Percaya? Wong Jowo Terlibat Sejak Era Kolonial Dalam Bisnis Narkoba

Sabtu, 29 Maret 2025 - 04:57 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Editor : Mashur Imam, Sumber  Leiden University Libraries

Editor : Mashur Imam, Sumber Leiden University Libraries

Frensia.id- Percaya atau tidak, ya harus percaya. Wong Jowo hebat, sudah sejak awal terlibat dan bahkan jadi korban bisnis obat-obat terlarang. Bahkan tercatat sejak era kolonial. Ada sejumlah catatan sejarah yang menjelaskan bahwa bisnis kolonial tidak hanya rempah-rempah, tanaman-tanaman yang menjadi bahan dasar narkoba juga pernah mereka kerjakan. Tenaman yang dimaksud tentu adalah opium.

Apakah para frensi, sahabat pembaca, sudah tahu apa itu Opium? Opium itu obat yang dibuat dari getah tanaman poppy (atau dalam bahasan umumnya, adalah mawar opium). Getah dari tanaman mengandung zat aktif yang menjadi bahan dasar alkaloid morfin. Fungsi sesungguhnya adalah untuk dijadikan obat penghilang rasa sakit. Obat yang mengandung zat masuk dalam kelompok Narkotika.

Dilansir dalam laman nationalarchaeology, bahwa opium sudah menyebar masuk ke Indonesia sejak abad ke 17. Kala itu pemerintah kolonial Belanda menyebarkan opium ke seluruh wilayah yang berada di kekuasaannya, termasuk daerah-daerah di pulau Jawa.

Awalnya hanya dibesarkan pada kelompok elit saja, namun karena masifnya penyebaran, barang tersebut mulai dijual secara bebas. Banyak Wong Jawa yang juga sebagai distiributor dan tentunya juga konsumen. Penyebaran demikian yang menjadi awal wong Jowo mengenal narkotika.

Baca Juga :  Akademisi UNESA Teliti Kasus Nenek Asyani, Dorong Perbaikan Hukum di Indonesia

Beberapa tahun selenjutnya, Kolonial Belanda merasa bisnis opium semakin menjadikan. James R Rush salah satu sejarawah dan guru besar Arizona State University, mengarang buku berjudul “Opium to Java“. Dalam karya tersebut menjelaskan bahwa salah satu alasan kolonial tergiur pada bisnis ini karena hubunganya dengan Cina, atau lebih tepatnya Tiongkok.

Kala itu Tiongkok untuk bekerja sama dengan Kolonial Belanda dalam bisnis opium skala internasional. Kerja sama yang dilakukan salah satunya adalah dalam sektor produksi pertanian opium. Mereka (Cina) membayar dengan jumlah untuk menyewa lahan yang dapat ditanami tanaman tersebut. Belanda menyediakan tanah-tanah yang bereda di bawah kekuasaanya.

Sejak kebijakan ini, Kolonial Belanda yang awalnya hanya distributor dan konsumen, beralih menjadi agen produksi. Yang awal impor, kemudian mengupayakan menjadi negara pengekspor opium. Proses ini tentu melibatkan Wong Jowo sebagai petaninya. Mereka dipaksa bekerja untuk menghasilkan tanaman opium yang baik. Hasilnya di ekspor ke beberapa negara di Eropa dan Asia.

Pada tahun 1830, bisnis tingkok mulai melemah. Kala itu, bisnis mulai dikendalikan oleh Eropa. Pada kondisi ini, Kolonial Belanda mengambil kesempatan dengan cara mengambil alih seluruh pertanian opium. Secara besar-besaran, kemudian mereka mengembangkannya. Wong Jowo kembali dijadikan sebagai sumber daya utama dalam pertanian tersebut.

Baca Juga :  Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955

Proyek ini diikuti dengan kebijakan pembangunan seperti pembuatan jalan baru, kereta api, jembatan, dan jalur telegraf, dan kapal uap. Seluruh dilakukan dengan pengembangan modern untuk mempermudah dan memperlebar ruang industri opium ini. Upaya demikian terbukti sukses, Pada tahun 1912, kolonial Belanda mendapatkan keuntungan bersih 60 juta golden dari bisnis ini. Keuntungan tentu juga atas sumbangsi sumber daya Wong Jowo.

Bukan hanya itu, Wong Jowo tampaknya bukan hanya menjadi produsen, tapi juga konsumen yang parah. Artinya, besar industri ternyata juga berefek pada masyarakat jawa sendiri. Mereka juga memakai opium. Akibatnya, zat adiktif membuat mereka kecanduan dan menyalahkan gunakannya. Bukti, adanya fakta ini adalah dokumentasi kebijakan Belanda terkait dengan adanya penyalahgunaan opium yang dilakukan oleh Wong Jowo.

Selain itu juga ada banyak bukti berupa gambar atau lukisan tentang wong jowo yang sedang berada dalam pengaruh negatif opium. Lukisan yang dimaksud sebagaimana dokumen yang berasal dari Leiden University Libraries dalam gambar headline tulisan ini, di atas,

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955
Dua Periset UNIB Teliti K.H.R. Ach. Fawaid As’ad Situbondo, Ulama’ Politik Yang Menata Bangsa Dari Kehidupan Nyata
Akademisi UNESA Teliti Kasus Nenek Asyani, Dorong Perbaikan Hukum di Indonesia
Diteliti, Waly Al-Khalidy Berperan Besar dalam Desain Otoritas Agama di Aceh
Cerita Alexander The Great kepada Aristoteles tentang Penjelajahannya di India
Penelitian Unik, Temukan Jenis Kentut yang Dapat Hangatkan Bumi
Kakek Prabowo Disebut Akan Diajukan Sebagai Pahlawan Nasional, Berikut Rekam Sejarah Perannya
Durasi Belanda Menjajah Indonesia: Sujiwo Tejo dan KH Abdul Mun’im Dz Beda, Siapa yang Benar?

Baca Lainnya

Sabtu, 29 Maret 2025 - 04:57 WIB

Percaya? Wong Jowo Terlibat Sejak Era Kolonial Dalam Bisnis Narkoba

Jumat, 28 Februari 2025 - 17:02 WIB

Geliat Kerajinan Sangkar Burung di Desa Dawuhan Mangli Jember, Mampu Bertahan Sejak Tahun 1955

Minggu, 16 Februari 2025 - 11:31 WIB

Dua Periset UNIB Teliti K.H.R. Ach. Fawaid As’ad Situbondo, Ulama’ Politik Yang Menata Bangsa Dari Kehidupan Nyata

Minggu, 16 Februari 2025 - 05:07 WIB

Akademisi UNESA Teliti Kasus Nenek Asyani, Dorong Perbaikan Hukum di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 04:42 WIB

Diteliti, Waly Al-Khalidy Berperan Besar dalam Desain Otoritas Agama di Aceh

TERBARU

Ilustrasi Silaturahim Saat Lebaran (Sumber: Generated AI)

Educatia

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Selasa, 1 Apr 2025 - 08:23 WIB

Kolomiah

Takbir Melawan Korupsi

Senin, 31 Mar 2025 - 10:50 WIB

Gambar Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi (Sumber: Grafis Frensia)

Kolomiah

Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi

Minggu, 30 Mar 2025 - 19:33 WIB