Prof Inung Pernah Ungkap 5 Fakta Radikalisme Agama Telah Terjadi di UGM

Sabtu, 13 Juli 2024 - 17:08 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Prof Inung Pernah Ungkap 5 Fakta Radikalisme Agama Telah Terjadi di UGM (Sumber: Imam's Grafis )

Gambar Prof Inung Pernah Ungkap 5 Fakta Radikalisme Agama Telah Terjadi di UGM (Sumber: Imam's Grafis )

“Dalam kasus UGM, radikalisasi telah terjadi sejak dasawarsa 80-an oleh kelompok salafi jihadis. Era 80-an juga ditandai dengan ideologisasi LDK oleh kelompok tarbiyah”

_Prof Zainul Hamdi

Frensia.id- Prof Inung yang memiliki nama lengkap Zainul Hamdi sebelum menjabat sebagai Diktis Kementerian Agama, ia adalah dosen sekaligus peneliti dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya. Ternyata, sebagai peneliti, ia pernah menemukan 5 fakta bahwa radikalisme telah lama terjadi di Universitas Gadjah Mada (UGM).

Temuan yang telah dipublikasi dalam repository UINSA ini pada tahun 2021 silam, tentu sangat mengejutkan. Pasalnya, UGM adalah kampus besar di Indonesia, tentu miris jika ternyata terindikasi menjadi tempat bercokolnya radikalisme agama.

Prof Inung mengungkap fakta tersebut saat dirinya meneliti tentang intoleransi dan radikalisme agama di perguruan tinggi negeri. Dalam penelitiannya, ia menjabarkan bahwa nyaris tidak ada satupun narasumber yang diwawancarai, menyangkal adanya radikalisme di kampus UGM.

Baginya, proses deradikalisasi kampus UGM dalam merespons fenomena radikalisme masih cukup menemui banyak masalah. Mulai ketiadaan aturan kebebasan akademik, hingga kompleksitas jaringan radikalisme yang memang telah lama menyebar, menjadi faktor yang memperlemah proses penanganan radikalisme agama di kampus terbesar se-Indonesia tersebut.

Riset yang dilakukan Prof Inung terlihat sangat detail menggambarkan fakta radikalisme agama benar-benar terjadi di UGM. Ia menggambarkan geo spasial penyebaran, kajian hingga pengalaman-pengalaman mahasiswa ex-radikal agama.

Sedikitnya, ada 5 fakta secara garis besar yang diungkapnya. Dalam pantauan Frensia.id, keenam fakta ini merupakan hasil besar penelitian yang dilakukannya.

Radikalisme Agama Di UGM Telah Lama

Radikalisasi di UGM, menurut Prof Inung, telah menjadi sangat kompleks dan bahkan telah berlangsung lama. Fenomena demikian diungkapnya mulai terjadi sejak dasawarsa 80-an di beberapa kampus, termasuk Universitas Gadjah Mada (UGM).

Baca Juga :  Hadiri Haul Ke-44 Kiai Hamid Pasuruan, Gus Firjaun Komentari Kenaikan Pajak

Pada era 80-an, kelompok salafi jihadis mulai memasuki kampus-kampus, termasuk UGM. Kelompok ini membawa ajaran dan ideologi yang cenderung radikal dan berupaya merekrut mahasiswa untuk mendukung agenda mereka.

Kelompok tarbiyah melakukan ideologisasi melalui Lembaga Dakwah Kampus (LDK). Mereka berhasil mempengaruhi dan menguasai organisasi kemahasiswaan intra kampus. Yang demikian, terjadi pasca reformasi dan dilakukan melalui saluran Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

Tiga Kelompok Radikal Hebat UGM

Ada tiga kelompok, yang disebutkan Prof Inung sukses melakukan meradikalisasi mahasiswa UGM. Ketiganya adalah kelompok salafi, tarbiyah, dan HTI.

Tiga kelompok ini mengincar mahasiswa baru melalui berbagai paket kajian keislaman yang menarik dan fasilitasi berbagai kebutuhan khas mahasiswa baru. Walaupun sistem jaringan ketiganya berbeda, namun mereka sama membangun basis-basis sosial-keislaman yang cukup radikal.

Fenomena ini menunjukkan pentingnya kesadaran dan pendidikan kritis bagi mahasiswa mengenai berbagai ideologi dan pandangan keislaman yang ada, serta perlunya pengawasan dan pendekatan yang holistik dari pihak kampus dan pemerintah untuk menjaga keberagaman dan toleransi di lingkungan akademik.

