Periset UNEJ Sebut PT IMASCO Persempit Ruang Gerak Masyarakat Puger

Minggu, 12 Januari 2025 - 04:30 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Periset UNEJ Sebut PT IMASCO Persempit Ruang Gerak Masyarakat Puger (Sumber: Frensia Grafis)

Gambar Periset UNEJ Sebut PT IMASCO Persempit Ruang Gerak Masyarakat Puger (Sumber: Frensia Grafis)

Frensia.id – Riiset yang dilakukan oleh akademisi Universitas Jember (UNEJ) mengungkapkan bahwa keberadaan PT IMASCO Asiatic di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember, membawa dampak serius bagi ruang gerak sosial masyarakat setempat.

Terutama para petani. Kajian yang dipimpin oleh Siti Rahayu Estu Ningrum, Arif Nur Widyatama, dan Rofi Sri Utami ini menyoroti transformasi sosial-ekonomi yang terjadi akibat industrialisasi di kawasan tersebut.

Desa Puger, yang sebelumnya mengandalkan sektor pertanian dan perikanan sebagai tulang punggung ekonomi, kini menghadapi berbagai tantangan baru. Sebelum hadirnya pabrik semen PT IMASCO, aktivitas pertanian di desa ini berjalan relatif lancar.

Petani hanya dihadapkan pada kendala umum, seperti serangan hama atau ketersediaan pupuk bersubsidi. Namun, dengan pembangunan pabrik dan dampak industrinya, konflik baru bermunculan, terutama terkait akses terhadap sumber daya seperti irigasi.

Salah satu masalah utama yang diungkapkan oleh penelitian tersebut adalah relokasi kanal atau saluran irigasi. Sebelum industrialisasi, sistem irigasi di Puger memungkinkan petani mengairi lahan mereka dengan mudah melalui sistem buka-tutup aliran air.

Baca Juga :  Diduga Mempunyai Masalah Keluarga, Pria Paruh Baya di Jember Nekat Bunuh Diri

Namun, setelah kanal diubah dan jalurnya dialihkan oleh pihak pabrik, aliran air menjadi lebih lambat dan berliku. Kondisi ini menyebabkan petani mengalami kesulitan dalam mengelola lahan pertanian mereka.

Penelitian ini juga menyoroti ketidakadilan dalam struktur sosial desa. Para peneliti mencatat bahwa beberapa petinggi desa, termasuk kepala kelompok tani dan kepala desa, diduga lebih memihak kepada pihak pabrik dibandingkan kepada petani.

Sebelum pembangunan pabrik, sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat dinilai tidak transparan. Banyak dari mereka hanya mempromosikan kompensasi finansial tanpa menjelaskan dampak jangka panjangnya.

Selain itu, beberapa ketua kelompok tani menerima kerja sama dengan pihak pabrik, yang mengakibatkan suara petani semakin terpinggirkan. Bantuan yang seharusnya diterima petani sering kali disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.

Kondisi ini menambah kesenjangan antara petani dengan pihak yang lebih berkuasa, sehingga petani merasa tidak memiliki kekuatan untuk memperjuangkan hak-hak mereka.

Kajian ini mengungkap bahwa meski ada banyak keluhan, petani cenderung diam karena merasa tidak memiliki kekuatan untuk melawan. Mereka sering kali dianggap remeh dan tidak memiliki keberanian untuk melawan struktur sosial yang dinilai menindas. Beberapa petani menuturkan bahwa hilangnya pemimpin kelompok tani yang vokal semakin memperburuk keadaan.

Baca Juga :  Bupati dan Wakil Bupati Jember Dikabarkan Tak Harmonis, Begini Kata Ketua Fraksi Nasdem DPRD Jember

Dampak industrialisasi yang dirasakan masyarakat Puger ini menggambarkan ketimpangan yang muncul ketika desa-desa agraris berhadapan dengan korporasi besar. Peneliti menyimpulkan bahwa permasalahan ini bukan hanya persoalan baru, melainkan hasil dari akumulasi konflik yang belum terselesaikan sejak lama.

Dalam konteks ini, masyarakat Puger tidak hanya kehilangan ruang gerak secara fisik, tetapi juga ruang sosial untuk menyuarakan hak-hak mereka.

Dengan lemahnya posisi petani dalam struktur sosial, muncul anggapan bahwa industrialisasi membawa dampak lebih besar terhadap kesejahteraan segelintir pihak dibandingkan kepada masyarakat luas.

Penelitian ini mengingatkan pentingnya upaya transparansi dan keadilan dalam proses industrialisasi, terutama di kawasan pedesaan. Petani Puger kini menjadi simbol perjuangan masyarakat agraris yang tengah bertahan di tengah derasnya arus industrialisasi.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Peringati Hari Bumi: KUA Kaliwates Tanam Pohon Matoa, Dukung Penguatan Ekoteologi Menteri Agama
Tepati Janji, Gus Fawait Mulai Kebut Perbaikan Jalan di Jember
Pemkab Jember Bakal Hidupkan Kembali Bandara Notohadinegoro yang Mati Suri
Gaya Debat Gibran, Dikaji Akademisi Dari Sudut Pandang Retorika Aristoteles
Gaya Komunikasi Gibran, Dikaji Sejumlah Peneliti
Banyak Jalan Rusak di Kabupaten Jember, Bupati Fawait akan Lakukan Perbaikan Jalan Mulai Minggu Ini
Mengesankan! Pemprov Jatim Jadi Pelopor Kuliah Gratis, Telah Diikuti Ribuan Mahasiswa
DPR RI Dengar Aspirasi Jurnalis, Gus Khozin Soroti Pemerintahan Daerah hingga Reforma Agraria

Baca Lainnya

Selasa, 22 April 2025 - 11:01 WIB

Peringati Hari Bumi: KUA Kaliwates Tanam Pohon Matoa, Dukung Penguatan Ekoteologi Menteri Agama

Senin, 21 April 2025 - 22:30 WIB

Tepati Janji, Gus Fawait Mulai Kebut Perbaikan Jalan di Jember

Senin, 21 April 2025 - 16:30 WIB

Pemkab Jember Bakal Hidupkan Kembali Bandara Notohadinegoro yang Mati Suri

Minggu, 20 April 2025 - 14:33 WIB

Gaya Debat Gibran, Dikaji Akademisi Dari Sudut Pandang Retorika Aristoteles

Minggu, 20 April 2025 - 13:58 WIB

Gaya Komunikasi Gibran, Dikaji Sejumlah Peneliti

TERBARU

Babi hutan liar saat sudah diburu warga (Sumber foto: istimewa)

Regionalia

Pasutri di Jember Diseruduk Babi Hutan Liar Saat Mandi

Jumat, 25 Apr 2025 - 17:19 WIB

Opinia

Fatayat NU, Geliat Perempuan dan Wajah Keadilan

Kamis, 24 Apr 2025 - 21:45 WIB