Takbir Melawan Korupsi

Senin, 31 Maret 2025 - 10:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Malam ini, langit bergetar oleh gema takbir. Dari masjid-masjid, mushala-mushala, hingga sudut-sudut kota dan desa, umat Islam mengumandangkan kebesaran Allah. Ini adalah malam kemenangan, malam di mana manusia merayakan keberhasilan melawan hawa nafsu selama sebulan penuh. Namun, di tengah lantunan takbir yang menggema, ada satu pertanyaan yang mengusik: apakah kemenangan ini juga termasuk kemenangan melawan korupsi?

Kita terlalu sering merayakan kemenangan dengan ritual, tetapi lupa menerjemahkannya ke dalam realitas sosial. Takbir bukan sekadar ucapan, melainkan pernyataan bahwa manusia hanyalah hamba. Bahwa sebesar apa pun kuasa yang dimiliki seseorang, sebesar apa pun harta yang ia tumpuk, semua itu kecil di hadapan Yang Maha Kuasa.

Tapi lihatlah sekeliling kita. Mereka yang melantunkan takbir dengan lantang di podium politik, tak jarang menjadi orang yang merampok hak rakyat. Mereka yang duduk di kursi-kursi pemerintahan, yang seharusnya menjadi pelayan masyarakat, justru menikmati fasilitas mewah dari hasil penggelapan anggaran. Ironisnya, sebagian dari mereka bahkan tetap dihormati, seolah-olah korupsi hanyalah kesalahan kecil yang bisa dicuci dengan ibadah-ibadah ritual.

Jika takbir ini hanya dikumandangkan secara maraton di setiap ujung Ramadan, memakai baju baru—apalagi pejabatnya dengan merek yang tak kaleng-kaleng—namun tidak dibarengi dengan semangat melawan korupsi, maka kita akan dipastikan mengulangi hal yang sama: korupsi tetap subur meski para pemangku kepentingan bertakbir setiap tahun.

Baca Juga :  Sebiji Beras, Sebait Shalawat

Malam takbiran seharusnya menjadi cermin bagi kita semua. Jika selama Ramadan kita menahan diri dari makanan dan minuman, mengapa setelahnya kita tidak bisa menahan diri dari korupsi? Jika selama sebulan penuh kita berlatih untuk jujur pada diri sendiri, mengapa setelahnya kita membiarkan ketidakjujuran merajalela? Idulfitri seharusnya bukan hanya tentang kembali kepada kesucian diri, tetapi juga kesucian sosial.

Di banyak negara dengan mayoritas Muslim, korupsi bukan hanya kejahatan hukum, tetapi juga kejahatan moral. Sebab, korupsi bukan sekadar mencuri uang, tetapi juga mencuri harapan. Seorang pejabat yang menggelembungkan anggaran pendidikan bukan hanya memperkaya dirinya, tetapi juga merampas masa depan anak-anak yang seharusnya mendapat fasilitas belajar yang layak. Seorang pemimpin yang bermain proyek dalam pembangunan jalan bukan hanya merugikan negara, tetapi juga menciptakan jalanan berlubang yang bisa merenggut nyawa rakyat kecil.

Di sinilah seharusnya kita memahami makna takbir yang sesungguhnya. Takbir adalah pernyataan bahwa hanya Tuhan yang Maha Besar, dan manusia tidak boleh berlaku sewenang-wenang. Jika benar kita ingin merayakan kemenangan, maka kemenangan terbesar adalah ketika kita bisa menjadikan takbir sebagai kesadaran kolektif untuk melawan ketidakadilan, melawan kesewenang-wenangan, dan tentu saja, melawan korupsi.

Baca Juga :  Kengerian Januari 2025

Namun, melawan korupsi bukan sekadar tugas penegak hukum. Ini tugas bersama. Jika kita ingin melihat perubahan, kita harus memulainya dari lingkungan terkecil. Dari cara kita mengajarkan kejujuran kepada anak-anak, dari cara kita menolak suap dalam keseharian, dari keberanian kita untuk tidak tunduk pada sistem yang korup.

Takbiran malam ini adalah momentum. Saat kita mengumandangkan kalimat Allahu Akbar, kita harus bertanya pada diri sendiri: apakah kita benar-benar meyakini bahwa hanya Allah yang Maha Besar, ataukah kita masih membiarkan uang dan kekuasaan menjadi tuhan-tuhan kecil yang mengendalikan hidup kita?

Sebab, kemenangan yang hakiki bukan sekadar kemenangan menahan lapar dan dahaga. Kemenangan yang sejati adalah ketika kita bisa membangun negeri ini tanpa rasa lapar akan harta haram, dan tanpa dahaga akan kekuasaan yang korup. Jika takbir benar-benar kita maknai, maka malam ini bukan hanya malam kemenangan, tetapi juga malam kesadaran—bahwa melawan korupsi adalah bagian dari ibadah yang tak boleh ditunda.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi
Bayang-Bayang Orde Baru dan Nir-Empati Komunikasi di Kepresidenan
Zakat dan Tuhan yang Maha Cemburu
Wakil Rakyat Dan Negara Suka-suka
Puasa Kuasa
Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan
Viral RUU TNI, Ternyata Munir Juga Menolak Militerisme
Gaji Melimpah! Banyak Profesor Kampus Tak Bernyali di Ruang Publik

Baca Lainnya

Senin, 31 Maret 2025 - 10:50 WIB

Takbir Melawan Korupsi

Minggu, 30 Maret 2025 - 19:33 WIB

Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi

Sabtu, 29 Maret 2025 - 04:48 WIB

Bayang-Bayang Orde Baru dan Nir-Empati Komunikasi di Kepresidenan

Kamis, 27 Maret 2025 - 18:34 WIB

Zakat dan Tuhan yang Maha Cemburu

Sabtu, 22 Maret 2025 - 18:50 WIB

Wakil Rakyat Dan Negara Suka-suka

TERBARU

Ilustrasi Silaturahim Saat Lebaran (Sumber: Generated AI)

Educatia

Lima Jawaban Elegan Untuk Pertanyaan Sensitif Saat Lebaran

Selasa, 1 Apr 2025 - 08:23 WIB

Kolomiah

Takbir Melawan Korupsi

Senin, 31 Mar 2025 - 10:50 WIB

Gambar Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi (Sumber: Grafis Frensia)

Kolomiah

Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi

Minggu, 30 Mar 2025 - 19:33 WIB