Opinia | Selasa, 31 Desember 2024 - 13:21 WIB
Frensia.id – Menyimak kasus korupsi pengeloaan timah yang menelan kerugian negara hingga Rp. 300 triliun, bangsa ini sedang dihadapkan pada paradoks keadilan dan matinya hukum. Bagaimana tidak? sanksi kepada para pelaku, dengan segala kejahatan yang mereka perbuat, tampak seperti lelucon menyakitkan bagi rakyat. Publikpun geram, ditegah keresahan yang memuncak, pertanyaan dan keinginan menjadi koruptor tersiar di media sosial: Seakan menjadi koruptor saat ini pilihan hidup yang lebih “menguntungan”?
Opinia | Kamis, 26 Desember 2024 - 10:39 WIB
Frensia.id – Baru-baru ini publik dibikin geger dan keheranan oleh pernyataan Presiden Prabowo Subianto, ia akan memberi pengampunan kepada koruptor yang mengembalikan uang hasil korupsinya. membuat orang bertanya-tanya, dimana tekad yang pernah dijanjikannya? Prabowo, dalam kampanye politik, menggebu-menggebu memberantas korupsi hingga ke akar-akarnya, demi menghapus kemiskinan di tanah ini. Namun, hari ini janji itu terkesan hanya omon-omon, alih-alih mengejar ke antartika, malah memberi pintu maaf.
Opinia | Jumat, 6 Desember 2024 - 19:09 WIB
Frensia.id – “Surip Mengintip Sang Dalang dari Balik Layar” merupakan lukisan karya seorang seniman dengan nama Instagram @_zukkk yang menghadirkan sebuah seni lukis yang…
Opinia | Selasa, 3 Desember 2024 - 14:29 WIB
Frensia.id- Pernikahan, sejatinya sebuah ikatan suami istri yang tidak hanya dicatat secara resmi oleh negara, melampaui itu semua, komitmen keduanya. Namun, dalam praksisnya, perkawinan selalu berhadapan dengan aturan yang mengatur legalitasnya, baik aturan formal negara dan ketentuan agama. Kasus yang menimpa Rizky Febian dan Halili menjadi contoh menarik mengenai soal pernikahan. Betapapun sudah dijalani dengan cinta, terkait pernikahan, agama dan negara tetap minta “stempel” sah.
Opinia | Politia | Sabtu, 30 November 2024 - 20:37 WIB
Frensia.id- Dibalik gemuruh riuhnya pilkada, terdapat tim pemenangan paslon mempersiapkan hadiah jutaan rupiah bagi siapapun yang menemukan kecurangan dalam proses pilkada. Berupa money politic atau pemberian sembako di masa tenang maupun menjelang pencoblosan. Sayembara berhadiah ini cukup menggiurkan, meskipun terlihat janggal.
Opinia | Selasa, 26 November 2024 - 20:22 WIB
Frensia.id- “Demi Nama Baik Kampus” – judul yang terdengar serius, hampir seperti janji manis dari kampus yang selalu menjaga citra baiknya, tapi justru di…
Opinia | Politia | Minggu, 24 November 2024 - 08:35 WIB
Frensia.id – Asal garam tiba di nasi, apa pun dikerjakan. Ungkapan yang cocok mengambarkan pilkada tahun ini, tak penting caranya bagaimana mereka lakukan untuk mencapai hajat politiknya, menjadi kepala daerah. Salah satunya, mengaku paling dekat dengan pemerintah pusat. Tak jarang dalam kampanye masyarakat selalu disodorkan dengan retorika yang menggembar-gemborkan kedekatannya dengan pemerintahan nasional.
Opinia | Kamis, 21 November 2024 - 17:36 WIB
Penulis: Ahmad Raziqi* Frensia.id- Perubahan sangat mungkin terjadi saat kita memegang kekuasaan. Namun, kekuasaan juga tidak akan mengubah keadaan jika pemegang kekuasaan tidak menggunakan…
Opinia | Kamis, 14 November 2024 - 13:55 WIB
Frensia.id – Dentuman protes menggemparkan Jember, membuntuti dugaan keberpihakan penyelenggara dan pengawas pilkada 2024 yang nilai tidak netral dan berpihak pada salah satu pihak. Gelombang demonstrasi yang menggugat ketidaknetralan tersebut tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Pilkada Jurdil (AMP2J), mengumandangkan tuntutan tegas netralitas pemilu.
Opinia | Minggu, 10 November 2024 - 05:58 WIB
Frensia.id- Beberapa minggu menjelang Pilkada yang akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2024 nanti, penyelenggara di tingkat kecamatan dan desa mendapatkan tugas untuk memasang…
Opinia | Jumat, 8 November 2024 - 17:25 WIB
Frensia.id- Diatas ladang dibawah sinar matahari, petani menyambung hidup dengan berjuang sendiri. Tidak hanya cuaca dan alam yang terkadang tak bersahabat dengannya, mereka harus menghadapi tantangan yang lebih berbahaya, mafia pupuk. Jejaring yang mengendalikan distribusi pupuk bersubsidi, dengan akal bulusnya kelompok ini mengelabuhi pupuk dari tangan petani ke pasar gelap demi meraup keuntungan lebih besar.
