Frensia.id- Cafe modern di perkotaan mengalami pertumbuhan cukup pesat. Ada banyak ragam, bahkan terbilang saling bersaing seperti toko-toko modern lain. Ternyata, merebaknya cafe tersebut dianggap salah satu bentuk revolusi budaya ngopi zaman klasik.
Toko hingga pasar modern selama ini dalam dikursus kontestasi ekonomi, selalu berlawanan dengan bentuk tradisionalnya. Kenyataan ini tampak tidak terjadi pada kontestasi munculnya cafe modern.
Cafe modern dianggap bukan sebagai tandingan budaya kopi zaman dahulu. Mereka tampil mirip dengan kebiasaan ngopi zaman lama untuk melawan industri instan yang muncul di era modern.
Fakta ini yang diungkap oleh tiga akademisi asal Universitas Negeri Jember (UNEJ). Ketiganya bernama, Nazala Zaikumar Elfa Rizqi, Destri Aulia Wulandari dan Dinda Putri Maharani.
Temuan mereka telah disusun dalam bentuk jurnal. Sudah terbit di Jurnal Insan Pendidikan dan Sosial Humaniora pada setahun yang lalu, 2023.
Kajian mereka dilakukan dengan memakai pendekatan teori sistem Walter Buckley dan bahkan diperkuat dengan Teori Sistem Umum milik Niklas Luhmann. Kedua teori untuk melihat fenomena perkembangan sistem sosial yang terjadi pada budaya ngopi dewasa ini.
Menurutnya, ada dua jenis aktor budaya ngopi yakni orang suka kopi dan pencinta. Baginya orang yang suka kopi identik dengan tradisi ngopi zaman lama. Yang mereka suka, rasa pahit kopi yang original dibuat dari hasil kebun kopinya sendiri dan diproses sendiri.
Pada perkembangannya, orang yang suka ngopi ini memasuki era industrialisasi modern. Perkembangan kopi sachet atay instan mulai muncul.
Era modern menyerang para tradisi para penyuka kopi. Budaya ngopi yang pada awalnya jadi tradisi rumahan berubah menjadi budaya komersial di tempat publik.
Perubahan tersebut oleh tiga akademisi UNEJ yang disebut di atas, dijelaskan dipengaruhi oleh maraknya industri kopi instan. Tradisi ngopi zaman tradisional yang dilakukan melalui pembuatan manual pun pelan-pelan ditinggalkan.
Pada kondisi demikian cafe modern lahir dengan metode yang hampir serupa dengan yang lama. Mereka muncul menawarkan pembuatan kopi dengan teknik manual sebagaimana yang tradisi lama, untuk melawan industri kopi instan.
Pada titik singgungan demikian, para pencinta kopi mulai melakukan perlawanan pada kopi instan yang berkembang. Mereka tidak mau meminum kopi sachet, sebab dianggapnya telah tercampur unsur yang mengganggu cita rasa kopi.
Cafe modern menjadi tempat para pencinta kopi. Bagi para akademisi, keistimewaan cafe modern sebenarnya hanya pada masuknya teknologi modern dan berkembangnya varian rasanya.
Secara teknik, sebenarnya mereka tampak sama menawarkan budaya ngopi dengan cara lama. Jadi, terlihat sebagai bentuk revolusi yang tetap mempertahankan manual brew sebagaimana budaya ngopi era klasik.