Tradisi Saparan di Desa Ditotrunan Kabupaten Lumajang Ternyata Bukan Sekedar Warisan Nenek Moyang

Rabu, 17 Juli 2024 - 21:23 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi Tradisi Saparan Masyarakat Jawa - AI/Sam Ridwan (Frensia.id)

Ilustrasi Tradisi Saparan Masyarakat Jawa - AI/Sam Ridwan (Frensia.id)

Frensia.id – Desa Ditotrunan yang terletak di kawasan perkotaan Kabupaten Lumajang ini ternyata masih melestarikan tradisi Saparan.

Saparan sendiri adalah tradisi Jawa setiap Bulan Sapar, yang dalam penanggalan Islam merupakan bulan kedua pada kalender Hijriyah.

Ditengah keberagaman agama masyarakat Desa Ditotrunan yang banyak dibangun gereja-geraja Katolak dan masjid-masjid besar, ternyata pelaksanaan tradisi saparan masih dilaksanakan tiap tahun.

Tutuk Ningsih seorang peneliti asal Institut Agama Islam Negeri Purwokerto, pernah menuliskan bahwa tradisi Saparan di Desa Ditrotrunan tidak hanya dilakukan karena warisan tradisi nenek moyang, namun juga mengandung makna spiritual tertentu.

Baca Juga :  Disayangkan! Sejumlah Peneliti Ungkap Tambang Lumajang Berdampak Buruk Pada Kesehatan dan Lingkungan

“Tradisi saparan merupakan slametan atau syukuran desa agar masyarakat mendapatkan keberkahan, kebahagiaan atas limpahan rejeki,” tulis Tutuk dalam karyanya yang bertajuk “Tradisi Saparan Dalam Budaya Masyarakat Jawa di Lumajang” pada Ibda’; Jurnal Kajian Islam dan Budaya.

Pelaksanaan tradisi ini berlangsung dengan para warga yang saling membuat dan saling berbagi jenang sapar selama bulan sapar.

Baca Juga :  Perempuan Berdaya, Masa Depan Cerah: Tim Lokal P3PD Lakpesdam PCNU Lumajang Gelar Pelatihan di Desa Kertowono

“Bulan sapar itu kita hampir seminggu makan jenang sapar, karena setiap warga yang mampu ekonominya membuat jenang sapar dan diantarkan ke tetangga kir kanan dan saudara terdekat, jadi kadang-kadang sampai bosan,” tutur Ibu Ratna seorang warga Ditrotrunan dalam penelitian Tutuk.

Tutuk juga menyebutkan bahwa masyarakat desa Ditotrunan memiliki kesadaran tinggi untuk saling tolong-menolong, menghargai, serta bertoleransi. (*)

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Siapa Paling Tanggap Bantu Korban Banjir Wonoboyo Bondowoso?
Mayat Lansia Ditemukan di Pinggir Sungai Ajung Pancakarya Jember
Mempererat Kerja Sama Bilateral, Sufmi Dasco Ahmad Menerima Kunjungan dari Kedubes Rusia
Pemesanan Tiket Angkutan Lebaran di KAI Daop 9 Jember Telah Dibuka
KPU Jawa Timur Menetapkan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak dengan Meraih 58,81 Persen dari Total Suara Sah
Dua Gudang Tembakau PTPN I Regional 4 di Jember Hangus Terbakar Dalam Satu Malam
Wonoboyo Bondowoso Dilanda Banjir, Masjid Tetap Utuh
Mahfud MD Mengucapkan Selamat dan Menitipkan Sesuatu Kepada Khofifah dan Emil Dardak

Baca Lainnya

Sabtu, 8 Februari 2025 - 18:13 WIB

Siapa Paling Tanggap Bantu Korban Banjir Wonoboyo Bondowoso?

Sabtu, 8 Februari 2025 - 15:45 WIB

Mayat Lansia Ditemukan di Pinggir Sungai Ajung Pancakarya Jember

Jumat, 7 Februari 2025 - 16:15 WIB

Pemesanan Tiket Angkutan Lebaran di KAI Daop 9 Jember Telah Dibuka

Jumat, 7 Februari 2025 - 15:25 WIB

KPU Jawa Timur Menetapkan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elistianto Dardak dengan Meraih 58,81 Persen dari Total Suara Sah

Kamis, 6 Februari 2025 - 10:20 WIB

Dua Gudang Tembakau PTPN I Regional 4 di Jember Hangus Terbakar Dalam Satu Malam

TERBARU

Gambar Siapa Paling Tanggap Bantu Korban Banjir Wonoboyo Bondowoso?. Salah satu anggota komunitas Makelar Akhirat (Sumber: Istimewa)

Regionalia

Siapa Paling Tanggap Bantu Korban Banjir Wonoboyo Bondowoso?

Sabtu, 8 Feb 2025 - 18:13 WIB

Gambar Bupati Hendy Sakit dan Dirawat di RSD Soebandi Jember (Sumber: Istimewa)

Educatia

Bupati Hendy Sakit dan Dirawat di RSD Soebandi Jember

Sabtu, 8 Feb 2025 - 15:18 WIB