Simbolisasi Ibadah Kurban, Gus Aab: Sembelihlah Hawa Nafsunya!

Jumat, 6 Juni 2025 - 07:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id- Ibadah kurban bukan semata-mata menyembelih hewan ternak dan membagikannya kepada yang membutuhkan. Lebih dari itu, kurban adalah simbolisasi cara mendekatkan diri pada Allah SWT.

Menyembelih kurban merupakan ritual yang menyiratkan pesan mendalam tentang keikhlasan, ketundukan, dan perjuangan menundukkan hawa nafsu manusia. Hal ini disampaikan oleh KH. Abdullah Syamsul Arifin atau yang akrab disapa Gus Aab, saat menjadi khatib Sholat Idul Adha di Masjid Raudlatul Mukhlisin, Jember, Jumat pagi (6/6).

Dalam khutbahnya yang memukau ribuan jamaah, Gus Aab menekankan bahwa ibadah kurban adalah ekspresi simbolik dari penghambaan sejati kepada Allah SWT.

“Barang siapa yang ingin menghadap Allah, maka tanggalkan dulu sifat kebinatangan dalam dirinya,” tegasnya dengan suara lantang namun penuh kelembutan.

Ia melanjutkan, penyembelihan hewan ternak seperti kambing, sapi, atau unta hanyalah permukaan dari makna terdalam kurban.

“Mengalirkan darah binatang, baik itu unta atau kambing, adalah pelaksanaan ibadah simbolik,” ucapnya, menandaskan bahwa esensi kurban sejatinya ada pada upaya manusia untuk menyembelih hawa nafsunya sendiri.

Baca Juga :  Dari Idul Fitri hingga Idul Adha: Agama Tak Pernah Lupa Kemanusiaan

Gus Aab kemudian mengajak para jamaah untuk merenungi makna di balik setiap tetes darah hewan kurban.

“Sembelihlah hawa nafsunya. Sembelihlah keserakahannya,” ujarnya penuh makna. Dalam konteks inilah, kata Gus Aab, kurban menjadi jembatan spiritual untuk mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Lebih lanjut, Gus Aab juga menggarisbawahi dimensi sosial dari ibadah kurban.

“Kalau puasa untuk merasakan apa yang dirasakan orang miskin, maka dalam berkurban, kita membuat orang miskin merasakan apa yang dirasakan orang kaya,” jelasnya. Menurutnya, kurban bukan hanya ibadah personal, melainkan juga bentuk empati sosial yang sangat nyata.

Ia menekankan bahwa Islam tidak pernah memisahkan antara dimensi ritual dan dimensi sosial.

“Kesalehan ritual atau individual harus beriringan dengan kesalehan sosial,” katanya, mengingatkan jamaah untuk tidak berhenti hanya pada simbol, tetapi terus menghidupkan makna sosial dari ibadah itu sendiri.

Baca Juga :  Tawadhu’! Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Bicara Tentang Titel Pendidikannya

Dalam bagian akhir khutbahnya, Gus Aab mengajak umat Islam untuk menjadikan Idul Adha sebagai momentum refleksi diri.

“Mudah-mudahan kita tergolong orang yang rela mengorbankan segalanya untuk mendekatkan diri pada Allah,” doanya, menutup khutbah dengan harapan yang menyentuh hati.

Ribuan jamaah tampak khusyuk menyimak setiap bait khutbah Gus Aab. Tidak sedikit yang terlihat menitikkan air mata, meresapi pesan-pesan spiritual yang disampaikan. Suasana pagi yang cerah di halaman Masjid Raudlatul Mukhlisin semakin menambah kekhusyukan ibadah Idul Adha tahun ini.

Kehadiran Gus Aab sebagai khatib memang selalu dinantikan. Selain dikenal sebagai ulama muda yang aktif di PBNU, ia juga memiliki gaya penyampaian yang lugas, penuh makna, namun tetap membumi.

Banyak kalangan menilai bahwa Gus Aab mampu menjembatani nilai-nilai keislaman dengan realitas sosial umat saat ini.

Penulis : Mashur Imam

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Ragam Tradisi Muharram di Berbagai Negara
Tahun Baru Hijriah dan Segelas Susu Putih: Warisan Spiritual Abuya Sayyid Muhammad
Antara Sanggan dan Doa: Wajah Sosial dari Tradisi Ziarah Haji
Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember
Sinergi! Kemenag dan LD PBNU Kuatkan Kesadaran Ekoteologi Melalui Masjid
Tawadhu’! Pengasuh Pesantren Nurul Jadid Bicara Tentang Titel Pendidikannya
SMART, Tawaran Strategis Prof Hepni, Saat Hadiri Sosialisasi Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf
Menyelami Makna Dialog  Nabi Ibrahim dan Ismail

Baca Lainnya

Kamis, 26 Juni 2025 - 19:47 WIB

Ragam Tradisi Muharram di Berbagai Negara

Kamis, 26 Juni 2025 - 14:44 WIB

Tahun Baru Hijriah dan Segelas Susu Putih: Warisan Spiritual Abuya Sayyid Muhammad

Rabu, 25 Juni 2025 - 14:12 WIB

Antara Sanggan dan Doa: Wajah Sosial dari Tradisi Ziarah Haji

Senin, 16 Juni 2025 - 19:16 WIB

Pondok Pesantren Fathur Rahman Gelar Wisuda Kitab Kuning dan Resmikan Cabang MAKTUBA di Jember

Sabtu, 14 Juni 2025 - 22:29 WIB

Sinergi! Kemenag dan LD PBNU Kuatkan Kesadaran Ekoteologi Melalui Masjid

TERBARU