Pesantren Lirboyo, Periset UINSA Menyebut Telah Menghasilkan Paham Keagamaan Monolitik

Rabu, 8 Januari 2025 - 09:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Pesantren Lirboyo, Periset UINSA Menyebut Telah Menghasilkan Paham Keagamaan Monolitik (Sumber: Lirboyo.net)

Gambar Pesantren Lirboyo, Periset UINSA Menyebut Telah Menghasilkan Paham Keagamaan Monolitik (Sumber: Lirboyo.net)

Frensia.id – Pesantren Lirboyo, yang berdiri sejak 1910 di Kediri, Jawa Timur, merupakan salah satu pesantren tertua dan terbesar di Indonesia. Perannya sangat besar dalam menguatkan pemahaman agama Masyarakat.

Didirikan oleh K.H. Abdul Karim, pesantren ini tidak hanya berfungsi sebagai pusat pendidikan agama, tetapi juga sebagai benteng nilai-nilai tradisional Islam di tengah masyarakat.

Hingga kini, pesantren tersebut tetap menjadi rujukan penting dalam kajian keislaman, di bawah pimpinan K.H. M. Anwar Manshur, cucu pendirinya.

Baru-baru ini, penelitian berjudul “Pluralistic Ethics and Fiqh of Nationality: Lirboyo Islamic Boarding School’s Efforts to Build a National Episteme Based on Jurisprudence” mengungkapkan perspektif menarik tentang pesantren ini.

Penelitian ini dilakukan oleh dua akademisi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Haqqul Yaqin dan Suhermanto Ja’far, yang diterbitkan pada 2024 di AL-TAHRIR: Jurnal Pemikiran Islam.

Studi ini membahas kontribusi Pesantren Lirboyo dalam memperkenalkan konsep fikih kebangsaan di tengah tantangan ideologi puritanisme seperti salafisme.

Baca Juga :  Wisuda Sekolah Menengah: Antara Gengsi, Tradisi, dan Edukasi

Melalui fikih kebangsaan, Pesantren Lirboyo berupaya menjawab persoalan fragmentasi sosial yang sering kali berakar pada pemahaman keagamaan yang sempit.

Fikih kebangsaan di pesantren ini dirumuskan sebagai upaya menyeimbangkan antara kepatuhan terhadap syariat Islam dan realitas kehidupan berbangsa.

Menurut penelitian tersebut, fikih kebangsaan di Lirboyo lahir dari dialektika panjang dengan konteks lokal dan global. Para alumni dan komunitas santri tidak hanya mempelajari teks agama secara normatif, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai sosial dan humanis dalam interpretasi mereka.

Langkah ini menjadi respons progresif terhadap kecenderungan kelompok-kelompok tertentu yang sering kali memaksakan tafsir agama secara eksklusif.

Penelitian ini juga menyoroti bagaimana pesantren ini secara strategis mempromosikan konsep fikih kebangsaan di ruang publik. Wawancara dengan beberapa pengasuh dan mahasiswa senior mengungkapkan bahwa wacana ini tidak hanya berkembang di dalam pesantren, tetapi juga di berbagai forum nasional.

Baca Juga :  Sebanyak 782 Ijazah Diantar ke Rumah Siswa Secara Gratis, Cabdin Jember: Tak Ada Lagi Penahanan Karena Tunggakan

Pesantren Lirboyo secara aktif merepresentasikan pemahaman Islam yang mendukung persatuan bangsa melalui pendekatan inklusif.

Namun, salah satu poin menarik dalam penelitian ini adalah bagaimana pesantren ini tetap menghadapi tantangan berupa paham keagamaan monolitik. Meskipun fikih kebangsaan di Lirboyo dirancang untuk melawan kecenderungan puritanisme, riset ini mencatat adanya tantangan internal dan eksternal yang dapat mempersempit ruang dialektika.

Paham monolitik—yang memandang agama hanya dalam kerangka ketaatan normatif—tetap muncul di beberapa lapisan masyarakat, termasuk dalam wacana agama di pesantren tradisional.

Temuan ini memberikan gambaran bahwa Pesantren Lirboyo, meskipun berakar pada tradisi, terus berupaya relevan di tengah dinamika sosial-politik modern.

Dengan mengedepankan nilai-nilai pluralistik dan humanis dalam fikih kebangsaan, pesantren ini mencoba menjembatani perbedaan ideologi dan mempromosikan Islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin.

Upaya ini menjadi refleksi penting tentang peran pesantren sebagai penjaga sekaligus inovator dalam tradisi Islam di Indonesia.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

PB PMII Gelar Labour Hub, Bahas Ancaman TPPO Digital terhadap Gen Z
MUNAS ADAPI: Berharap UU ASN Direvisi
KH. M. Nazaruddin Umar Sebut PMII Berada di Persimpangan
Tanggapan Pengamat Bisnis dan UMKM Soal Rencana Street Food Pemkab Jember
Respon Tantangan Era Disrupsi, KOPRI PMII JATIM: Komitmen Jadikan Organisasi Perempuan Berbasis Data
Wisuda Sekolah Menengah: Antara Gengsi, Tradisi, dan Edukasi
Anggota Komisi X DPR RI Apresiasi Buku Pengembangan SDM Modern Karya Dosen FISIP UNEJ
PWI Jember Latih Humas SMA/SMK dan SLB Kuasai Teknik Jurnalistik

Baca Lainnya

Selasa, 3 Juni 2025 - 19:24 WIB

PB PMII Gelar Labour Hub, Bahas Ancaman TPPO Digital terhadap Gen Z

Rabu, 28 Mei 2025 - 12:08 WIB

MUNAS ADAPI: Berharap UU ASN Direvisi

Sabtu, 24 Mei 2025 - 19:47 WIB

KH. M. Nazaruddin Umar Sebut PMII Berada di Persimpangan

Sabtu, 24 Mei 2025 - 12:11 WIB

Tanggapan Pengamat Bisnis dan UMKM Soal Rencana Street Food Pemkab Jember

Kamis, 22 Mei 2025 - 21:07 WIB

Respon Tantangan Era Disrupsi, KOPRI PMII JATIM: Komitmen Jadikan Organisasi Perempuan Berbasis Data

TERBARU

Religia

Ragam Ukuran Kemampuan Berqurban: Telaah Lintas Mazhab

Rabu, 4 Jun 2025 - 21:34 WIB

Sumber: Istimewa

Regionalia

Kasdam Brigjen TNI Minta Warga Jaga Hasil Pembangunan TMMD

Rabu, 4 Jun 2025 - 17:34 WIB

Gambar Garis Laras Pancasila dan Hudaibiyah: Jalan Damai Berbangsa (Sumber: Grafis Frensia)

Kolomiah

Garis Laras Pancasila dan Hudaibiyah: Jalan Damai Berbangsa

Senin, 2 Jun 2025 - 23:32 WIB

DPC PDIP Jember saat menggelar upacara (Sumber foto: Sigit)

Politia

Peringati Hari Pancasila, DPC PDIP Jember Gelar Upacara

Senin, 2 Jun 2025 - 07:00 WIB