Opinia | Politia | Selasa, 5 November 2024 - 11:33 WIB
Frensia.id- Nasib seseorang bisa ditentukan oleh ketukan palu hakim, bahkan maut pun ada diujung keputusan tersebut. Pernyataan ini tidaklah berlebihan, mengingat ketukan palu hakim mengandung kekuatan hukum. Sekali hakim salah mengetuk palunya, nasib orang yang tak bersalah akan menanggung akibat hukum yang tidak pernah dilakukan.
Educatia | Opinia | Senin, 4 November 2024 - 17:34 WIB
Frensia.id – Jurnalisme profetik adalah konsep yang diperkenalkan oleh Parni Hadi, seorang jurnalis senior Indonesia, yang mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etika dalam praktik jurnalistik….
Educatia | Opinia | Sabtu, 2 November 2024 - 07:09 WIB
Frensia.id – Guru honorer sedang berduka, setidak-tidaknya mereka yang sedang berjuang menegakkan keadilan dibarisan Ibu Supriyani. Seorang guru honorer yang dituduh memukul siswa kelas 1 sekolah dasar (SD), dikabarkan anak tersebut putra dari seorang polisi. Kasus ini sedang menjadi sorotan publik, lantaran tak wajar hanya persoalan memukul seperti yang dituduhkan harus berujung pada meja hijau.
Opinia | Kamis, 31 Oktober 2024 - 15:06 WIB
Frensia.id – Perkawinan bagi banyak orang digadang-gadang sebagai ibadah terpanjang yang tak berpangkal, kalaupun ada, hanya kematian tirai pemisahnya. Apa sebenarnya yang membuat ikatan dua orang dalam perkawinan disebut “selamanya”. Apakah karena mereka telah mengikat ikatan batin yang mendalam atau hanya kepentingan persyaratan administratif yang diwajibkan negara? Lihat saja, UU Perkawinan kita, mewajibkan itu.
Opinia | Kamis, 17 Oktober 2024 - 12:59 WIB
Oleh: Mashur Imam* Frensia.id- Baru-baru ini Bahlil Lahadalia dikokohkan jadi Doktor di Universitas Indonesia. Anehnya banyak pakar yang mengangganggapnya penuh kepentingan politik. Penulis jadi…
Opinia | Senin, 30 September 2024 - 15:46 WIB
Frensia.id – Langkah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) mencabut TAP MPR II/2001 yang memberhentikan Abdurrahman Wahid (Gus dur) sebagai presiden pada tahun 2001 menjadi isu yang hangat diperbincangkan. Banyak yang melihatnya sebagai upaya untuk meluruskan jalannya sejarah, memulihkan nama baik Gus Dur secara formal. Lalu, apakah tanpa adanya pencabutan TAP MPR tersebut Gus Dur akan dikenang buruk ? Jelas tidak. Adalah hal yang tidak bisa dibantah bahwa nama Gus Dur tetap harum di hati rakyat Indonesia – tapa ada legitimasi negara.
Opinia | Jumat, 27 September 2024 - 19:03 WIB
Frensia.id – Petani, dielu-elukan sebagai tulang punggung dan pahlawan yang menyuburkan negeri ini, tapi anehnya mereka terlupakan. Padahal, kalau mau sadar tanpa petani, perut rakyat yang mendiami tanah air ini sudah lama kosong. Baik itu petinggi negara beserta keluarganya, pengusaha maupun rakyat biasa.
Opinia | Kamis, 26 September 2024 - 23:11 WIB
Frensia.id – Di balik setiap tetes keringat petani saat bekerja, terselip ironi pahit. Petani yang menggarap tanah siang dan malam, tak seutuhnya benar-benar menikmati hasil jerih payahnya. Mereka bukanlah tuan atas tanah yang mereka garap, yang seharusnya menjadi pahlawan atas suburnya negeri agraris ini, justru terjebak dalam jurang kemiskinan. Mereka berkeringat untuk negeri, tapi apakah mereka benar-benar mendapat perhatian
Opinia | Selasa, 24 September 2024 - 13:41 WIB
Frensia.id – Setiap kali Nabi Muhammad Sas disebutkan, yang sering muncul dalam pikiran adalah gambaran tentang sholat, masjid, ibadah, sholawat atua simpelnya seputar ibadah. Seolah-oleh, ajaran beliau hanya terbatas pada ranah spritual itu saja. Padahal, ada satu aspek penting ajaran Nabi yang sering terabaikan, perlindungan terhadap alam dan ekologi.
Opinia | Selasa, 24 September 2024 - 03:34 WIB
Oleh: Mashur Imam* Tulisan ini tidak untuk menghakimi dua lembaga besar yang didirikan para ulama’. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’…
Opinia | Religia | Rabu, 18 September 2024 - 20:15 WIB
Frensia.id- Dalam bentangan sejarah umat manusia, tidak ada sosok yang lebih gigih mengadvokasi dan membela hak perempuan selain Nabi Muhammad saw. Di tengah masyarakat Arab yang kental dengan norma-norma yang mendiskriminasi perempuan, Nabi hadir sebagai pembaharu membawa pesan keadilan membela kaum perempuan.