Ramadhan dan Kita yang Sibuk Sendiri

Sabtu, 15 Maret 2025 - 17:41 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Ramadhan datang, kita berlomba-lomba beribadah. Malam pertama tarawih, masjid penuh sesak. Mushaf baru dibeli, niat khatam pun membuncah. Seakan, inilah momentum untuk menjadi lebih baik. Tapi seperti grafik saham, semangat itu naik-turun. Minggu pertama masih rajin tahajud, minggu kedua mulai berat, dan menjelang minggu ketiga, kantuk saat sahur lebih dominan ketimbang dzikir.

Kita sibuk. Sibuk mengejar target ibadah, sibuk menyusun daftar menu berbuka, sibuk belanja persiapan lebaran. Sibuk dengan banyak hal, kecuali dengan diri sendiri.

Di antara semua kesibukan itu, ada satu hal yang tetap kita cari: ketenangan. Karena sehebat apa pun ibadah kita, kalau hati masih penuh sesak dengan kegelisahan dunia, tetap saja ada yang kurang. Maka, di hari ke-15 Ramadhan ini, kita diajak berdoa meminta dua hal yang sangat berharga: ketaatan yang khusyuk dan hati yang lapang.

اللَّهُمَّ ارْزُقْنِي فِيهِ طَاعَةَ الْخَاشِعِيْنَ، وَاشْرَحْ فِيْهِ صَدْرِي بِإِنَابَةِ الْمُخْبِتِيْنَ، بِأَمَائِكَ يَا أَمَانَ الْخَائِفِينَ

“Ya Allah, anugerahkan padaku di dalamnya ketaatan orang-orang yang khusyuk, lapangkan dadaku dengan taubatnya orang-orang yang memperoleh ketenteraman, dengan keamanan-Mu, wahai Yang Memberi rasa aman kepada orang-orang yang ketakutan.”

Menarik, doa ini tidak hanya meminta bisa taat, tetapi taat seperti orang-orang yang khusyuk. Artinya, bukan sekadar shalat dan puasa, tapi benar-benar merasakannya. Seperti orang yang shalat bukan karena takut dosa, tapi karena rindu bertemu Tuhan. Seperti orang yang berpuasa bukan sekadar menahan lapar, tapi juga menahan diri dari sikap dan kata-kata yang menyakiti.

Baca Juga :  Ramadan, Musik Religi, dan Keabadian Musisi Favorit Generasi Milenial

Masalahnya, khusyuk ini sering terasa seperti sinyal WiFi—ada, tapi sering putus-putus. Apalagi kalau di masjid, niat shalat tapi pikiran malah melayang ke daftar belanjaan lebaran. Atau saat membaca Al-Qur’an, yang dihafal justru lirik iklan sirup. Maka, dalam doa ini, kita juga meminta kelapangan dada, karena hati yang sempit sulit untuk benar-benar hadir dalam ibadah.

Lapang dada di sini bukan hanya soal sabar atau menerima keadaan, tapi soal menemukan ketenangan. Sebab, ada orang yang terlihat taat, tapi hatinya penuh beban. Shalat, puasa, sedekah, semua dijalankan, tapi tetap gelisah. Mungkin karena ibadahnya masih sekadar rutinitas, belum benar-benar menjadi jalan kembali ke Allah.

Yang menarik, doa ini ditutup dengan permohonan rasa aman. Sebab kenyataannya, hidup ini penuh ketakutan. Takut rezeki seret, takut kehilangan, takut masa depan tak sesuai harapan. Tapi anehnya, ada juga orang yang justru takut kalau hidupnya terlalu tenang—seperti pejabat yang resah kalau tidak ada korupsi yang bisa dilakukan.

Baca Juga :  Menjelang Ramadan 2025, Masyarakat Peduli Jember Bersama Petugas Gabungan Razia Tempat Hiburan Malam

Di sinilah pentingnya memahami bahwa keamanan sejati bukan datang dari memiliki segalanya, tapi dari merasa cukup dengan apa yang ada. Seperti anak kecil yang tidur nyenyak di pelukan ibunya, bukan karena dia tahu ibunya kaya atau miskin, tapi karena dia percaya bahwa ada yang menjaganya.

Ramadhan selalu mengajarkan satu hal: bahwa Allah lebih dekat daripada yang kita kira. Jika kita merasa jauh, itu bukan karena Dia yang menjauh, tapi karena kita yang sibuk sendiri. Sibuk dengan target, sibuk dengan dunia, sibuk dengan segala hal—kecuali dengan hati sendiri.

Maka, sebelum Ramadhan pergi, mari bertanya pada diri sendiri: sudahkah ibadah kita penuh rasa? Sudahkah hati kita benar-benar lapang? Atau jangan-jangan, selama ini kita hanya menjalani ritual tanpa benar-benar merasakan maknanya?

Karena pada akhirnya, yang benar-benar kita cari di bulan ini bukan hanya pahala, tapi juga hati yang lebih tenang. Dan semoga, sebelum adzan maghrib berkumandang di hari terakhir Ramadhan, kita sudah menemukan jalan pulang menuju-Nya. Semoga*

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan Jember: Jodoh Perjuangan Gus Dur dengan Pendiri Yayasan
Bikin Haru, Jawaban Nyai Sinta Ketika Ditanya Tentang Kebiasaan Buka Puasa Gus Dur
Viral Pedagang Bakso Jember Diringkus Polisi Diduga Gelapkan Uang Arisan 3 M, Begini Kronologinya
Doa, Takdir, dan Candaan Tuhan
Tiga Tingkatan Puasa: Syariat, Thoriqoh, Hakikat
Dalil Dzikir Berjamaah Usai Salat Menurut Kiai Ali Mustafa Yaqub
Sambut Bulan Suci Ramadan, DPC PKB Jember Adakan Ngabuburit Festival Band
Ramadan, Musik Religi, dan Keabadian Musisi Favorit Generasi Milenial
Tag :

Baca Lainnya

Sabtu, 15 Maret 2025 - 17:41 WIB

Ramadhan dan Kita yang Sibuk Sendiri

Sabtu, 15 Maret 2025 - 06:14 WIB

Sekolah Tiga Bahasa Rukun Harapan Jember: Jodoh Perjuangan Gus Dur dengan Pendiri Yayasan

Sabtu, 15 Maret 2025 - 03:59 WIB

Bikin Haru, Jawaban Nyai Sinta Ketika Ditanya Tentang Kebiasaan Buka Puasa Gus Dur

Jumat, 14 Maret 2025 - 12:00 WIB

Viral Pedagang Bakso Jember Diringkus Polisi Diduga Gelapkan Uang Arisan 3 M, Begini Kronologinya

Kamis, 13 Maret 2025 - 08:37 WIB

Doa, Takdir, dan Candaan Tuhan

TERBARU

Religia

Ramadhan dan Kita yang Sibuk Sendiri

Sabtu, 15 Mar 2025 - 17:41 WIB

Novel Jobin Karya Pidi Baiq (Ilustrasi: Arif)

Destinia

Jobin, Novel Terbaru Pidi Baiq di Awal Tahun 2025

Sabtu, 15 Mar 2025 - 15:07 WIB