Perempuan Kurus Katanya Cantik, Ternyata Tak Realistis

Monday, 7 October 2024 - 18:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perempuan Kurus Katanya Cantik, Ternyata Tak Realistis (Sumber: Canva)

Perempuan Kurus Katanya Cantik, Ternyata Tak Realistis (Sumber: Canva)

Frensia.id-Perempuan kurus katanya cantik, ternyata dianggap tidak realistis. Semuanya dianggap sebagai dampak dari budaya yang patriarki.

Hal demikian ini sebagaimana yang hasil penelitian Sarah K. Murnen,Linda Smolak ,J. Andrew Mills dan Lindsey Bagus. Hasilnya telah dipublikasi dalam jurnal Sex Roles tahun 2003.

Menurut mereka, Media modern sering kali memproyeksikan citra yang mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis, baik bagi perempuan maupun laki-laki.

Perempuan ditampilkan sebagai sosok yang langsing atau kurus itu seksi. Berbeda dengan laki-laki yang diharapkan memiliki tubuh yang berotot.

Hasilnya, perempuan memaksa untuk kurus agar cantik dengan mengurangi makanan. Sedangakan lelaki, makan yang bergizi agar tampak berotot.

Pngaruh citra-citra ini buruk terhadap anak-anak kita, terutama pada usia yang sangat muda. Sebuah penelitian terbaru memberikan wawasan yang mencengangkan tentang bagaimana anak perempuan dan laki-laki memproses citra tubuh yang diobjektifikasi ini, dan ternyata anak perempuan jauh lebih rentan terhadap dampak negatif dari gambaran media tersebut dibandingkan anak laki-laki.

Kita tahu bahwa perempuan sering kali menjadi target utama objektifikasi di media. Data menunjukkan bahwa paparan citra perempuan yang idealis dan tidak realistis berhubungan dengan ketidakpuasan tubuh, masalah makan, dan kecenderungan untuk mengobjektifikasi diri sendiri di kalangan perempuan.

Masalah ini tak hanya mengakar pada orang dewasa; bahkan anak perempuan usia sekolah dasar mulai menunjukkan reaksi yang konsisten terhadap tekanan budaya yang mempromosikan citra tubuh langsing dan seksi.

Baca Juga :  Langkah Kolaborasi Indonesia Gandeng BRI Hidupkan Semangat Membaca di Maluku Tengah

Dalam studi ini, anak perempuan dan laki-laki berusia 6 hingga 12 tahun diperlihatkan gambar-gambar yang menampilkan sosok perempuan dan laki-laki yang diobjektifikasi secara seksual. Mereka diminta untuk memberikan tanggapan atas gambar-gambar tersebut.

Meskipun baik anak perempuan maupun anak laki-laki memberikan respons positif terhadap gambar-gambar ideal orang dari jenis kelamin mereka masing-masing, ada sesuatu yang sangat mencolok dalam hasil penelitian ini: anak perempuan menunjukkan respons yang lebih konsisten dan mendalam terhadap citra perempuan yang diobjektifikasi dengan badan kurus.

Mengapa anak perempuan lebih konsisten dalam respons mereka? Penelitian ini menemukan bahwa anak perempuan yang secara aktif menolak citra perempuan yang diobjektifikasi cenderung memiliki harga diri yang lebih tinggi.

Sebaliknya, anak perempuan yang merasa tidak yakin atau bingung dengan bagaimana mereka harus menanggapi gambar ideal tubuh mereka tersebut, cenderung mengalami tekanan yang lebih besar terkait tubuh mereka sendiri.

Hal ini mengindikasikan bahwa sejak usia dini, anak perempuan lebih cepat menginternalisasi tekanan budaya mengenai bagaimana mereka seharusnya tampil. Gambaran ideal yang sering mereka lihat di media perlahan-lahan mulai memengaruhi cara mereka memandang tubuh mereka sendiri.

