Unta Arab dan Pileg 2024

Selasa, 4 Februari 2025 - 11:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

ilustrasi seorang politisi menyampaikan visi misinya (sumber: Pixabay)

ilustrasi seorang politisi menyampaikan visi misinya (sumber: Pixabay)

Frensia.id- Pilihan Legislatif (Pileg) 2024 menyita banyak cerita, setidaknya akan terus diucapkan sampai dan dalam jangka waktu lima tahun ke depan, menyongsong Pileg selanjutnya tidak akan habis-habis. Mulai dari kisah sedu, sedan, getir dan kecewa dari mereka yang kalah. Hingga suka, cita, gegap dan gempita dari mereka yang menang. Tetapi tetap saja keduanya sama-sama mampus dikoyak-koyak secara finansial ataupun mental dari modal yang digunakan.

Jelas sedikit berbeda bagi yang menang, sekalipun kantong sudah kosong bolong tetap saja ada masa cerah yang dinantikan dan diimpikan segera datang. Bagi yang belum beruntung dalam kontestasi politik ini bisa bersabar dan perbanyak ibadah untuk menguatkan mental.

Bagi yang kalah beruntungnya (meskipun kalah ada keuntungannya) tidak lagi ditagih apapun atau ditanyai apapun. Cuma ucapan belasungkawa dan permohonan maaf sebesar-besarnya dari tim yang belum bisa mensukseskan.

Sedangkan bagi yang menang, disatu sisi perasaan bersuka cita karena menang tetapi juga mengalami perasaan bingung dan senang. Alasan senang sudah jelas, bingungnya ketika ditagih oleh orang-orang yang berjasa menjadikan dirinya bisa menempati sebuah kursi, yaitu tentang sebuah pertanyaan, semisal kapan tasyakurannya?

Ada salah seorang legislatif terpilih yang saya dengar dari cerita salah seorang timnya, ia ditagih akan hal tersebut.

“kapan tasyakurannya bos?”, tanya kawan yang menjadi Tim Pemenangannya tersebut.

jawabannya sesuatu yang tidak diduga dan menarik, ”bentar, mau sembelih unta dari Arab dan masih pesan”, ucap sang legislator terpilih.

“beh, kenapa begitu bos?”, kejar tim pemenangannya lagi.

Baca Juga :  Filsafat Ternyata Mengajarkan Argumentasi Agar Tidak Bayar Hutang

“iya supaya tidak sampai-sampai kalau pesan unta”, lanjut balas sang legislator pemenang.

“hahahahahahaha”, sontak disambung dengan gelak tawa antar keduanya.

Legislatif terpilih tersebut berkelakar tetapi terasa beneran. Sekian banyak modal yang digelontorkan untuk memastikan dirinya dikenal dan didukung oleh masyarakat pada musim kampanye dan realitanya berhasil, ternyata kemenangan juga menghantui.

Bagaimana tidak? Mental masyarakat kita sampai hari ini senantiasa masih suka meminta-minta, minta tasyakuran, minta dianggap berjasa dan sebagainya. Tidak berpikir kalau orang yang dimenangkan dalam kontestasi politik ini pusingnya sampai tujuh keliling manakala selalu ditagih akan ini dan itu, sekalipun kondisi gembira.

Hari sejak ditetapkan dirinya menang sampai kemudian dilantik masih panjang. Dengan demikian sejak hari ini dan hari-hari seterusnya, sang legislatif terpilih tersebut akan dikira bahagia sepanjang hari karena menang, sebagaimana tujuannya.

Padahal iya, tetapi juga lukanya belum sembuh. Mau menolak diajak tasyakuran gak enak, mau mengiyakan untuk tasyakuran juga pusing.

Lebih-lebih setelah pleno perolehan bertepatan bulan puasa, sangat jelas banyak tim-tim yang berjasa menagih tunjangan hari raya (THR), meskipun tetap dalam kesadaran mereka kalau unta yang dijanjikan belum sampai Indonesia atau dengan kata lain tasyakuran yang diminta belum terpenuhi. Ini ada lagi. Yang mereka pikirkan mungkin, pokoknya apa yang diminta relate dengan kondisi sosial, sekalipun tidak relate dengan kondisi yang dimintai adalah urusan lain.

Jadi dilema bagi sang terpilih, oleh karena itu jika memang tidak ada modal kampanye dulu tersisa dan disisakan untuk sesuatu yang terduga, maka sang legislatif terpilih harus pandai-pandai berkelakar dan memelintir kalimat menjadi joke-joke segar, yang dibelakang itu semua menahan rasa perih dan nyeri. Setidaknya harus bertahan sampai dapat gaji pertama. Toh nanti setelah seremonial pelantikan juga pasti ditagih tasyakuran lagi.

Baca Juga :  BBM Dikadali, Negara ke Mana?

Jawaban masih memesan unta merupakan jawaban yang representatif untuk menjelaskan modal habis total dan tidak ada sisa juga memberi penjelasan kalau sabar dulu, silahkan ditunggu. Apabila masih ditagih tentang THR, maka legislatif terpilih harus pandai-pandai lagi untuk menyertakan jawaban dalam kapasitas yang representatif diucapkan, di satu sisi dirinya tidak kehilangan wibawa dan disatu sisi dirinya tidak memaksakan diri menggelontorkan dana yang tidak ada, supaya tidak menanambah nyeri dan pening kepala.

Untuk itu, sambil menertawakan joke unta tersebut saya mempunyai saran bagi legislatif terpilih yang tidak bisa memenuhi tagihan THR dari para pendukungnya dengan alibi bahwa dirinya hendak mencari pencerahan dengan ziarah ke makam para wali.

Dengan kata lain, jika tidak bisa menahan serangan bertubi-tubi berupa permintaan yang tiada henti dan cukup menggelikan maka ada baiknya untuk sejenak menghilang. Entah kemana dan jawaban seperti itu (ziarah wali) cukup mendasari kondisi, tidak dengan jawaban pergi umrah ke tanah suci. Karena kesan yang ditimbulkan justru seseorang tersebut mempunyai dana yang cukup besar, apalagi mengingat biaya umrah di bulan Ramadhan.

Follow WhatsApp Channel frensia.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Baca Lainnya

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?
Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda
BBM Dikadali, Negara ke Mana?
Retret, Loyalitas, dan Ironi Omon-omon Efisiensi
Sebiji Beras, Sebait Shalawat
Cak Imin dan Revolusinya
Ekoliterasi dan Tafsir Hijau Quraish Shihab
Jatuhnya Nicolae Ceausescu, Pelajaran bagi Pemimpin Masa Kini

Baca Lainnya

Rabu, 12 Maret 2025 - 08:30 WIB

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Selasa, 11 Maret 2025 - 12:23 WIB

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Kamis, 27 Februari 2025 - 10:00 WIB

BBM Dikadali, Negara ke Mana?

Selasa, 25 Februari 2025 - 12:10 WIB

Retret, Loyalitas, dan Ironi Omon-omon Efisiensi

Selasa, 25 Februari 2025 - 06:01 WIB

Sebiji Beras, Sebait Shalawat

TERBARU

Kolomiah

Ramadhan, Setan Dipasung, Kenapa Maksiat Masih Subur?

Rabu, 12 Mar 2025 - 08:30 WIB

Kolomiah

Ramadhan dan Negeri yang Gemar Menunda

Selasa, 11 Mar 2025 - 12:23 WIB

Religia

Tiga Tingkatan Puasa: Syariat, Thoriqoh, Hakikat

Selasa, 11 Mar 2025 - 10:05 WIB