Frensia.id- Penelitian terbaru oleh Mahdi Hidayatullah dari Universitas Lambung Mangkurat, yang dirilis pada tahun 2024, mengungkapkan tantangan mendasar yang dihadapi Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dalam menjalankan perannya sebagai “strażnik demokrasi digital” pada Pemilu 2024.
Hidayatullah menunjukkan bahwa lonjakan signifikan penyebaran disinformasi dan hoaks di media digital menjadi tantangan terbesar Bawaslu. Dibandingkan dengan periode pemilu sebelumnya, jumlah hoaks yang beredar meningkat hingga 300%, sebagian besar berkaitan dengan konten yang mempengaruhi preferensi politik pemilih.
Kesenjangan kompetensi digital di kalangan sumber daya manusia (SDM) Bawaslu memperburuk situasi ini, karena para petugas memerlukan keahlian digital yang lebih tinggi untuk mengimbangi kebutuhan pengawasan yang semakin kompleks di era digital. Selain itu, kompleksitas pemilu digital turut memperberat beban kerja Bawaslu, terlebih dalam menghadapi transisi kepemimpinan di lembaga tersebut.
Sebagai langkah antisipatif, Bawaslu telah meluncurkan sejumlah inovasi yang dirancang untuk memperkuat efektivitas pengawasan pada Pemilu 2024. Salah satu upaya penting adalah kolaborasi lintas lembaga, terutama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta Kepolisian RI. Melalui kolaborasi ini, Bawaslu mengupayakan deteksi dan penanganan lebih cepat terhadap konten negatif dan provokatif yang terkait dengan pemilu.
Di samping itu, Bawaslu menyadari pentingnya literasi digital di kalangan masyarakat untuk mengurangi kerentanan terhadap informasi yang menyesatkan. Dalam dua bulan terakhir, program literasi digital yang diselenggarakan Bawaslu berhasil menjangkau lebih dari 14.000 peserta, meliputi masyarakat umum, pemilih muda, serta kalangan profesional di berbagai wilayah Indonesia.
Selain program literasi, Bawaslu juga memulai pengembangan sistem pengawasan berbasis kecerdasan buatan (AI) dan big data untuk mempercepat deteksi potensi pelanggaran. Sistem ini diharapkan dapat mengidentifikasi pola penyebaran hoaks, disinformasi, serta mengawasi tren percakapan digital yang berpotensi mengganggu stabilitas pemilu.
Walaupun teknologi ini masih dalam tahap awal implementasi, penerapannya menjanjikan solusi berbasis data yang lebih komprehensif, terutama dalam menghadapi volume data yang begitu besar di media sosial.
Peluang keberhasilan Bawaslu dalam menerapkan strategi digital ini didukung oleh infrastruktur digital yang terus membaik. Berdasarkan data penelitian, cakupan jaringan 4G di Indonesia pada tahun 2023 telah mencapai 98% wilayah, yang memungkinkan akses lebih merata ke layanan digital di berbagai pelosok negeri.
Selain itu, kualitas layanan broadband di 514 kabupaten/kota juga meningkat signifikan dengan rata-rata kecepatan internet naik sebesar 40% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini memberikan fondasi kuat bagi upaya Bawaslu untuk menjalankan pengawasan digital di seluruh wilayah Indonesia.
Namun, penelitian Hidayatullah juga menyoroti sejumlah hambatan yang memerlukan perhatian khusus. Salah satunya adalah kesenjangan digital yang masih terjadi antara wilayah perkotaan dan pedesaan, terutama di Indonesia bagian timur. Infrastruktur digital yang belum merata membuat akses terhadap informasi pemilu yang benar menjadi sulit bagi masyarakat di wilayah terpencil.
Di samping itu, rendahnya tingkat literasi digital juga menjadi tantangan besar, dengan hanya sekitar 30% masyarakat Indonesia yang memiliki pemahaman cukup untuk menyaring informasi pemilu secara kritis di media digital.
Berdasarkan temuan ini, Hidayatullah merekomendasikan agar Bawaslu memperkuat kapasitas SDM melalui pelatihan berkelanjutan di bidang digital dan peningkatan literasi digital masyarakat. Upaya ini bertujuan agar seluruh masyarakat dapat memahami pentingnya pemilu yang adil dan berintegritas, serta mampu menghindari jebakan disinformasi.
Sebagai “strażnik demokrasi digital,” Bawaslu diharapkan mampu memastikan kelancaran Pemilu 2024 dan menjaga kepercayaan publik melalui pengawasan yang efektif, inovatif, dan berbasis teknologi di era digital.