Sebaliknya, meskipun objektifikasi terhadap laki-laki di media juga meningkat, respons anak laki-laki terhadap gambar-gambar tubuh ideal laki-laki yang berotot tidak sekuat atau konsisten seperti pada anak perempuan.

Baca Juga :  Cita Rasa Khas Kopi Lereng Gunung Raung, Petani Jember Harap Perhatian Pemerintah

Salah satu alasannya mungkin adalah karena dorongan untuk “menjadi berotot” di kalangan anak laki-laki belum mencapai tingkat yang sama intensnya dengan dorongan bagi anak perempuan untuk menjadi langsing dan seksi. Artinya, sementara standar ideal tubuj bagi laki-laki mulai berubah, dampak psikologisnya belum seberat apa yang dialami oleh anak perempuan.

Penelitian mereka membuka mata kita terhadap kenyataan yang menyedihkan: anak perempuan menghadapi tekanan sosial dan budaya yang lebih kuat untuk menyesuaikan diri dengan standar kecantikan yang tidak realistis sejak usia sangat muda. Gambaran perempuan di media—yang sering kali menampilkan tubuh yang diobjektifikasi—berdampak langsung pada persepsi diri dan harga diri anak perempuan.

Mereka yang mampu menolak tekanan ini lebih mungkin memiliki pandangan diri yang lebih positif. Namun, bagi banyak anak perempuan, kebingungan dan tekanan internal terhadap bagaimana mereka seharusnya terlihat dapat memengaruhi kesejahteraan mental dan emosional mereka di masa depan.

Jadi, meskipun objektifikasi gender di media memengaruhi kedua jenis kelamin, anak perempuan tampaknya menjadi sasaran yang lebih mudah bagi pengaruh negatif ini. Mereka menyerap pesan-pesan budaya lebih awal dan lebih kuat, yang dapat membentuk persepsi diri mereka selama bertahun-tahun.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Review Film Dokumenter KH Achmad Siddiq, Telaah Kiprah Perjuangan dan Pemikir Moderasi Beragama
​Kampung Kerapu Situbondo Luar Biasa! Dosen Syari’ah UIN KHAS: Bukti Sarjana Hukum Serbabisa
Demi Penguatan Wisata! Akademisi UIN KHAS Temui Kelompok Perempuan Desa Klatakan
Logo Hari Amal Bhakti Ke-80 Kemenag Keren! Ternyata Buatan Sivitas UIN KHAS Jember
Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte
Langkah Kolaborasi Indonesia Gandeng BRI Hidupkan Semangat Membaca di Maluku Tengah
Direktur Pascasarjana UNIIB Banyuwangi Kaji Peranan Alumni UIN KHAS Jember di Masyarakat, Ini Hasilnya!
Kantin UIN KHAS Jember Diteliti, Ini Rekomendasi Jitu agar Lebih Profesional

Baca Lainnya

Sunday, 7 December 2025 - 22:23 WIB

Review Film Dokumenter KH Achmad Siddiq, Telaah Kiprah Perjuangan dan Pemikir Moderasi Beragama

Sunday, 7 December 2025 - 21:01 WIB

​Kampung Kerapu Situbondo Luar Biasa! Dosen Syari’ah UIN KHAS: Bukti Sarjana Hukum Serbabisa

Sunday, 7 December 2025 - 20:06 WIB

Demi Penguatan Wisata! Akademisi UIN KHAS Temui Kelompok Perempuan Desa Klatakan

Wednesday, 3 December 2025 - 22:43 WIB

Logo Hari Amal Bhakti Ke-80 Kemenag Keren! Ternyata Buatan Sivitas UIN KHAS Jember

Wednesday, 3 December 2025 - 12:12 WIB

Tiga Cara Membaca Banjir di Sumatra Menurut August Comte

TERBARU

Sekretaris Desa Tanggul Wetan, inisial Z, di hadapan SPKT Polres Jember. (Foto: Istimewa).

Criminalia

Sekdes di Jember Ditahan Usai Tersangka Turut Serta Korupsi Dana Desa

Wednesday, 10 Dec 2025 - 17:17 WIB