Frensia.id – Faizal Assegaf, kritikus politik kembali melontarkan kritik tajam terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto melalui akun X-nya pada Minggu, 16 Februari 2025.
Faizal menyoroti bagaimana Prabowo dinilai melanjutkan praktik kekuasaan ala Presiden Joko Widodo (Jokowi), bahkan semakin terjebak dalam pengaruh mantan presiden tersebut.
Cuitan Faizal ini menjadi sorotan publik karena menyentuh isu-isu sensitif terkait dinamika politik Indonesia pasca-transisi kepemimpinan.
Transfer Energi Kejahatan Jokowi ke Rezim Prabowo
Faizal menggambarkan situasi ini sebagai “transfer energi kejahatan Jokowi ke rezim Prabowo yang semakin sempurna.” Ia menilai, ada kohesi antara watak hipokrasi dan kelicikan yang terus menyajikan drama kekuasaan yang bobrok, arogan, dan memalukan.
Menurutnya, Presiden Prabowo tidak menunjukkan independensi sebagai kepala negara, tetapi justru memuja dan melindungi Jokowi, meskipun ada desakan publik untuk mengadili kebijakan-kebijakan kontroversial mantan presiden tersebut.
Prabowo dan Jokowi: Dua Wajah dalam Satu Kekuasaan
Faizal menyebut, “Prabowo adalah Jokowi menjadi fakta.” Ia menilai, kuatnya kolusi antara kedua tokoh ini telah menciptakan model kekuasaan yang kompromistis.
Alih-alih memenuhi tuntutan rakyat untuk mengadili Jokowi, Prabowo justru memuji dan melindungi mantan presiden tersebut. Di sisi lain, peran Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka semakin ekspansif dalam pemerintahan, menandakan adanya skenario besar yang dirancang sejak lama.
Skenario Besar dan Pengaruh Oligarki
Faizal mengungkapkan, skenario ini dimulai sejak Prabowo diangkat sebagai Menteri Pertahanan. Ia menggambarkan situasi ini sebagai “sangkar yang tepat untuk mengubah macan menjadi kucing jinak.”
Prabowo, yang awalnya dikenal sebagai figur tegas, dinilai terjebak dalam permainan politik Jokowi, termasuk melalui dugaan kecurangan dalam Pilpres 2024 yang memuluskan Gibran sebagai wakil presiden 35.
Menurutnya kini hasilnya terlihat jelas. Prabowo tidak bisa lepas dari pengaruh kuat Jokowi. Kebijakan-kebijakan yang diambilnya tetap berada dalam arahan Jokowi dan oligarki yang berada di belakangnya.
Faizal menegaskan bahwa, “Kalaupun ada perbedaan, itu hanya taktik dan gimmick. Sebagai modus kamuflase untuk mengelabui rakyat”.
Prabowo Terjebak dan Gibran Semakin Perkasa
Hampir empat bulan berkuasa, Prabowo dinilai terpaksa “lempar handuk.” Ia mulai menggalang dukungan partai koalisinya untuk menobatkan diri sebagai calon presiden pada Pilpres 2029.
Namun, langkah ini justru membuatnya semakin terjebak dan memperkuat posisi Gibran serta Jokowi dalam pemerintahan.
Faizal juga menyoroti peran oligarki sebagai perekat utama hubungan antara Prabowo dan Jokowi.
“Oligarki adalah faktor utama yang membuat kemesraan Prabowo dan Jokowi tetap terjaga. Dan rakyat hanya bisa menyaksikan sandiwara politik yang semakin jauh dari kepentingan publik,” tulisnya.
Cuitan Faizal Assegaf ini bukan sekadar kritik terhadap Prabowo, tetapi juga refleksi atas kondisi politik Indonesia yang dinilai semakin jauh dari kepentingan rakyat.
Ia mengajak publik untuk lebih kritis dalam menyikapi dinamika kekuasaan, terutama terkait pengaruh oligarki dan kolusi yang menggerogoti tatanan bernegara.