Frensia.id- Prestasi Voice of Baceprot (VoB) telah mencengangkan dunia musik tanah air dan bahkan di internasional. Prestasi ini ternyata bersumber dari kecerdasan guru Bimbingan Konseling (BK) pada sebuah Madrasah di daerah Garut.
VoB menggoncang dunia musik internasional dengan penampilannya pasca pandemi Covid. Mereka masuk sebagai musisi yang juga tampil dalam Women Of World (WOW) Festival UK 2021 dan Just Recovery Gathering 2021.
Pada tahun berikut, tahun 2022, ia ternyata menjadi jajaran band hebat yang tampil pada ajang festival metal terbesar dunia Wacken Open Air (WOA) 2022 di Jerman. Bukan hanya itu, sebenarnya sejak tahun 2021, mereka telah mengadakan tour konser keliling Eropa. Beberapa negara yang telah didatanginya adalah Belanda, Prancis, Swiss hingga Belgia.
Tidak sampai di situ saja, Forbes, majalah tenar di Amarika juga menyorotinya secara khusus dalam rubrik khusus Entertainment & Sports, 30 Under 30 Asia 2024. Tidak mengherankan, jika tahun 2023 kemarin VoB juga masuk dalam daftar NME-100 (Essential Emerging Artists) 2023.
Prestasi tentu sangat mengejutkan, apalagi personel VoB masih sangat mudah dan hanya lulusan Madrasah kampung. Firdda Marsya Kurnia (Sang gitaris dan vokalis), Euis Sitti Aisyah (drummer) dan Widi Rahmawati (bassis) membuktikan bahwa orang kampung dan madrasah mampu untuk berkontestasi dalam persaingan global.
Telisik demi telisik, ternyata sumber kesuksesan mereka tidak dapat dilepaskan dari piawainya seorang guru BK di Madrasah Al Baqhitassolihat Banjarwangi, Garut. Ia bernama Ersa Eka Susila Satia dan akrab dipanggil Abah Ersa.
Sosoknya pernah diundang dalam mojokdotco. Dalam poadcast tersebut ia menceritakan bahwa ketiga musisi yang saat ini terkenal sebenarnya merupakan siswa yang dianggap bandel.
Sebagai guru BK, ketiganya merupakan anak siswa yang menjadi tanggung jawabnya. Ia mengaku terkejut saat bertemu dengan salah satu personelnya yang dianggap sering melawan gurunya.
Salah satu kebandelannya adalah karena dia sering menulis kritik oleh Gurunya. Bahkan Firda, salah satu personel VoB sering melakukan boikot.
“Terus memang dia melakukan beberapa boikot. Misal kayak dia menolak untuk masuk di pelajaran yang menurut dia, saya gak butuh ini”, ujarnya.
Bahkan dia biasanya melakukan perlawanan kalau ada guru yang hanya mengajari siswa mencatat saja. Aba Ersa bercerita bahwa para personel VoB sangat menghargai karya.
“saya justru merasa ditampar oleh perasaan si Marsa itu. Dia bilang waktu kayak gini. Kan kata aba di pelajaran bahasa Indonesia, kalau kita mengutip atau mencatut penulisnya, itu sama saja dengan plagiat”, tambahnya.
Perkataan itu yang membuat Abah Ersa gelisah. Pasalnya, kritiknya salah satu personel VoB dapat dibenarkan sebab ia juga mengaku karya di Indonesia sulit dihargai.
Kritik itu yang membuatnya mengajak mereka berkarya. Sejak saat itu ketiganya masuk dalam komunitas teater dan akhirnya terus menerus belajar musik.