FRENSIA.ID – Desa Klatakan, Kecamatan Kendit, Kabupaten Situbondo, terus membuktikan diri sebagai destinasi unggulan dengan segudang prestasi. Keberhasilan desa ini menembus jajaran 10 besar desa wisata terbaik se-Indonesia menjadi magnet kuat yang menarik berbagai pihak.
Salah satunya adalah kalangan akademisi dari Universitas Islam Kiai Haji Ahmad Shiddiq (UIN KHAS) Jember yang hadir langsung untuk mempelajari dan mendukung ekosistem wisata di sana.
Moh. Ali Syaifudin Zuhri, dosen Fakultas Syari’ah UIN KHAS Jember, hadir di lokasi untuk melihat langsung dinamika pengelolaan wisata desa tersebut. Pria yang akrab disapa Cak Ali ini melakukan observasi menyeluruh terhadap berbagai objek wisata andalan, termasuk Kampung Kerapu yang ikonik.
Ia menilai perkembangan wisata di Klatakan memiliki vitalitas tinggi dengan inovasi yang terus tumbuh.
”Inovasi wisatanya, mulai dari Kampung Kerapu, hingga kulinernya, luar biasa,” tegas Cak Ali saat memberikan penilaiannya mengenai tata kelola desa tersebut.
Dalam kunjungan strategis ini, Cak Ali mengarahkan fokus utamanya pada pengamatan terhadap sumber daya manusia, spesifiknya pada peran kaum ibu dan pemudi desa. Ia memanfaatkan momen tersebut untuk berdialog intensif dengan komunitas perempuan lokal.
Menurutnya, keberadaan kelompok ini memegang peran sentral dalam keberlanjutan ekonomi desa.
”Saya juga berkesempatan bertemu dengan WIDYA, kelompok perempuan desa Klatakan, potensinya luar biasa,” ungkapnya memuji semangat kelompok tersebut.
Kepala Desa Klatakan, Narwiyoto, menyambut positif kehadiran akademisi UIN KHAS tersebut. Ia merasa bersyukur karena perhatian dari dunia kampus memberikan energi baru bagi pengembangan desanya.
Narwiyoto lantas memperkenalkan secara mendalam mengenai WIDYA, sebuah wadah yang disiapkan menjadi motor penggerak ekonomi baru.
”WIDYA, akronimnya Wadah, Inovasi, Desa Klatakan, BerkarYA. Jadi mereka semua didorong dan menjadi pendorong untuk berinovasi,” ujar Narwiyoto menjelaskan filosofi di balik nama tersebut.
Lebih jauh, Kepala Desa yang sebernya juga seorang praktisi Hukum ini memaparkan peta jalan masa depan Desa Klatakan. Setelah sukses meraih berbagai penghargaan melalui objek wisata fisik, pemerintah desa kini memprioritaskan pemberdayaan manusia sebagai pilar utama pembangunan selanjutnya.
Kelompok perempuan diposisikan sebagai aktor kunci dalam skema ini. Ia optimis bahwa tangan dingin perempuan akan melahirkan karya-karya kreatif yang bernilai ekonomi tinggi.
”Bicara program, yang paling harus dikuatkan adalah pemberdayaan. Bicara pemberdayaan, ya kelompok mudanya. Bicara kelompok mudanya, yang paling difokuskan ya perempuannya,” pungkas Narwiyoto dengan penuh keyakinan.
Sinergi antara akademisi dan pemerintah desa ini diharapkan mampu memperkokoh posisi Klatakan sebagai desa wisata yang mandiri, di mana kelompok perempuan seperti WIDYA tampil di garda terdepan dalam inovasi produk dan layanan wisata.