Tindakan Permisif Pada Intoleransi Agama di UGM

Narasi keislaman yang dibawa oleh kelompok salafi, tarbiyah, dan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) memiliki kecenderungan eksklusif dan intoleran. Wacana keagamaan yang dimuncul lebih mengarah pada kesepakatan pada radikalisme agama.

Prof Inung menegaskan bahwa walaupun ketiga kelompok memiliki agenda politik dan keislaman yang berbeda. Namun mereka memiliki kesamaan dalam hal wacana agama yang permisif pada aksi intoleransi dan radikalisme agama

Baca Juga :  WASPADA! Peneliti Ungkap "Satu Benda" Paling Berbahaya Pemicu Kecelakaan Ojek Online di Jember

Kuatnya Radikalisme di Fakultas Eksakta Dan Organisasi Intra UGM

Prof Inung juga mengungkap bahwa fakultas eksakta di UGM tampak sangat dekat pada kelompok gerakan salafi, tarbiyah hingga HTI. Kelompok-kelompok radikal tidak hanya menyebarkan paham agamanya di masjid dan LDK kampus.

Hampir semua organisasi intra kampus berafiliasi dengan gerakan kelompok ini. Salah satunya yang ditengarai kuat adalah di Fakultas eksakta.

Upaya Deradikalisasi Di UGM Masih Lemah

Prof Inung juga melihat ada upaya yang dilakukan untuk meredam kelompok radikal di UGM. Hanya saja ia melihat masih ada keterbatasan atau kelemahan.

Ia melihat ada tiga hal yang menyebabkannya lemah, yakni tidak adanya aturan, keterbatasan sumber daya manusia di UGM, dan tidak tepatnya narasi agama yang diwacanakan sebagai anti tesa.

Mengambil pelajaran dari pengaruh kekuatan-kekuatan Islam radikal di sekitar UGM, Prof Inung memberikan rekomendasi penting. Ia memandang sudah saatnya, UGM menjalin kerja sama dengan kelompok-kelompok Islam moderat.

Beberapa kelompok yang direkomendasinya diantaranya, Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Melalui kerja sama dengan dua kelompok ini, dianggapnya dapat membangun dan memperkuat dakwah Islam yang damai dan inklusif baik di dalam maupun di sekitar kampus.

Selain itu, sangat penting untuk memperkuat organisasi kemahasiswaan yang dikenal sebagai kekuatan Islam moderat. Adapun organisasi yang direkomendasinya adalah Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Digelar Kejari dan Dispendik, Siswa Jember Antusias Ikut Lomba Video Kreatif Restorative Justice
Bakal Calon Ketua DPD dan DPC Periode 2025-2030 Dijaring! PAC PDI Perjuangan Se-Banyuwangi Gelar Rapat Serentak
Hadiri Haul Ke-44 Kiai Hamid Pasuruan, Gus Firjaun Komentari Kenaikan Pajak
Gerakan PMII Cabang Jember Bukan Ruang Fomo
Membedah Fikih Lingkungan, UIN KHAS Jember Gelar Serial Kajian Ekoteologi
Dzikir, Fikir dan Amal Sholeh: Pesan Rektor UIN KHAS Jember Pada Closing PBAK 2025
Galakkan Gerakan “Wakaf Oksigen” Saat PBAK, UIN KHAS Jember Lawan Krisis Iklim
Ajak Masyarakat Peduli Lingkungan, Ribuan Mahasiswa Baru UIN KHAS Jember Bagikan Bibit Pohon Buah Kepada Pengguna Jalan

Baca Lainnya

Selasa, 2 September 2025 - 18:27 WIB

Digelar Kejari dan Dispendik, Siswa Jember Antusias Ikut Lomba Video Kreatif Restorative Justice

Selasa, 2 September 2025 - 11:13 WIB

Bakal Calon Ketua DPD dan DPC Periode 2025-2030 Dijaring! PAC PDI Perjuangan Se-Banyuwangi Gelar Rapat Serentak

Selasa, 2 September 2025 - 10:58 WIB

Hadiri Haul Ke-44 Kiai Hamid Pasuruan, Gus Firjaun Komentari Kenaikan Pajak

Minggu, 31 Agustus 2025 - 16:41 WIB

Gerakan PMII Cabang Jember Bukan Ruang Fomo

Rabu, 27 Agustus 2025 - 19:40 WIB

Membedah Fikih Lingkungan, UIN KHAS Jember Gelar Serial Kajian Ekoteologi

TERBARU