Frensia.id – Fenomena doomscrolling pasca peristiwa COVID-19 melanda dunia memang menjadi masalah serius bagi peradaban.
Psikolog sekaligus akademisi asal Univeritas Hang Tuah Lutfi Arya, mengungkapkan bahaya dari fenomena ini.
Istilah doomscrolling ini paling banyak disematkan bagi para pecandu sosial media vidio pendek dengan konten berita yang sebenarnya tidak dibutuhkan, bahkan cenderung negatif untuk dikonsumsi. Entah di Tiktok, reels Instagram, Facebook vidio, YouTube Short, dan aplikasi sejenis.
Doomscrolling sekilas mungki nampak biasa, namun banyak penelitian telah mengungkap bahwa kebiasaan ini dapat memicu rasa cemas, putus asa, dan tertekan.
“Salah satu alasannya adalah bahwa individu memiliki bias negatif yang alami, artinya individu lebih memperhatikan peristiwa negatif dibandingkan peristiwa positif. Bias ini berkembang sebagai mekanisme kelangsungan hidup, memabntu untuk mendeteksi dan menghindari potensi ancaman,” tulis Lutfi pada laman resmi Universitas Hang Tuah, Surabaya.
Lutfi juga mengungkapkan bahwa setiap individu yang terdampak kebiasaan buruk ini mereasakan kendali dengan terus-menerus mengetahui informasi yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
“Individu mungkin akan mengalami suatu bentuk perbandingan atau validasi sosial melalui doomscrolling,” tutur Lutfy.
Tidak hanya itu, kecenderungan individu akan semakin mencari orang atau teman yang memiliki cara pandang sama dalam kehidupan realitas.
“Individu mungkin akan membandingkan situasi yang dialami dengan orang lain yang keadaannya lebih buruk, dan merasa lega atau bersyukur. Alternatifnya, individu dapat mencari orang lain yang memiliki pandangan atau emosi yang sama, dan merasakan solidaritas atau dukungan,” tulisanya.
Bagaimana Doomsrolling Memepengaruhi Kesehatan Mental?
1. Meningkatnya stres, kecemasan, dan depresi. Doomscrolling dapat memicu atau memperburuk kondisi kesehatan mental, karena terus-menerus terpapar pada rangsangan negatif yang mengaktifkan respons melawan-atau-lari. Hal ini dapat menyebabkan gejala fisik seperti insomnia, sakit kepala, ketegangan otot, dan jantung berdebar-debar.
2. Mengurangi kebahagiaan dan kepuasan. Doomscrolling dapat mengurangi emosi positif dan membuat merasa lebih pesimis, sinis, atau putus asa. Hal ini juga dapat menurunkan harga diri dan kepercayaan diri, karena merasa tidak mampu atau tidak berdaya dalam menghadapi masalah yang kita hadapi.
3. Gangguan fokus dan produktivitas. Doomscrolling dapat mengalihkan perhatian dari tugas dan tujuan, serta membuat kurang efisien dan efektif. Hal ini juga dapat mengganggu ingatan dan konsentrasi, karena terus-menerus mengalihkan perhatian dari satu topik ke topik lainnya.
4. Berkurangnya hubungan sosial dan empati. Doomscrolling dapat mengisolasi dari teman dan keluarga, dan membuat kurang tertarik atau terlibat dalam hubungan. Hal ini juga dapat membuat tidak peka terhadap penderitaan orang lain, dan membuat kurang altruistik. (*)