Sextortion Kampus, Di Tanzania Telah Lama Dikaji dan Berusaha Diperangi

Friday, 22 November 2024 - 14:21 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gambar Sextortion, Di Tanzania Telah Lama Dikaji dan Berusaha Diperangi (Sumber: Grafis/Frennsia)

Gambar Sextortion, Di Tanzania Telah Lama Dikaji dan Berusaha Diperangi (Sumber: Grafis/Frennsia)

Frensia.id- Tanzania tengah sejak awal bergulat dengan isu serius yang memengaruhi lembaga pendidikan tinggi mereka: sextortion—praktik pemerasan seksual demi keuntungan akademis. Persoalan ini telah menarik perhatian banyak pihak, termasuk para akademisi yang bekerja keras mengkaji fenomena tersebut untuk mencari solusi.

Salah satunya adalah Rosemary Jotham Mukama, seorang peneliti dari Mzumbe University, yang pada 2021 menerbitkan sebuah studi penting tentang topik ini.

Dalam penelitiannya yang berjudul “Fighting Sextortion of Female Students in Higher Learning Institutions in Tanzania: A Human Rights Based Approach”, Mukama mengupas tuntas praktik sextortion di kalangan mahasiswa dan dosen di Tanzania.

Melalui pendekatan berbasis hak asasi manusia, ia menggali akar permasalahan, dampak, hingga mekanisme pencegahannya.

Penelitian ini, yang dipublikasikan dalam Journal of Education, Humanities, and Sciences, didasarkan pada berbagai metode, termasuk wawancara, survei kuesioner, diskusi kelompok, dan tinjauan dokumenter. Hasilnya sungguh mencengangkan.

Mukama menemukan bahwa beberapa dosen pria terlibat dalam perilaku tidak etis, seperti memanfaatkan posisi mereka untuk meminta hubungan seksual dari mahasiswi dengan iming-iming nilai tinggi atau kelulusan. Lebih mengejutkan lagi, meski jarang terjadi, ada juga kasus di mana mahasiswi justru menawarkan hubungan seksual kepada dosen demi keuntungan akademis.

Baca Juga :  Kuatkan Good Governance, UIN KHAS Jember Dorong ORMAWA Jadi Motor Budaya Akademik

Namun, tidak ditemukan bukti bahwa dosen wanita melakukan praktik serupa untuk keuntungan akademis. Meskipun demikian, beberapa dari mereka diketahui menjalin hubungan sukarela dengan mahasiswa pria. Temuan ini menyoroti kompleksitas fenomena sextortion, yang tidak hanya menyangkut pelaku dan korban, tetapi juga menciptakan dampak negatif yang meluas ke institusi pendidikan tinggi (HLI) dan masyarakat Tanzania secara keseluruhan.

Mukama menjelaskan bahwa dampak dari sextortion sangat merusak. Bagi korban, ini dapat memengaruhi kesehatan mental, reputasi, dan performa akademis mereka. Bagi institusi, kasus seperti ini mencoreng kredibilitas dan kepercayaan masyarakat.

Sementara itu, bagi Tanzania secara umum, sextortion memperburuk ketimpangan gender dan merusak nilai-nilai keadilan sosial.

Ironisnya, penelitian ini juga mengungkap bahwa mayoritas HLI di Tanzania belum memiliki mekanisme yang memadai untuk menangani masalah ini. Ketidakhadiran kebijakan gender yang jelas dan prosedur pelaporan yang tegas membuat korban sering kali merasa tidak aman untuk berbicara.

Baca Juga :  Bedah Buku Dibanjiri Ratusan Ummat Antar Agama, UIN KHAS Siapkan Rekomendasi Penguatan Moderasi Eco-Theology

Untuk mengatasi tantangan ini, Mukama merekomendasikan langkah-langkah penting, di antaranya:

  1. Setiap institusi pendidikan tinggi di Tanzania harus merumuskan dan mematuhi kebijakan gender yang jelas dan tegas.
  2. Pendidikan berkala tentang kekerasan berbasis gender harus diberikan kepada staf dan mahasiswa untuk meningkatkan kesadaran dan pencegahan.
  3. Dibutuhkan mekanisme pelaporan yang aman, transparan, dan efektif, serta prosedur investigasi dan penegakan hukum yang dapat diandalkan.

Perjuangan melawan sextortion bukanlah tugas yang mudah, tetapi penelitian seperti yang dilakukan Mukama memberikan peta jalan yang berharga bagi institusi dan masyarakat untuk memerangi praktik tidak bermoral ini. Dengan upaya bersama, Tanzania dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih adil, aman, dan bermartabat bagi semua.

“Sextortion tidak hanya melukai korban, tetapi juga mencederai institusi dan nilai keadilan sosial kita,” tegas Mukama dalam penelitiannya.

Sebuah pernyataan yang mencerminkan betapa mendesaknya masalah ini untuk segera ditangani.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

IPM 2025: Situbondo Salip Jember, Torehan Prestasi di Bawah Kepemimpinan Mas Rio
Penjelasan Pertamina Soal Antrean Panjang Biosolar di SPBU Jember
Cita Rasa Khas Kopi Lereng Gunung Raung, Petani Jember Harap Perhatian Pemerintah
Menarik! Dialog Lintas Agama UIN KHAS Jember Rekomendasikan Pengembangan Listrik Tenaga Sampah
Bedah Buku Dibanjiri Ratusan Ummat Antar Agama, UIN KHAS Siapkan Rekomendasi Penguatan Moderasi Eco-Theology
Demi Mutu Tata Birokrasi Pesantren, Akademisi UIN KHAS Gelar Diskusi Di Nurul Wafa-Situbondo
Kuatkan Good Governance, UIN KHAS Jember Dorong ORMAWA Jadi Motor Budaya Akademik
Ribuan Mahasiswa Universitas Ibrahimy Resmi Diwisuda, Dua Mahasiswa dan Satu Dosen Raih Hadiah Umrah

Baca Lainnya

Saturday, 8 November 2025 - 18:48 WIB

IPM 2025: Situbondo Salip Jember, Torehan Prestasi di Bawah Kepemimpinan Mas Rio

Friday, 7 November 2025 - 15:16 WIB

Penjelasan Pertamina Soal Antrean Panjang Biosolar di SPBU Jember

Friday, 7 November 2025 - 13:33 WIB

Cita Rasa Khas Kopi Lereng Gunung Raung, Petani Jember Harap Perhatian Pemerintah

Wednesday, 29 October 2025 - 17:21 WIB

Menarik! Dialog Lintas Agama UIN KHAS Jember Rekomendasikan Pengembangan Listrik Tenaga Sampah

Saturday, 11 October 2025 - 19:55 WIB

Demi Mutu Tata Birokrasi Pesantren, Akademisi UIN KHAS Gelar Diskusi Di Nurul Wafa-Situbondo

TERBARU