Perselingkuhan Agama dan Kekuasaan : Menghalalkan Dunia Hitam Pertambangan Demi Populisme Kekuasaan

Wednesday, 12 June 2024 - 05:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Keputusan pemerintah memberikan izin tambang kepada ormas keagamaan melalui PP No. 25 Tahun 2024 tentang tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batu Bara, nampaknya tidak murni untuk kepentingan rakyat. Kebijakan tersebut mengarah adanya indikasi perselingkuhan agama dan negara.

Sikap demikian mengingatkan pada the Prince — suatu diskursus politik dari seorang filsuf politik terkemuka pada abad ke 16, Nicollo Machiavelli– bahwa penguasa ningrat akan melakukan cara apapun agar bisa melanjutkan kekuasaannya dengan efektif.

Machiavelli berpandangan bagi penguasa lebih penting ditakuti daripada dicintai oleh kawulanya (rakyat). Untuk itulah, penting untuk penguasa melalukan segala cara bahkan termasuk melanggar moral demi tujuan akhir kekuasaannya.

Pemberian izin tambang pada ormas keagamaan inilah tidak luput dari gagasan gugusan ide Machiavelli tersebut. Banyak pengamat yang menilai kebijakan Jokowi ini arahnya lebih kepada kepentingan politik an-sich, ketimbang ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Dr. Fahmy Radhi, Pengamat Ekonomi Energi UGM misalnya, seperti dilansir dari ugm.ac.id dalam amatannya ia menilai kebijakan Presiden tersebut lebih sarat kepentingan politik ketimbang kepentingan ekonomi. Walaupun hal itu dianggap sebagai realisasi janji kampanye Jokowi, tidak bisa dipungkuri WIUPK atau ini tersebut ditenggarai sebagai cara meninggalkan legasi.

Sehingga Jokowi pasca lengsernya dari kursi Presiden tetap disayangi umat ormas keagamaan. Ia juga menilai kebijakan izin tersebut pada ormas keagamaan sangatlah tidak tepat, bahkan cenderung blunder.

Baca Juga :  Sapa Masyarakat, Legislator Edi Cahyo Purnomo Soroti Tingginya Angka Pengangguran di Jember

Pengamat Ekonomi Energi UGM tersebut menilai Ormas Keagamaan dinilai tidak memiliki kapabilitas dan kemampuan dana untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi pertambangan.

Pada Kondisi demikian ormas keagamaan hanya berperan sebagai broker alias makelar dengan mengalihkan izin tersebut pada perusahaan tambang swasta.

Dr. Dimpos Manalu, seorang doktor politik dari Universitas Gajah Mada seperti dilansir dari medanbisnisdaily.com mengungkapkan hal yang sama, ia mengatakan izin Tambang ke Ormas Keagamaan hanya untuk membangun Populisme Jokowi.

Menurutnya, Ormas sejatinya harus menjadi kontrol buat negara dalam menjalankan pemerintahan. Terkhusus, ketika negara membiarkan korporasi kerapkali menindas hak-hak masyarakat adat dan merusak lingkungan, di situlah kehadiran Ormas keagamaan diharapkan untuk menyampaikan suara kenabian.

Ormas kegamaan lahir dari rahim rakyat bukan negara, maka sepantasnya ormas keagamaan mengabdi pada kepentingan rakyat. Jika ormas keagamaan sebagai pengusaha atau korporasi mereka akan mengalami konflik kepentingan serta kehilangan posisi untuk bersikap kritis.

Pemberian izin pengelolaan tambang pada ormas keagamaan tidak lain adalah wujud nyata dari populisme yang sedang dibangun penguasa atau pemerintahan Jokowi.

Populisme yang dibentuk seolah-olah merakyat, namun ada maksud lain yakni mengurangi spirit sikap kritis pada kekuasaannya.

Oleh karena itu menghalalkan izin pertambangan untuk membangun populisme kekuasaan harus diakui berpotensi menjerambabkan – dalam bahasa Pengamat Ekonomi Energi UGM diatas– ormas keagamaan kedalam lubang dunia pertambangan. Alih-alih dirasakan banyak orang, tambang yang dikelola hanya dinikmati segelintir elit.

