmoni antara manusia dan alam. Nabi tidak hanya memerintahkan umatnya untuk tidak mengeksploitasi alam, tetapi mendorong melestarikan dan merawatnya. Dalam sebuah hadis, Nabi mendorong umatnya untuk menanam pohon, sekalipun hari kiamat tiba.
Imam Ahmad bin Hambal dalam musnadnya seperti di kutip dari NU.Online meriwayatkan, Nabi bersabda “Jika kiamat telah tiba dan pada salah satu dari kalian sedang menggenggam bibit pohon (kurma), maka tanamlah.” (H.R. Ahmad). Sejenak hadis ini bikin geleng kepala, bagaimana tidak ? Di saat konsentrasi perhatian manusia menyelamatkan diri, Nabi justru menyuruh menanam pohon?
Ada apa dengan pohon? Mengapa pohon begitu penting bagi Nabi? Bayangkan saja, seperti apa ngerinya hari kiamat. Jika tidak ada filosofi besar tidak mungkin Nabi seperhatian itu. Hadis ini menekankan menjaga alam adalah prioritas dalam hidup, bahkan sekalipun dunia akan berakhir alam dan ekologi tidak boleh terlupakan.
Pohon dalam sabda Nabi adalah sebagai simbol kehidupan. Ia adalah perlambang dari siklus alam yang tak pernah berhenti. Sebuah pohon menghirup karbon dan memberi oksigen bagi, merangkul manusia dengan keteduhan saat panas menyengat dan memberi buah yang menghidupi banyak makhluk. Menanam pohon sama hanya dengan memperjuangkan siklus kehidupan.
Lalu bagaimana dengan kehidupan hari ini ? Jika mau jujur, yang masih peduli soal menanam pohon memang ada? Tapi bersaman itu pula penebangan hutan demi tambang, atau Industri, tanah diratakan, pohon ditumbangkan, masih terus terjadi di negeri ini, dan semua itu demi apa dan untuk siapa? Keuntungan jangka pendek, tragisnya untuk kepentingan segelintir orang.
Sedang Nabi sudah sejak dulu mengingatkan bahwa alam punya hak yang harus dihormati. Dalam kacamata ekologi modern, keteladanan nabi soal alam dan ekologi ini menunjukkan prinsip-prinsip keberlanjutan yang kini menjadi sorotan global. Lebih 14 abad yang lalu Nabi sudah mengingatkan bahaya perubahan iklim (climate change), kerusakan lingkungan dan kepunahan spesies, jika manusia tak peduli dengan alam.
Nabi mengajarkan alam bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga untuk diwariskan. Layaknya mewariskan moralitas kepada anak cucu, demikian juga wajib meninggalkan alam dalam kondisi yang layak bagi mereka. Bumi yang hijau dan indah ini adalah amanah yang diberikan Allah untuk manusia sebagai khalifah di muka bumi. Ingat! amanah, bukan hak milik.
Saat dunia modern saat ini sedang bergulat dengan berbagai persoalan tentang deforestasi, polusi dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, perlu mengingat kembali pada pesan Nabi tentang keseimbangan. Nabi menegaskan eksistensi manusia tidak bisa lepas dari alam. Menghancurkan alam berarti memutus hubungan yang dianugerahkan Tuhan untuk manusia. Bahkan secara tidak langsung manusia telah menyediakan peti mati untuk dirinya sendiri.
Jangan lupa juga, melindungi alam adalah bagian dari keimanan. Merawat alam berarti merawat relasi dengan sang pencipta, menjalankan perintah-Nya dan itu adalah ibadah. Risalah Nabi menggabungkan keduanya — iman dan ekologi– dalam satu tarikan napas. Manusia dan alam adalah satu kesatuan, bernafas dalam keharmonisan ciptaan Ilahi. *
* Moh. Wasik (Pengurus LKBHI UIN KHAS Jember dan santri Dar Al Falasifah Institut)