Panjat Pinang, Lomba Agustusan Yang Ternyata Produk Kolonial

Sabtu, 10 Agustus 2024 - 03:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Panjat Pinang, Lomba Agutusan Yang Ternyata Produk Kolonial (Sumber: Canva)

Gambar Panjat Pinang, Lomba Agutusan Yang Ternyata Produk Kolonial (Sumber: Canva)

Frensia.id- Panjat pinang merupakan lomba yang umum ditemukan dalam perayaan hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Ternyata perlombaan ini bukan asli nusantara, melainkan dibudayakan oleh kolonial Belanda sebagai hiburan.

Lomba yang rutin dilakukan pada 17 Agustusan ini biasanya dilakukan dengan menyiapkan sebuah pohon pinang atau bambu yang tinggi. Kemudian dikuliti dan dilumuri dengan pelumas agar tambah licin untuk menambah tantangan.

Di puncak pohon tersebut, berbagai hadiah menarik digantung sebagai hadiah bagi para peserta. Para peserta berlomba untuk memanjat batang pohon yang licin tersebut.

Mereka berebut untuk mencapai puncak dan mengambil hadiah-hadiah yang telah bergelantungan. Tantangan dan keseruan memanjat pohon yang licin menjadi daya tarik utama dari perlombaan ini.

Peserta yang ikut pada umumnya berkelompok. Mereka bergotong royong untuk membentuk strategi dan formasi agar salah satu teman mencapai puncak pohon dan mengambil hadiah yang ada.

Baca Juga :  Percaya? Wong Jowo Terlibat Sejak Era Kolonial Dalam Bisnis Narkoba

Perlombaan tersebut ternyata merupakan peninggalan Kolonial Belanda. Dalam buku yang ditulis oleh Tamara, Dkk, berjudul “Anomali Homo Ludens dalam Lorong Waktu”, dijelaskan bahwa di beberapa daerah permainan ini pernah ditiadakan.

Alasannya karena perlombaan tersebut diadakan oleh penjajah untuk menjadikan masyarakat pribumi hiburan. Dikisahkan, rakyat Indonesia disiksa dulu dipaksa untuk berlomba dalam mendapatkan sembako yang digantung di pohon yang telah dilumasi cairan pelicin.

Salah satu yang sempat melarang adalah wali kota langsa. Pada tahun 2019, permainan tidak disukai karena menghadirkan kenangan kelam pribumi.

Selain dianggap dari kolonial, ada juga mengatakan perlombaan ini berasal dari bangsa Tionghoa. Ada yang berpendapat panjat pinang memiliki kesamaan dengan tradisi yang ada Fujian, Guangdong, dan Taiwan. Tradisi sering dilakukan dalam perayaan Festival Hantu.

Baca Juga :  Program Makan Bergizi, Telah Lama Digagas di Jepang

Terlepas dari berbagai kontroversinya, hingga saat ini, masih ada banyak pihak melihat sisi positif dari lomba panjat pinang. Permainan ini dianggap tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai penting seperti kerja sama dan kerja keras.

Dalam proses memanjat batang pohon yang licin, para peserta harus bekerja sama dan saling membantu untuk mencapai puncak. Selain itu, sikap pantang menyerah juga menjadi salah satu nilai yang tercermin dari permainan ini, karena meskipun menghadapi tantangan berat, peserta terus mencoba hingga berhasil. (*)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Program Makan Bergizi, Telah Lama Digagas di Jepang
Percaya? Wong Jowo Terlibat Sejak Era Kolonial Dalam Bisnis Narkoba
Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955
Dua Periset UNIB Teliti K.H.R. Ach. Fawaid As’ad Situbondo, Ulama’ Politik Yang Menata Bangsa Dari Kehidupan Nyata
Akademisi UNESA Teliti Kasus Nenek Asyani, Dorong Perbaikan Hukum di Indonesia
Diteliti, Waly Al-Khalidy Berperan Besar dalam Desain Otoritas Agama di Aceh
Cerita Alexander The Great kepada Aristoteles tentang Penjelajahannya di India
Penelitian Unik, Temukan Jenis Kentut yang Dapat Hangatkan Bumi

Baca Lainnya

Senin, 7 April 2025 - 06:56 WIB

Program Makan Bergizi, Telah Lama Digagas di Jepang

Sabtu, 29 Maret 2025 - 04:57 WIB

Percaya? Wong Jowo Terlibat Sejak Era Kolonial Dalam Bisnis Narkoba

Jumat, 28 Februari 2025 - 17:02 WIB

Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955

Minggu, 16 Februari 2025 - 11:31 WIB

Dua Periset UNIB Teliti K.H.R. Ach. Fawaid As’ad Situbondo, Ulama’ Politik Yang Menata Bangsa Dari Kehidupan Nyata

Minggu, 16 Februari 2025 - 05:07 WIB

Akademisi UNESA Teliti Kasus Nenek Asyani, Dorong Perbaikan Hukum di Indonesia

TERBARU

Kolomiah

Di Liga Champions UEFA, Menang Justru Lebih Melelahkan

Kamis, 10 Apr 2025 - 18:09 WIB

Kolomiah

Belajar dari Arsenal dan Real Madrid

Rabu, 9 Apr 2025 - 14:01 WIB

Gambar Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal! (Sumber: Grafis Frensia)

Sportia

Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal!

Rabu, 9 Apr 2025 - 08:56 WIB

Religia

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?

Rabu, 9 Apr 2025 - 07:16 WIB