Wakil Rakyat Dan Negara Suka-suka

Sabtu, 22 Maret 2025 - 18:50 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Frensia.id – Dulu, kita diajari bahwa wakil rakyat itu orang-orang pilihan, mereka yang dipercaya membawa suara kita ke gedung parlemen. Sekarang, semakin sulit membedakan apakah mereka memang wakil rakyat atau wakil partai—atau bahkan wakil kepentingan pribadi. Mereka masuk ke gedung itu dengan janji manis, lalu duduk nyaman dengan fasilitas mewah, sementara rakyat tetap berkutat dengan harga beras yang naik turun lebih cepat dari harapan.

Negeri ini memang semakin unik. Demokrasi berjalan, tapi keputusan penting sering diambil tanpa benar-benar mendengarkan rakyat. Undang-undang bisa disahkan dalam hitungan malam kalau menguntungkan segelintir orang, tapi urusan yang menyangkut hidup rakyat bisa berdebu bertahun-tahun tanpa kejelasan. Suka-suka mereka.

Lihat saja bagaimana wakil rakyat menjalankan tugasnya. Saat kampanye, mereka mendadak akrab dengan pasar, mencium tangan emak-emak, menepuk pundak tukang ojek, dan menebar senyum lebih murah dari janji yang mereka ucapkan. Tapi, begitu duduk di kursi empuk parlemen, rakyat yang dulu dielu-elukan hanya menjadi angka dalam statistik. Setiap lima tahun, rakyat diberi peran: pemilih. Setelah itu, mereka kembali menjadi penonton.

Baca Juga :  Mempererat Kerja Sama Bilateral, Sufmi Dasco Ahmad Menerima Kunjungan dari Kedubes Rusia

Kita sering mendengar istilah “wakil rakyat” tapi semakin hari terasa seperti “wakil partai” atau bahkan “wakil kepentingan modal”. Keputusan-keputusan politik yang diambil lebih sering berpihak kepada elite dibanding rakyat jelata. RUU yang memudahkan bisnis oligarki bisa mulus melenggang, tapi regulasi yang bisa meringankan beban hidup rakyat kecil tersendat tanpa alasan.

Lucunya, saat rakyat mengkritik, mereka yang duduk di kursi kekuasaan sering kali tersinggung. Ada yang bilang rakyat tidak tahu apa-apa, ada yang mengancam dengan UU, ada pula yang malah sibuk membela diri dengan kalimat klise: “Kami sudah bekerja untuk rakyat.” Bekerja untuk rakyat yang mana? Rakyat yang antre BLT, rakyat yang ditindih utang, atau rakyat yang harus membayar pajak untuk gaji mereka?

Ironi ini makin terasa ketika melihat bagaimana hukum dan kebijakan bisa diubah sesuka hati. Pajak bisa dinaikkan mendadak, subsidi bisa dicabut sepihak, tapi giliran rakyat meminta kebijakan pro mereka, jawabannya adalah “masih dalam kajian.” Kajian yang entah kapan rampungnya. Suka-suka mereka.

Baca Juga :  Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan

Tapi, kalau mau jujur, keadaan ini juga karena kita yang membiarkannya. Kita memilih tanpa benar-benar mengenal siapa yang kita pilih. Kita memilih karena baliho besar, bukan karena rekam jejak. Kita memilih berdasarkan popularitas, bukan integritas. Maka, jangan heran kalau akhirnya kita hanya bisa mengeluh, sementara mereka tetap menikmati hidup di lingkaran kekuasaan.

Negeri suka-suka ini bisa berubah kalau rakyatnya juga berhenti bersikap suka-suka dalam memilih. Kalau kita mau sedikit berpikir panjang, melihat siapa yang benar-benar peduli dan siapa yang hanya mencari kesempatan. Karena kalau tidak, lima tahun lagi, kita akan mengeluh tentang hal yang sama.

Dan mereka? Mereka akan tetap duduk nyaman, menikmati fasilitas, dan dengan senyum kecil berkata: “Suka-suka kami.”

Sementara itu, rakyat hanya bisa menatap, mengeluh tanpa daya, atau pasrah dalam kebisuan. Begitulah ‘Wakil Rakyat dan Negara Suka-suka’ bekerja—bukan untuk melayani rakyat, melainkan suka-suka mereka.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Takbir Melawan Korupsi
Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi
Bayang-Bayang Orde Baru dan Nir-Empati Komunikasi di Kepresidenan
Zakat dan Tuhan yang Maha Cemburu
Puasa Kuasa
Mereguk Sahur, Meneguk Cahaya Ramadhan
Viral RUU TNI, Ternyata Munir Juga Menolak Militerisme
Gaji Melimpah! Banyak Profesor Kampus Tak Bernyali di Ruang Publik
Tag :

Baca Lainnya

Senin, 31 Maret 2025 - 10:50 WIB

Takbir Melawan Korupsi

Minggu, 30 Maret 2025 - 19:33 WIB

Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi

Sabtu, 29 Maret 2025 - 04:48 WIB

Bayang-Bayang Orde Baru dan Nir-Empati Komunikasi di Kepresidenan

Kamis, 27 Maret 2025 - 18:34 WIB

Zakat dan Tuhan yang Maha Cemburu

Sabtu, 22 Maret 2025 - 18:50 WIB

Wakil Rakyat Dan Negara Suka-suka

TERBARU

Kolomiah

Takbir Melawan Korupsi

Senin, 31 Mar 2025 - 10:50 WIB

Gambar Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi (Sumber: Grafis Frensia)

Kolomiah

Mudik, Kekayaan Spiritual dan Kekayaan Ekonomi

Minggu, 30 Mar 2025 - 19:33 WIB