Ramadhan, Waktunya Ngaca Diri

Jumat, 14 Maret 2025 - 04:35 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Ada satu momen di bulan Ramadhan yang sering bikin kita tertegun: saat duduk sendirian setelah berbuka, perut kenyang, kepala sedikit ringan sesudah menyeruput kopi hitam, dan tiba-tiba muncul pertanyaan, “Sudah sejauh mana diri ini berubah?”

Ramadhan memang sering disebut sebagai bulan penyucian, bulan penuh ampunan, bulan latihan menahan diri. Tapi kalau jujur pada diri sendiri, kita ini sering kali jatuh di lubang yang sama. Hari ini minta ampun, besok ngulang lagi. Seperti orang yang niat diet setelah sahur, tapi menyerah begitu melihat kolak di meja berbuka.

Makanya, doa hari ke-14 ini terasa begitu relevan:

اللَّهُمَّ لاَ تُؤَاخِذْنِي فِيهِ بِالْعَثَرَاتِ، وَأَقِلْنِي فِيهِ مِنَ الْخَطَايَا وَالْهَفَوَاتِ، وَلاَ تَجْعَلْنِي فِيهِ غَرَضاً لِلْبَلاَيَا وَالآفَاتِ، بِعِزَّتِكَ يَا عِزَّ الْمُسْلِمِينَ

“Ya Allah, janganlah Engkau menghukumku karena kesalahan-kesalahanku pada hari ini, maafkanlah aku atas segala kekeliruan dan kebodohanku. Jangan jadikan aku sasaran bencana dan musibah. Dengan kemuliaan-Mu, wahai sandaran kemuliaan kaum Muslimin.”

Kita memohon kepada Tuhan agar tidak dituntut atas kesalahan. Sebab kalau Tuhan benar-benar menuntut, siapa yang bisa selamat, Pejabat? tidak bisa, dan tidak akan mungkin, meski punya kuasa. Manusia itu makhluk yang aneh: sadar salah, tapi tetap mengulanginya. Lebih dari itu, masih saja menyiapkan dalil atas kesalahan, alias ngeles.

Baca Juga :  Sebiji Beras, Sebait Shalawat

Doa ini mengajarkan bahwa manusia itu penuh dengan keteledoran. Kita sering kali tidak sadar bahwa banyak kesalahan terjadi bukan karena niat buruk, tapi karena kebodohan kita sendiri. Orang bisa salah bicara, salah paham, atau salah langkah hanya karena kurang berpikir. Itulah sebabnya, kita minta Tuhan menghapus kesalahan dan kebodohan kita—karena kalau tidak, kita sendiri yang bakal kerepotan.

Lalu, ada permohonan agar kita dijauhkan dari bencana dan malapetaka. Ini bagian yang menarik. Sebab sering kali, malapetaka itu bukan sekadar gempa bumi atau banjir, tapi juga hal-hal kecil yang menyusahkan hidup. Misalnya, motor mogok di tengah jalan pas hujan deras. Atau kuota internet habis pas mau Zoom meeting penting. Kadang kita menyebut itu “cobaan,” padahal mungkin itu hanya akumulasi dari keteledoran kita sendiri.

Tapi yang paling menarik dari doa ini adalah kalimat terakhirnya: Demi kemuliaan-Mu, wahai sandaran kemuliaan kaum Muslimin. Ini seperti pengakuan bahwa tanpa Tuhan, kita ini rapuh. Kita ini makhluk yang terlalu sering mengandalkan diri sendiri, padahal kenyataannya, kita butuh pegangan. Kita sering sombong berkata, “Saya bisa!” sebelum akhirnya tersandung dan baru sadar: ah, ternyata saya butuh pertolongan Tuhan juga.

Baca Juga :  Filsafat Ternyata Mengajarkan Argumentasi Agar Tidak Bayar Hutang

Jika direnungkan, doa ini mengajarkan tiga hal besar: pertama, rendah hati dalam menghadapi kesalahan; kedua, waspada terhadap kebodohan diri sendiri; dan ketiga, sadar bahwa tanpa Tuhan, kita ini tidak ada apa-apanya.

Ramadhan memang waktu yang tepat untuk meminta ampunan, tapi jangan hanya berhenti di situ. Kalau kita meminta agar tidak dituntut atas kesalahan, jangan ulangi kesalahan yang sama. Kalau kita meminta agar dijauhkan dari kebodohan, ya belajar. Dan kalau kita meminta agar dijauhkan dari bencana, setidaknya jangan menciptakan bencana bagi diri sendiri.

Tuhan memang Maha Pengampun, tapi jangan sampai kita menyalahgunakan itu dengan menjadi manusia yang asal-asalan. Kita berdoa, berusaha, lalu berserah—karena di balik semua ini, Tuhan selalu punya humor-Nya sendiri dalam mengatur takdir kita. Dan seperti semua humor yang baik, kita mungkin tidak langsung paham di awal, tapi di ujung perjalanan, kita akan tersenyum juga—entah karena lega, atau karena akhirnya sadar: ternyata semua ini adalah bagian dari pelajaran yang harus kita lalui.*

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?
Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda
BBM Dikadali, Negara ke Mana?
Retret, Loyalitas, dan Ironi Omon-omon Efisiensi
Sebiji Beras, Sebait Shalawat
Cak Imin dan Revolusinya
Ekoliterasi dan Tafsir Hijau Quraish Shihab
Jatuhnya Nicolae Ceausescu, Pelajaran bagi Pemimpin Masa Kini
Tag :

Baca Lainnya

Jumat, 14 Maret 2025 - 04:35 WIB

Ramadhan, Waktunya Ngaca Diri

Rabu, 12 Maret 2025 - 08:30 WIB

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Selasa, 11 Maret 2025 - 12:23 WIB

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Kamis, 27 Februari 2025 - 10:00 WIB

BBM Dikadali, Negara ke Mana?

Selasa, 25 Februari 2025 - 12:10 WIB

Retret, Loyalitas, dan Ironi Omon-omon Efisiensi

TERBARU

Pemotor yang gagal mendahului truk (Sumber foto: istimewa)

Regionalia

Tabrakan Truk vs Motor di Jember, 1 Orang Tewas

Jumat, 14 Mar 2025 - 11:57 WIB

Kolomiah

Ramadhan, Waktunya Ngaca Diri

Jumat, 14 Mar 2025 - 04:35 WIB

Religia

Doa, Takdir, dan Candaan Tuhan

Kamis, 13 Mar 2025 - 08:37 WIB