Frensia.id- Manusia hanya bisa merencanakan dengan pertimbangan yang paling akurat tetapi tetap Tuhan yang menentukan hasil. Mungkin inilah yang terjadi pada para petani Tomat yang merasakan harga anjlok setelah susah payah menanam dan merawat, karena mendengar harga tumbuhan asli asal Amerika Tengah dan Barat ini cukup menggiurkan kala itu.
Sebelumnya diketahui harga Tomat hingga kisaran angka 40.000 per-kg. Angka yang cukup fantastis dan menggiurkan. Sehingga membuat beberapa kalangan petani untuk mengambil inisiatif untuk menanam. Sebagaimana yang dilakukan oleh Buhar, seorang petani yang beralamat di dusun Jogaran, desa Gumelar, Kecamatan Balung.
“waktu itu harga tomat mencapai 40.000 perkilo, karena cukup tinggi akhirnya saya mencoba untuk menanamnya. Tetapi setelah tomat yang saya tanam berbuah tiba-tiba harganya jatuh menjadi 1.000 rupiah perkilonya, bahkan ada yang sampai 750 rupiah dari petani”, jelasnya.
Laki-laki yang kesehariannya memang bertani ini awalnya cukup optimis dengan peruntungan bertani tomat, sampai kemudian akhirnya ia juga berkeluh kesah karena pada waktu panen harga tidak sesuai ekspektasi yang diinginkan bahkan melesat jatuh dari yang diperkirakan.
Menurut keterangan yang ia berikan, faktor utama yang menjadi alasan mengapa harga tomat bisa anjlok dikarenakan pada saat harganya tinggi banyak petani yang berbondong-bondong untuk menanam karena tergiur dengan harganya, tanpa peduli dengan kemungkinan dasar harga yang tinggi juga akan memicu petani lain untuk turut serta menanam.
Ternyata hal tersebut memang benar-benar terjadi, banyak petani yang menanam tomat sehingga pada saat panen produksi buah meningkat dan tidak diikuti dengan permintaan dari konsumen secara memadai.
Maka dalam kondisi seperti ini berlaku hukum ekonomi, apabila produksi barang banyak maka harga akan turun, begitu pula dengan sebaliknya apabila produksi sedikit sedangkan permintaan cukup banyak maka harga akan meningkat.
Waktu tanam yang serentak menjadi alasan utama mengapa harga tomat turun secara drastis dan sistematis. Lebih-lebih mengingat komoditas holtikultura seperti tomat bukanlah menjadi tanaman yang menjadi kebutuhan pokok, seperti beras. Sehingga tidak semua konsumen yang membutuhkannya secara terus-menerus.
Beberapa daerah juga memiliki variasi harga yang berbeda-beda, ada yang mencapai 5.000 per-kg ada pula yang sampai angka 7.500. Meskipun terdapat perbedaan, akan tetapi selisihnya tidak cukup signifikan yang memungkinkan petani merasa untung berlebih.