Rentatan Polemik Pengukuhan Bahlil Sebagai Doktor DI Univeristas Indonesia

Minggu, 20 Oktober 2024 - 13:02 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Rentatan Polemik Pengkuhan Bahlil Sebagai Doktor DI Univeristas Indonesia (Sumber: Istimewa/Grafis)

Gambar Rentatan Polemik Pengkuhan Bahlil Sebagai Doktor DI Univeristas Indonesia (Sumber: Istimewa/Grafis)

Frensia.id- Rentetan polemik Pengukuhan gelar doktor Bahlil Lahadalia oleh Universitas Indonesia (UI) telah memicu polemik yang luas di kalangan akademisi. Bahlil, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Ketua Umum Partai Golkar, menerima gelar doktor dari Sekolah Kajian Stratejik dan Global UI pada Oktober 2024.

Namun, proses ini mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak, termasuk profesor luar negeri seperti Joel Picard dari Universitas Teknologi Nanyang, Singapura, yang secara terbuka mengkritik

Kritik Akademisi dan Petisi Alumni

Salah satu sumber kontroversi datang dari media sosial, di mana Prof. Joel Picard menyebut sidang terbuka disertasi Bahlil sebagai kurang memadai,17/10/24. Kritik Picard dilanjutkan dengan tanggapan serius dari komunitas akademik di Indonesia dan Singapura, menyoroti apakah proses yang ditempuh memenuhi standar riset ilmiah yang lazim di tingkat doktoral.

Tidak hanya akademisi, sejumlah alumni UI turut menyuarakan kekecewaan mereka. Melalui sebuah petisi, alumni UI menganggap proses pemberian gelar tersebut menunjukkan indikasi komersialisasi pendidikan.

Petisi ini, yang sudah mendapat banyak dukungan, menuntut empat hal utama: pembentukan tim investigasi independen, pencabutan gelar doktor Bahlil, peningkatan pengawasan terhadap proses penyelesaian studi doktoral di UI, serta transparansi mengenai persyaratan dan biaya studi.

Tanggapan UI dan Pembentukan Tim Investigasi

Baca Juga :  Tentang Protes RUU TNI, Komentar Deddy Corbuzier Dianggap Keliru

Menanggapi kritik tersebut, UI dengan tegas membela keabsahan gelar doktor Bahlil. UI menjelaskan bahwa Bahlil menyelesaikan program doktoral dalam waktu empat semester, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kepala Humas dan Keterbukaan Informasi Publik UI, Amelita Lusia, menyatakan bahwa Bahlil mengikuti jalur riset, yang memungkinkan mahasiswa untuk menyelesaikan studi tanpa harus mengambil banyak mata kuliah di kelas,19/04/24. Jalur riset ini memberikan fokus pada penelitian independen, dengan beban studi sekitar 48–52 SKS.

Di sisi lain, demi menanggapi kekhawatiran publik, Dewan Guru Besar dan Senat Akademik UI membentuk tim investigasi yang terdiri dari sembilan guru besar. Tim ini bertugas melakukan audit akademik terhadap proses penyelesaian gelar doktor Bahlil dan akan bekerja secara independen untuk memastikan tidak ada pelanggaran dalam proses tersebut.

Kasus ini menciptakan diskusi lebih luas tentang integritas akademik di Indonesia. Beberapa pihak merasa bahwa kemudahan pemberian gelar doktoral kepada figur publik dapat menurunkan prestise akademik. UI sendiri menegaskan bahwa Bahlil bukanlah mahasiswa doktoral tercepat di universitas tersebut, mengutip contoh lain seperti Sugeng Purwanto yang menyelesaikan program doktoral di bidang ekonomi makro dalam waktu 13 bulan dan tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI).

Baca Juga :  Sosialisasi 4 Pilar, Gus Rivqy: Bhinneka Tunggal Ika Pemersatu Bangsa

Meskipun Bahlil sendiri menegaskan bahwa dirinya telah menjalani semua prosedur dengan wajar, tim investigasi dari UI akan menjadi kunci untuk menyelesaikan polemik ini. Hasil investigasi diharapkan dapat memberikan jawaban atas kecurigaan yang muncul terkait kualitas dan proses pemberian gelar akademik di UI.

Pertanyaan yang tersisa adalah apakah kasus ini akan menjadi titik balik dalam pengawasan lebih ketat terhadap pemberian gelar akademik di Indonesia, terutama bagi para figur publik. Kontroversi ini jelas bukan sekadar masalah pribadi Bahlil, melainkan juga menjadi isu penting tentang kredibilitas dan reputasi institusi pendidikan tinggi di Indonesia.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Model Kurikulum Murray Print: Solusi Menggapai Pendidikan Progresif
KH Said Aqil Sirajd Tak Sehebat Gus Dur, Kalah Hadapi Cawe-cawe Jokowi di NU
Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran
Dorong Pelaku Usaha untuk Salurkan CSR, DPRD Jatim: CSR Bisa Jadi Solusi Pengentas Kemiskinan
Tingkatkan Ketahanan Pangan, DPRD Jatim Berikan Bantuan Beras Kepada Masyarakat Kurang Mampu
Pandangan Plato Mengenai Swasembada
Tentang Protes RUU TNI, Komentar Deddy Corbuzier Dianggap Keliru
Komik Keren! Diteliti dan Urai Keburukan Militerisme di Indonesia

Baca Lainnya

Sabtu, 5 April 2025 - 17:32 WIB

Model Kurikulum Murray Print: Solusi Menggapai Pendidikan Progresif

Kamis, 3 April 2025 - 01:07 WIB

KH Said Aqil Sirajd Tak Sehebat Gus Dur, Kalah Hadapi Cawe-cawe Jokowi di NU

Selasa, 1 April 2025 - 08:23 WIB

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Kamis, 27 Maret 2025 - 13:22 WIB

Dorong Pelaku Usaha untuk Salurkan CSR, DPRD Jatim: CSR Bisa Jadi Solusi Pengentas Kemiskinan

Kamis, 27 Maret 2025 - 12:59 WIB

Tingkatkan Ketahanan Pangan, DPRD Jatim Berikan Bantuan Beras Kepada Masyarakat Kurang Mampu

TERBARU

Kolomiah

Di Liga Champions UEFA, Menang Justru Lebih Melelahkan

Kamis, 10 Apr 2025 - 18:09 WIB

Kolomiah

Belajar dari Arsenal dan Real Madrid

Rabu, 9 Apr 2025 - 14:01 WIB

Gambar Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal! (Sumber: Grafis Frensia)

Sportia

Real Madrid: Sang Juara 15 UCL, Dipermalukan Arsenal!

Rabu, 9 Apr 2025 - 08:56 WIB

Religia

Setelah Ramadhan, Apa Kabar Ibadah Kita?

Rabu, 9 Apr 2025 - 07:16 WIB