Frensia.id- The Architecture of Love merupakan sebuah film drama romantis yang pertama kali rilis di bioskop pada 30 April 2024. Bercerita tentang pertemuan antara dua sejoli, seorang arsitek dan penulis, yang sama-sama mempunyai luka masa lalu dari pasangannya masing-masing.
Film ini diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama, karya Ika Natassa, seorang penulis berkebangsaan Indonesia yang memperoleh penghargaan Piala Maya pada tahun 2017 dengan kategori skenario adaptasi terpilih.
The Architecture of Love diperankan oleh aktor terkenal Indonesia, Nicholas Saputra sebagai River, seorang arsitek yang mempunyai trauma setelah mengalami pengalaman tragis, yaitu kecelakaan yang merenggut nyawa istri dan anak yang masih ada di dalam kandungannya.
Sedangkan peran utama dalam penokohan cerita ini ada pada Raia Risjad diperankan oleh Putri Marino, penulis populer yang mengambil segala inspirasi ide-idenya dari sang suami, yang justru mengkhianatinya dengan terbongkarnya skandal perselingkuhannya langsung diketahui oleh Raia pada hari terpenting dalam hidupnya, yakni ketika novel karangannya hendak difilmkan.
New York menjadi kota pertemuan antara keduanya dan juga menjadi tempat tetirah untuk memulihkan luka batin yang sama-sama diidap.
Bagi Raia, setelah ia memergoki suaminya selingkuh di apartemennya sendiri dengan wanita lain saat itu pula dirinya mengalami writer’s block. Sekitar satu tahunan ia tidak bisa mengeluarkan secuilpun kata untuk ditulis.
Sampai kemudian perlahan kondisinya membaik, bersamaan dengan itu ia bertemu River. Laki-laki dengan luka yang cukup dalam dan trauma yang hebat, melebihi apa yang dialami Raia.
Dari pertemuan pertamanya, mereka mempunyai kecocokan dalam berbagai hal, seringkali River sembari menekan rasa sakitnya yang terdalam bercerita tentang gedung-gedung dan berbagai hal yang menjadi bahan tulisan dan inspirasi bagi Raia.
Hubungan keduanya tidak lantas berjalan mulus, Raia yang telah merasa pulih harus menghadapi River yang keterlaluan memperdalam rasa sakit dan traumanya sebab ditinggal istri tercintanya. Beberapa kali Raia yang telah siap dengan lampu hijaunya harus menelan kekecewaan dari sikap River yang didikte oleh masa lalunya.
Pada akhirnya terdapat beberapa kebetulan yang memungkinkan bagi keduanya untuk terus bertemu dan pada akhirnya River tersadarkan dari traumatiknya, dengan lapang dada mengikhlaskan apa yag telah terjadi dan menerima lembaran baru hidupnya, yaitu Raia Risjad.
Film yang disutradarai oleh Teddy Soeriatmaja ini menjadi cerita menarik karena tidak sekedar menampilkan relasi romantik yang lumrah sebagaimana umumnya, melainkan menampilkan pertarungan eksistensial dari tokohnya untuk berdamai dengan dirinya sendiri.
Dapat disimpulkan bahwa bisa jadi berakhirnya cerita ini dalam dua bentuk. Pertama, tokohnya berhasil menyelesaikan konflik internalnya. Kedua, tokohnya gagal menyelesaikan. Penulis cerita memilih opsi yang pertama, sehingga penonton disuguhi akhir cerita yang bahagia dan tidak menyisakan jejak-jejak eksistensial yang harus diraba-raba.