Baca Juga :  Diriset Sejumlah Akademisi! PCNU Jember Pernah Sukses Hentikan Tambang

Perselingkuhan antara agama dan kekuasaan merujuk pada situasi institusi agama dan pemerintah saling memanfaatkan untuk mencapai tujuan masing-masing, hubungan yang seringkali dengan mengorbankan prinsip-prinsip etika dan moral.

Seperti perselingkuhan pada umumnya yang merusak hubungan kebahagiaan rumah tangga, perselingkuhan agama dalam arti menyeret-nyeret ormas keagamaan dengan kekuasaan akan mengadaikan kebahagiaan negara khususnya masyarakat.

Perselingkuhan ini sering menghasilkan kebijakan yang diskriminatif terhadap kelompok tertentu, mengabaikan prinsip keadilan dan hak asasi manusia.

Semestinya, agama dan kekuasaan politik harus berfungsi secara independen untuk menjaga keseimbangan dan integritas masing-masing. Kolaborasi yang sehat antara keduanya bisa terjadi dengan tetap menghormati batasan dan etika yang berlaku.

Kareanya Pemerintah harus membatalkan PP mengenai izin tambang bagi ormas keagamaan, setidaknya harus direvisi sebab PP tersebut hingga saat ini dinilai mengandung mudharat. Begitu juga untuk ormas keagamaan alangkah bijak jika tidak menerima konsesi tersebut.

Sebab jika oras keagamaan ikut dalam pengelolaan tambang, lalu kepada siapa dan dengan siapa serta dengan cara apalagi rakyat harus berjuang melawan eksploitasi tambang yang merengut hak mereka? (*)

*Moh. Wasik (Penggiat Filsafat Hukum dan Anggota Dar al-Falasifah)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Bupati Fawait Turun Langsung Tinjau Lokasi Perumahan Terendam Banjir
Gus Fawait Minta Organisasi Mitra Pemerintah Tak Hanya Gelar Acara Seremoni
Temui Guru Ngaji, Gus Fawait Pastikan Insentif Guru Ngaji Berjalan Lancar
Pemkab Jember Siapkan Layanan Homecare untuk Tingkatkan Kualitas Kesehatan Para Lansia dan Penyandang Disabilitas
Gus Fawait akan Naikkan Anggaran UHC untuk Perangi AKI-AKB dan Stunting
Pemkab Jember Salurkan Becak Listrik untuk Pengayuh Lansia
Bupati Fawait Optimis Rute Penerbangan Jember-Bali Bisa Jadi Lompatan Besar untuk Daerah
Gus Rivqy Ingin PKPB Hasilkan Kader Militan Penggerak PKB di Daerah

Baca Lainnya

Tuesday, 16 December 2025 - 02:32 WIB

Bupati Fawait Turun Langsung Tinjau Lokasi Perumahan Terendam Banjir

Tuesday, 16 December 2025 - 00:43 WIB

Gus Fawait Minta Organisasi Mitra Pemerintah Tak Hanya Gelar Acara Seremoni

Sunday, 14 December 2025 - 15:36 WIB

Temui Guru Ngaji, Gus Fawait Pastikan Insentif Guru Ngaji Berjalan Lancar

Friday, 12 December 2025 - 22:39 WIB

Pemkab Jember Siapkan Layanan Homecare untuk Tingkatkan Kualitas Kesehatan Para Lansia dan Penyandang Disabilitas

Friday, 12 December 2025 - 22:25 WIB

Gus Fawait akan Naikkan Anggaran UHC untuk Perangi AKI-AKB dan Stunting

TERBARU

Regionalia

Kakek di Jember Ditemukan Tewas di Kebun Tebu

Sunday, 21 Dec 2025 - 18:15 WIB

Direktur Pengelola Sarana & Prasarana Selaku Pembina Apel Melakukan Pengecekan Pasukan Apel Gelar Pasukan Posko Nataru 2025/2026.  (Foto: Istimewa).

Regionalia

KAI Jember Siapkan 144 Ribu Tiket untuk Libur Nataru, Ada Diskon 30%!

Thursday, 18 Dec 2025 - 15:25 WIB